Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Puisi

Puisi




3.  Puisi

 

Lahirnya Puisi Baru

Untuk menerapkan pikiran dan perasaan zaman baru, pada zaman ini timbul keinginan untuk membuat puisi yang berbeda dengan bentuk-bentuk puisi yang sudah ada seperti waka, haiku dan kanshi: Terjemahan puisi-puisi Barat sudah ada sejak sebelum zaman Meiji, tetapi yang betul-betul berencana adalah kumpulan puisi berjudul Shintaishihoo (buku puisi baru) yang diterbitkan pada tahun Meiji 15 (1882) oleh sarjana-sarjana dari Universitas Tokyo yang bernama Toyama Masakazu, Yatabe Ryookichi dan Inoue Tetsujiroo. Sebagian besar karya ini merupakan terjemahan dari puisi-puisi panjang Eropa dan sebagian lagi adalah puisi-puisi baru ciptaannya sendiri. Puisi-puisi tersebut ditulis dalam gaya bersukukata tujuh-lima seperti puisi klasik dan biarpun di sana sini masih terlihat adanya kekurangan-kekurangan tetapi dapat dikatakan buku ini telah membuka suatu zaman baru bagi perkembangan puisi.

Contoh puisi Toyama Masakazu dalam Shintaishishoo terjemahan puisi Tennison berjudul ‘Serangan Kavaleri’:

Ichirihan nari ichirihan

Shichi-ni noriiru roppyakki

Shisotsu taru mi-no mi-o motte

Kotae-o nasu-mo wakenarazu

Shinuru-no hoka-wa arazaran

Narashite susumu ichirihan

Shoo-wa kakare-no rei kudasu

Wake-o tadasu-wa wakenarazu

Kore mei kore-ni shitagahite

Shichi-ni noriiru roppyakki


Enam kilometer, enam kilometer,

Berbaris berderet enam kilometer,

Enam ratus tentara berkuda masuk ke daerah peperangan,

Jenderal memerintahkan siap tempur,

Prajurit ya memang prajurit,

Tidak bisa menanyakan mengapa harus demikian,

Juga tidak bisa menjawab apa-apa,

Ini adalah perintah, harus menjalankan,

Kecuali gugur, tidak ada apa-apa lagi,

Enam ratus tentara berkuda masuk ke daerah peperangan.

Puisi panjang dalam Shintaishishoo diterima oleh masyarakat luas dan lambat laun isi serta bentuknya pun makin sempurna. Puisi panjang Ochiai Naobumi berjudul Koojo Shiragiku-no Uta (wanita pembakti bernama Shiragiku) dinilai sebagai karya yang baik.

 

Kumpulan Puisi Terjemahan Berjudul Omokage

Kumpulan puisi terjemahan berjudul Omokage (bayangan hati) merupakan kumpulan puisi baru beraliran romantis yang bernilai sastra tinggi. Kumpulan puisi ini yang berpengaruh kuat di masyarakat, diterbitkan oleh grup Shin Sei Sha yang dikenal dengan julukan S.S.S dengan Mori Oogai sebagai pemimpin utamanya. Karya-karya penyair kelas satu dari Inggris dan Jerman yaitu Byron, Goethe, Heine dan lain-lain banyak diterjemahkan ke dalam bahasa yang halus dan bersifat klasik sehingga berhasil dibentuk suatu dasar bagi puisi gaya baru.

Contoh terjemahan puisi Goethe berjudul ‘Nyanyian Minijon’:

Remon-no ki-wa hana sakikuraki hayashi-no naka-ni

Kogane iro shitaru kooji-wa eda-mo tawawani minori

Aoku hareshi sora-yori shizuyakani kaze fuki

Mirute-no ki-wa shizukani Raureru-no ki-wa takaku

Kumo-ni sobiete tateru kuni-o shiruyakanata-e

Kimi-to tomo-ni yukamashi


Pohon lemon yang ada di dalam hutan sedang berbunga,

Buah lemon yang berwarna kuning emas sangat sarat sampai-sampai dahannya bengkok,

Angin bertiup sepoi-sepoi dari langit biru yang cerah,

Pohon myrtle tumbuh tenang dan pohon laurel tumbuh tinggi,

Ke negeri yang ada pohon-pohon itu,

Aku ingin pergi bersama-sama dengan kau.

 

Shimazaki Tooson

Kitamura Tookoku dan Shimazaki Tooson adalah orang-orang yang berpangkalan pada majalah Bungakkai yang mempopulerkan kesusastraan beraliran romantisme. Kitamura Tookoku menghasilkan drama puisi berjudul Hooraikyoku yang pernauh dengan perasaan yang bergelora. Shimazaki Tooson pada majalah Bungakkai banyak menulis puisi-puisi lirik yang menggambarkan perasaan jiwa muda yang masih polos dan termasuk masih rawan. Kumpulan puisi pertamanya berjudul Wakanashuu (sayuran wakana), berikutnya adalah Hitohabune (perahu), Natsukusa (rumput musim panas) dan Rakubaishuu (pohon plum yang rontok). Banyak karya Tooson yang bagus-bagus diangkat dari cerita kesucian bercinta dan perasaan hati di waktu perjalanan. Keempat kumpulan puisi tersebut di atas kemudian dijadikan satu buku dengan nama Toosonshishuu (kumpulan puisi Tooson), bagian pendahuluannya sangat terkenal karena memberitahukan tibanya suatu zaman bagi puisi-puisi baru.

