Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
3. Puisi
Lahirnya Puisi Baru
Untuk menerapkan pikiran dan perasaan zaman baru, pada zaman
ini timbul keinginan untuk membuat puisi yang berbeda dengan bentuk-bentuk
puisi yang sudah ada seperti waka, haiku dan kanshi: Terjemahan puisi-puisi
Barat sudah ada sejak sebelum zaman Meiji, tetapi yang betul-betul berencana
adalah kumpulan puisi berjudul Shintaishihoo (buku puisi baru) yang diterbitkan
pada tahun Meiji 15 (1882) oleh sarjana-sarjana dari Universitas Tokyo yang
bernama Toyama Masakazu, Yatabe Ryookichi dan Inoue Tetsujiroo. Sebagian besar
karya ini merupakan terjemahan dari puisi-puisi panjang Eropa dan sebagian lagi
adalah puisi-puisi baru ciptaannya sendiri. Puisi-puisi tersebut ditulis dalam
gaya bersukukata tujuh-lima seperti puisi klasik dan biarpun di sana sini masih
terlihat adanya kekurangan-kekurangan tetapi dapat dikatakan buku ini telah membuka
suatu zaman baru bagi perkembangan puisi.
Contoh puisi Toyama Masakazu dalam Shintaishishoo terjemahan
puisi Tennison berjudul ‘Serangan Kavaleri’:
Ichirihan nari ichirihan
Shichi-ni noriiru roppyakki
Shisotsu taru mi-no mi-o motte
Kotae-o nasu-mo wakenarazu
Shinuru-no hoka-wa arazaran
Narashite susumu ichirihan
Shoo-wa kakare-no rei kudasu
Wake-o tadasu-wa wakenarazu
Kore mei kore-ni shitagahite
Shichi-ni noriiru roppyakki
Enam kilometer, enam kilometer,
Berbaris berderet enam kilometer,
Enam ratus tentara berkuda masuk ke
daerah peperangan,
Jenderal memerintahkan siap tempur,
Prajurit ya memang prajurit,
Tidak bisa menanyakan mengapa harus
demikian,
Juga tidak bisa menjawab apa-apa,
Ini adalah perintah, harus
menjalankan,
Kecuali gugur, tidak ada apa-apa
lagi,
Enam ratus tentara berkuda masuk ke
daerah peperangan.
Puisi panjang dalam Shintaishishoo diterima oleh masyarakat
luas dan lambat laun isi serta bentuknya pun makin sempurna. Puisi panjang
Ochiai Naobumi berjudul Koojo Shiragiku-no Uta (wanita pembakti bernama
Shiragiku) dinilai sebagai karya yang baik.
Kumpulan Puisi Terjemahan Berjudul Omokage
Kumpulan puisi terjemahan berjudul Omokage (bayangan hati)
merupakan kumpulan puisi baru beraliran romantis yang bernilai sastra tinggi.
Kumpulan puisi ini yang berpengaruh kuat di masyarakat, diterbitkan oleh grup
Shin Sei Sha yang dikenal dengan julukan S.S.S dengan Mori Oogai sebagai
pemimpin utamanya. Karya-karya penyair kelas satu dari Inggris dan Jerman yaitu
Byron, Goethe, Heine dan lain-lain banyak diterjemahkan ke dalam bahasa yang
halus dan bersifat klasik sehingga berhasil dibentuk suatu dasar bagi puisi
gaya baru.
Contoh terjemahan puisi Goethe berjudul ‘Nyanyian Minijon’:
Remon-no ki-wa hana sakikuraki
hayashi-no naka-ni
Kogane iro shitaru kooji-wa eda-mo
tawawani minori
Aoku hareshi sora-yori shizuyakani
kaze fuki
Mirute-no ki-wa shizukani
Raureru-no ki-wa takaku
Kumo-ni sobiete tateru kuni-o
shiruyakanata-e
Kimi-to tomo-ni yukamashi
Pohon lemon yang ada di dalam hutan
sedang berbunga,
Buah lemon yang berwarna kuning
emas sangat sarat sampai-sampai dahannya bengkok,
Angin bertiup sepoi-sepoi dari
langit biru yang cerah,
Pohon myrtle tumbuh tenang dan
pohon laurel tumbuh tinggi,
Ke negeri yang ada pohon-pohon itu,
Aku ingin pergi bersama-sama dengan
kau.
Shimazaki Tooson
Kitamura Tookoku dan Shimazaki Tooson adalah orang-orang
yang berpangkalan pada majalah Bungakkai yang mempopulerkan kesusastraan
beraliran romantisme. Kitamura Tookoku menghasilkan drama puisi berjudul
Hooraikyoku yang pernauh dengan perasaan yang bergelora. Shimazaki Tooson pada
majalah Bungakkai banyak menulis puisi-puisi lirik yang menggambarkan perasaan
jiwa muda yang masih polos dan termasuk masih rawan. Kumpulan puisi pertamanya
berjudul Wakanashuu (sayuran wakana), berikutnya adalah Hitohabune (perahu),
Natsukusa (rumput musim panas) dan Rakubaishuu (pohon plum yang rontok). Banyak
karya Tooson yang bagus-bagus diangkat dari cerita kesucian bercinta dan
perasaan hati di waktu perjalanan. Keempat kumpulan puisi tersebut di atas
kemudian dijadikan satu buku dengan nama Toosonshishuu (kumpulan puisi Tooson),
bagian pendahuluannya sangat terkenal karena memberitahukan tibanya suatu zaman
bagi puisi-puisi baru.
Contoh puisi dari Wakanashuu yang berjudul ‘Suara Ombak’:
Wakite nagaruru Yahojiho-no
Soko-ni izayou Umi-no koto
Shirabe-mo fukashi Momokawa-no
Yorozu-no nami-o Yobiatsume
Toki michi kureba Uraraka-ni
Tooku kikoyuru Haru-no
shiho-no ne
Banyaknya air yang mengalir
seolah-olah keluar dari mata air,
Mondar-mandir di sana, kecapi laut,
Nada pun lambat laun meninggi,
datang dari banyak sungai,
Dengan suara yang bermacam-macam,
berkumpul menjadi satu,
Jikalau air laut pasang, hati
menjadi lega dan santai,
Itulah suara ombak di musim semi,
kedengaran sampai jauh.
Doi Bansui
Puisi-puisi Shimazaki Tooson kebanyakan menggambarkan
kehalusan perasaan bercinta dan kesedihan, sedangkan Doi Bansui dalam puisinya
menggambarkan cita-cita masyarakat dalam bentuk syair kanshi. Puisi Tooson
bersifat liris sentimentil dan kewanitaan, sedangkan puisi Bansui bersifat
liris faktual dan jantan. Kumpulan puisi Bansui yang terkenal adalah Tenchi
Ujoo (langit dan tanah berperasaan) dan Gyooshoo (lonceng fajar).
Yosano Tekkan
Yosano Tekkan adalah seorang penyair beraliran romantisme
yang namanya tidak setinggi seperti Shimazaki Tooson dan Doi Bansui. Namun
demikian, ia sebagai tulang punggung dari majalah Myoojoo berhasil menciptakan
zaman keemasan bagi perkembangan puisi dalam sejarah kesusastraan Jepang
modern. Gaya puisinya mula-mula bersifat jantan tetapi kemudian berubah menjadi
bersifat keindahan. Penyair-penyair yang berada di bawah pengaruhnya adalah
Takamura Kootaroo, Kitahara Hakushuu, Kinoshita Mokutaroo dan lain-lain.
Setelah majalah Myoojoo tidak dicetak lagi, gaya puisi yang bersifat romantis
tersebut dilanjutkan oleh majalah Subaru.
Susukida Kyuukin
Susukida Kyuukin adalah penyair yang mempunyai kedudukan
penting dalam grup penyair romantisme sesudah zaman Shimazaki Tooson dan Doi
Bansui. Ia menyukai karya penyair Inggris Keats, dalam karya-karyanya banyak
dipergunakan kata-kata klasik sehingga mencerminkan adanya pengaruh kuat dari
faham absolutisme seni. Di antara karya-karyanya terdapat kumpulan puisi
berjudul Nijuugogen dan Hakuyookyuu (istana kambing putih), khususnya yang
terkenal adalah puisinya yang berjudul ‘Aa Yamato-ni Shiaramashikaba’ yang
terdapat di dalam Hakuyookyuu
Penyair Aliran Bunko
Penyair-penyair aliran ini bukanlah orang-orang terkemuka
dalam dunia puisi. Kawai Suimei dan Irako Seihaku adalah penyair-penyair utama
dari majalah Bunko yang diterbitkan pada tahun Meiji 28 (1895). Kujaku-bune
(perahu merak) adalah karya Seihaku yang merupakan kumpulan puisi teratur rapi
dan berkualitas tinggi.