Contoh puisi dari Wakanashuu yang berjudul ‘Suara Ombak’:

Wakite nagaruru                              Yahojiho-no

Soko-ni izayou                                   Umi-no koto

Shirabe-mo fukashi                         Momokawa-no

Yorozu-no nami-o                            Yobiatsume

Toki michi kureba                            Uraraka-ni

Tooku kikoyuru                                 Haru-no shiho-no ne


Banyaknya air yang mengalir seolah-olah keluar dari mata air,

Mondar-mandir di sana, kecapi laut,

Nada pun lambat laun meninggi, datang dari banyak sungai,

Dengan suara yang bermacam-macam, berkumpul menjadi satu,

Jikalau air laut pasang, hati menjadi lega dan santai,

Itulah suara ombak di musim semi, kedengaran sampai jauh.



 

Doi Bansui

Puisi-puisi Shimazaki Tooson kebanyakan menggambarkan kehalusan perasaan bercinta dan kesedihan, sedangkan Doi Bansui dalam puisinya menggambarkan cita-cita masyarakat dalam bentuk syair kanshi. Puisi Tooson bersifat liris sentimentil dan kewanitaan, sedangkan puisi Bansui bersifat liris faktual dan jantan. Kumpulan puisi Bansui yang terkenal adalah Tenchi Ujoo (langit dan tanah berperasaan) dan Gyooshoo (lonceng fajar).

 

Yosano Tekkan

Yosano Tekkan adalah seorang penyair beraliran romantisme yang namanya tidak setinggi seperti Shimazaki Tooson dan Doi Bansui. Namun demikian, ia sebagai tulang punggung dari majalah Myoojoo berhasil menciptakan zaman keemasan bagi perkembangan puisi dalam sejarah kesusastraan Jepang modern. Gaya puisinya mula-mula bersifat jantan tetapi kemudian berubah menjadi bersifat keindahan. Penyair-penyair yang berada di bawah pengaruhnya adalah Takamura Kootaroo, Kitahara Hakushuu, Kinoshita Mokutaroo dan lain-lain. Setelah majalah Myoojoo tidak dicetak lagi, gaya puisi yang bersifat romantis tersebut dilanjutkan oleh majalah Subaru.

 

Susukida Kyuukin

Susukida Kyuukin adalah penyair yang mempunyai kedudukan penting dalam grup penyair romantisme sesudah zaman Shimazaki Tooson dan Doi Bansui. Ia menyukai karya penyair Inggris Keats, dalam karya-karyanya banyak dipergunakan kata-kata klasik sehingga mencerminkan adanya pengaruh kuat dari faham absolutisme seni. Di antara karya-karyanya terdapat kumpulan puisi berjudul Nijuugogen dan Hakuyookyuu (istana kambing putih), khususnya yang terkenal adalah puisinya yang berjudul ‘Aa Yamato-ni Shiaramashikaba’ yang terdapat di dalam Hakuyookyuu

 

Penyair Aliran Bunko

Penyair-penyair aliran ini bukanlah orang-orang terkemuka dalam dunia puisi. Kawai Suimei dan Irako Seihaku adalah penyair-penyair utama dari majalah Bunko yang diterbitkan pada tahun Meiji 28 (1895). Kujaku-bune (perahu merak) adalah karya Seihaku yang merupakan kumpulan puisi teratur rapi dan berkualitas tinggi.

 

Puisi Simbolis dan Kaichooon

Ueda Bin dalam novelnya Uzumaki banyak menekankan nilai-nilai estetika dan ia juga condong menggunakan bentuk novel simbolis. Bentuk yang diperkenalkannya melalui novel diambilnya dari aliran simbolisme Perancis. Begitu pula dalam dunia puisi, terjemahan-terjemahan puisi simbolisnya memberikan pengaruh kepada puisi-puisi waktu itu dan merupakan langkah pertama dalam mempopulerkan puisi simbolis di Jepang. Hasil karya terjemahannya yang berjudul Kaichooon (suara gelombang laut) diterbitkan pada tahun Meiji 38 (1905) dan merupakan suatu puisi terjemahan yang mendapat penilaian tinggi dalam sejarah puisi terjemahan modern sampai-sampai dapat digolongkan sebagai puisi kreatif.