Puisi Simbolis dan Kaichooon
Ueda Bin dalam novelnya Uzumaki banyak menekankan
nilai-nilai estetika dan ia juga condong menggunakan bentuk novel simbolis.
Bentuk yang diperkenalkannya melalui novel diambilnya dari aliran simbolisme
Perancis. Begitu pula dalam dunia puisi, terjemahan-terjemahan puisi simbolisnya
memberikan pengaruh kepada puisi-puisi waktu itu dan merupakan langkah pertama
dalam mempopulerkan puisi simbolis di Jepang. Hasil karya terjemahannya yang
berjudul Kaichooon (suara gelombang laut) diterbitkan pada tahun Meiji 38
(1905) dan merupakan suatu puisi terjemahan yang mendapat penilaian tinggi
dalam sejarah puisi terjemahan modern sampai-sampai dapat digolongkan sebagai
puisi kreatif.
Contoh puisi terjemahan berjudul “Daun Yang Rontok” dari P.
Verlaine :
Aki-no hi-no Wioron-no
Tameiki-no Mi-ni
shimite
Hitaburu-ni Uraganashi
Kane-no oto-ni Mune futagi
Iro kaete Namida gumu
Sugishi hi-no Omoide-ya
Geni ware-wa Uraburete
Kokokashiko Sadamenaku
Tobichirau Ochiba kana
Pada suatu hari di musim gugur,
terdengar suara biola digesek,
Bagai suara napas seseorang, masuk
ke dalam jiwa kalbu yang sedang sunyi,
Hanya alunan suara itu saja,
menyebabkan aku sedih,
Suara lonceng berdentang, berkesan
di dalam hati,
Perasaanku berubah, air mata
berlinang,
Hari-hari telah lewat,
kenangan-kenangan telah berlalu,
Sesungguhnya aku, merasa susah dan
gelisah,
Beberapa tahun ini, selalu tidak
menentu,
Berjatuhan terbang dibawa angin
tanpa tujuan, bagaikan daun-daun yang rontok itu.
Kanbara Ariake
Kanbara Ariake adalah salah seorang yang turut berjuang
bersama-sama dengan Ueda Bin dalam memperkenalkan puisi simbolis. Bin dengan
puisi terjemahannya dan Ariake dengan puisi kreatifnya merupakan dua penyair
besar dalam dunia puisi Jepang yang berada pada ujung tikungan menuju ke puisi
modern. Karya-karya Kanbara Ariake adalah Shunchooshuu (kumpulan puisi
burung-burung musim semi) dan Ariakeshuu (kumpulan puisi Ariake). Dalam karya
tersebut terdapat unsur yang memilukan dalam irama yang indah sehingga membawa
warna kesyahduan yang tebal.
Kecenderungan Gerakan Puisi Bebas
Naturalisme menjadi aliran yang memegang peranan penting dalam
kesusastraan dari periode akhir zaman Meiji sampai zaman Taishoo, dalam dunia
puisi pun aliran ini mempunyai pengaruh yang kuat, mereka tidak mau lagi
terikat pada peraturan-peraturan penulisan, melainkan cenderung pada penulisan
puisi yang bergaya bebas. Bahasa lisan digunakannya, peraturan penulisan yang
bersukukata tujuh-lima atau lima-tujuh ditinggalkan dan mereka berusaha
berpegang pada hakekat pengungkapan bebas.
Puisi bebas berbahasa lisan pernah dicoba oleh Kawaji Ryuuko
tetapi ia tidak berhasil. Sebaliknya penyair-penyair Kitahara Hakushuu,
Kinoshita Mokutaroo, Miki Rofuu dan Takamura Kootaroo berhasil dalam usaha
menciptakan puisi bebas berbahasa klasik (tulisan), sehingga sekarang bila ada
orang berbicara soal puisi, maka yang dimaksudkan adalah bebas dan puisi bebas
ini menempati kedudukan utama dalam dunia puisi.
Kitahara Hakushuu
Dari akhir zaman Meiji sampai awal zaman Taishoo, dunia
puisi Jepang berpusat pada kegiatan penyair Kitahara Hakushuu. Hasil karyanya
Jashuumon (agama menyesatkan) merupakan karya yang unik dan khas, yang
melukiskan keadaan di luar negeri dan kegembiraan yang aneh serta asing bagi
orang Jepang. Bakat yang cemerlang ini juga diwujudkannya dalam kumpulan
puisinya yang berjudul Omoide (kenangan) dan Tokyoo Keibutsushi Oyobi Sono Ta
(puisi tentang pemandangan Tokyo dan lain-lain). Selanjutnya gaya puisinya
berubah menjadi gaya puisi yang sederhana dan ia juga membuka lembaran baru
dalam bidang nyanyian rakyat serta nyanyian anak-anak.
Contoh puisi dalam Jashuumon :
Ware-wa omou, masse-no jashuu,
kirishitan-de usu-no mahoo.
Kurobune-no kapitan-o, koomoo-no
fukashigi kuni-o,
Iro akaki biidoro-o, Nioi toki
anjiyabeiiru,
Nanban-no santomejima-o, hata,
araki, chinta-no sake-o.
Aku berpikir, agama menyesatkan di
akhir zaman Budha ini, agama Kristen dan lumpang bersihirnya.
Membawa yang aneh-aneh seperti
kapal hitam dengan kaptennya, negeri aneh dengan orang-orang yang berambut
merah, kaca yang berwarna merah, bunga carnation yang baunya menusuk hidung.
Barang tenunan berwarna-warni dari
negeri di Selatan, bendera, arak, dan anggur.
Kinoshita Mokutaroo
Kinoshita Mokutaroo mempunyai kedudukan yang hampir sama
dengan Kitahara Hakushuu, ia juga membuat puisi-puisi yang menceriterakan
keadaan kota dan kesukaan-kesukaan orang-orang di luar negeri. Kedua penyair
sama-sama menjunjung nilai-nilai estetika, tetapi karya Mokutaroo lebih
bersifat intelektual bila dibandingkan dengan Kitahara Hakushuu. Kumpulan puisinya
berjudul Shokugo-no Uta (nyanyian sesudah makan).
Miki Rofuu
Miki Rofuu penyair yang disederajatkan dengan Hakushuu, ia
membuat puisi yang bersifat tenang dan mantap, bertentangan dengan puisi-puisi
Hakushuu yang bersifat mewah dan meriah. Puisi-puisi simbolis Miki Rofuu banyak
sekali, di antaranya berjudul Haien (taman terlantar) dan Shirokite-no-Kariudo
(pemburu bertangan putih).
Nagai Kafuu dan Sangoshuu
Sangoshuu (bunga karang) adalah kumpulan puisi karya Nagai
Kafuu yang memuat terjemahan puisi-puisi Perancis modern. Kumpulan puisi ini
merupakan kumpulan puisi terjemahan yang terkenal sesudah Kaichooon dan memberi
pengaruh yang amat besar kepada penyair-penyair muda terutama Miki Rofuu.
Takamura Kootaroo
Takamura Kootaroo adalah penyair majalah Myoojoo dan Subaru
yang berpaham romantis dan santai, tetapi kemudian karena dia dipengaruhi
orang-orang dari aliran Shirakaba, maka puisi-puisinya berubah menjadi yang
bersifat kemanusiaan dan idealis. Di samping itu, pemakaian bahasanya pun
berubah dari bahasa klasik menjadi bahasa lisan sehari-hari, sehingga ia
berhasil membuat puisi yang bersifat sederhana tetapi mantap dan mengandung
unsur kejantanan. Salah satu karyanya yang berjudul Dootei (perjalanan)
merupakan kumpulan puisi yang dapat mewakili dunia puisi zaman Taishoo. Di
dalam karya ini terdapat semangatnya yang bergelora yang memiliki daya ampuh
untuk mempengaruhi pembaca.
Penyair humanisme yang lain adalah Yamamura Bochoo.
Kemudian, penyair Muroo Saisei yang mempunyai identitas hampir sama dengan
penyair rakyat membuat puisinya yang menuturkan secara murni perasaannya selama
ia hidup dalam kemiskinan dan berkelana.
Contoh puisi Dootei karya Takamura Kootaroo:
Boku-no mae-ni michi-wa nai
Boku-no ushiro-ni michi-wa dekiru
Aa, shizen-yo
Chichi-yo
Boku-o hitoridachi-ni saseta
koodai-na chichi-yo
Boku-kara me-o hanasainaide mamoru
koto-o seyo
Tsune-ni chichi-no kihaku-o boku-ni
mitaseyo
Kono tooi dootei-no tame
Kono tooi dootei-no tame
Di depan tak ada jalan
Di belakangku ada jalan
Oh, sang alam
Oh, sang bapak
Oh, sang Bapak yang nan luas,
janganlah membiarkanku sendiri
Janganlah meninggalkan daku dan
lindungilah aku
Untuk perjalanan nan jauh ini
Untuk perjalanan nan jauh ini.
Puisi Bebas Berbahasa Lisan Pada Zaman Taishoo
Bila ditinjau dari segi nilai seni, puisi bebas berbahasa
lisan boleh dikatakan dimantapkan oleh Takamura Kootaroo. Pelopor pembuatan
puisi jenis ini sebenarnya bukanlah Takamura Kootaroo, melainkan adalah Kawaji
Ryuukoo. Setelah Kawaji Ryuukoo, pembuatan puisi ini berangsur-angsur menjadi
populer dan akhirnya menjadi masak. Penyair-penyair dari grup populer dan grup
yang berpaham demokratis juga ikut membuat puisi ini. Mereka itu adalah Senke
Motomaro, Fukuda Masao, Momota Sooji, Tomita Saika, Shirotori Seigo dan
lain-lain yang berasal dari aliran Shirakaba. Di pihak lain, bila ditinjau dari
sudut yang mempunyai nilai sastra tersendiri, maka penyempurnaan puisi
berbahasa lisan ini adalah Hagiwara Sakutaroo.
Hagiwara Sakutaroo
Hagiwara Sakutaroo dikenal sebagai penyair yang memiliki ilham
serta perasaan ganjil yang tajam. Ia berhasil dalam mengekpresikan perasaan
yang dikandungnya dengan penuturan secara bebas. Di antara karyanya terdapat
Aoneko (kucing biru), Hyootoo (gunung es) dan Tsuki-ni Hoeru (meraung kepada
bulan) yang memiliki daya pengaruh besar pada dunia puisi pada zaman Taishoo.
Contoh dari Tsuki-ni Hoeru yang berjudul Take (bambu) :
Kataki jimen-ni take-ga hae,
Chijoo-ni surudoku take-ga hae,
Masshigura-ni take-ga hae,
Kooreru fushibushi rinrin-to,
Aozora-no moto-ni take-ga hae,
Take, take, take-ga hae.
Di atas tanah yang keras tumbuh
bambu,
Di atas tanah, tajam sekali, tumbuh
bambu,
Tegap, lurus, tumbuh bambu itu,
Bisa membeku, gemetar sendi-sendi
sekujur tubuhku,
Di bawah langit biru tumbuh bambu,
Tumbuh bambu, bambu, bambu.
Selain mereka yang disebut di atas masih ada lagi
penyair-penyair grup simbolisme seperti Hinatsu Koonosuke dan Saijoo Yaso yang
menulis puisi bercorak lain. Penyair Noguchi Yonejiroo membuat puisi berpaham
pemikiran dalam bahasa Jepang dan bahasa Inggris sehingga puisinya
dikategorikan sebagai puisi yang aneh.
Satoo Haruo
Satoo Haruo menulis puisi yang bergaya dan berirama tertentu
yang bersifat klasik, kumpulan puisinya berjudul Junjooshishuu (kumpulan puisi
demi cinta), di dalamnya terdapat puisi terkenal yang berjudul Samma-no Uta
(nyanyian ikan Samma).
Comments
Post a Comment