Contoh puisi terjemahan berjudul “Daun Yang Rontok” dari P. Verlaine :

Aki-no hi-no                                       Wioron-no

Tameiki-no                                         Mi-ni shimite

Hitaburu-ni                                         Uraganashi

Kane-no oto-ni                                  Mune futagi

Iro kaete                                              Namida gumu

Sugishi hi-no                                      Omoide-ya

Geni ware-wa                                    Uraburete

Kokokashiko                                      Sadamenaku

Tobichirau                                           Ochiba kana


Pada suatu hari di musim gugur, terdengar suara biola digesek,

Bagai suara napas seseorang, masuk ke dalam jiwa kalbu yang sedang sunyi,

Hanya alunan suara itu saja, menyebabkan aku sedih,

Suara lonceng berdentang, berkesan di dalam hati,

Perasaanku berubah, air mata berlinang,

Hari-hari telah lewat, kenangan-kenangan telah berlalu,

Sesungguhnya aku, merasa susah dan gelisah,

Beberapa tahun ini, selalu tidak menentu,

Berjatuhan terbang dibawa angin tanpa tujuan, bagaikan daun-daun yang rontok itu.

 

Kanbara Ariake

Kanbara Ariake adalah salah seorang yang turut berjuang bersama-sama dengan Ueda Bin dalam memperkenalkan puisi simbolis. Bin dengan puisi terjemahannya dan Ariake dengan puisi kreatifnya merupakan dua penyair besar dalam dunia puisi Jepang yang berada pada ujung tikungan menuju ke puisi modern. Karya-karya Kanbara Ariake adalah Shunchooshuu (kumpulan puisi burung-burung musim semi) dan Ariakeshuu (kumpulan puisi Ariake). Dalam karya tersebut terdapat unsur yang memilukan dalam irama yang indah sehingga membawa warna kesyahduan yang tebal.

 

Kecenderungan Gerakan Puisi Bebas

Naturalisme menjadi aliran yang memegang peranan penting dalam kesusastraan dari periode akhir zaman Meiji sampai zaman Taishoo, dalam dunia puisi pun aliran ini mempunyai pengaruh yang kuat, mereka tidak mau lagi terikat pada peraturan-peraturan penulisan, melainkan cenderung pada penulisan puisi yang bergaya bebas. Bahasa lisan digunakannya, peraturan penulisan yang bersukukata tujuh-lima atau lima-tujuh ditinggalkan dan mereka berusaha berpegang pada hakekat pengungkapan bebas.

Puisi bebas berbahasa lisan pernah dicoba oleh Kawaji Ryuuko tetapi ia tidak berhasil. Sebaliknya penyair-penyair Kitahara Hakushuu, Kinoshita Mokutaroo, Miki Rofuu dan Takamura Kootaroo berhasil dalam usaha menciptakan puisi bebas berbahasa klasik (tulisan), sehingga sekarang bila ada orang berbicara soal puisi, maka yang dimaksudkan adalah bebas dan puisi bebas ini menempati kedudukan utama dalam dunia puisi.

 

Kitahara Hakushuu

Dari akhir zaman Meiji sampai awal zaman Taishoo, dunia puisi Jepang berpusat pada kegiatan penyair Kitahara Hakushuu. Hasil karyanya Jashuumon (agama menyesatkan) merupakan karya yang unik dan khas, yang melukiskan keadaan di luar negeri dan kegembiraan yang aneh serta asing bagi orang Jepang. Bakat yang cemerlang ini juga diwujudkannya dalam kumpulan puisinya yang berjudul Omoide (kenangan) dan Tokyoo Keibutsushi Oyobi Sono Ta (puisi tentang pemandangan Tokyo dan lain-lain). Selanjutnya gaya puisinya berubah menjadi gaya puisi yang sederhana dan ia juga membuka lembaran baru dalam bidang nyanyian rakyat serta nyanyian anak-anak.

Contoh puisi dalam Jashuumon :

Ware-wa omou, masse-no jashuu, kirishitan-de usu-no mahoo.

Kurobune-no kapitan-o, koomoo-no fukashigi kuni-o,

Iro akaki biidoro-o, Nioi toki anjiyabeiiru,

Nanban-no santomejima-o, hata, araki, chinta-no sake-o.


Aku berpikir, agama menyesatkan di akhir zaman Budha ini, agama Kristen dan lumpang bersihirnya.

Membawa yang aneh-aneh seperti kapal hitam dengan kaptennya, negeri aneh dengan orang-orang yang berambut merah, kaca yang berwarna merah, bunga carnation yang baunya menusuk hidung.

Barang tenunan berwarna-warni dari negeri di Selatan, bendera, arak, dan anggur.

 

Kinoshita Mokutaroo

Kinoshita Mokutaroo mempunyai kedudukan yang hampir sama dengan Kitahara Hakushuu, ia juga membuat puisi-puisi yang menceriterakan keadaan kota dan kesukaan-kesukaan orang-orang di luar negeri. Kedua penyair sama-sama menjunjung nilai-nilai estetika, tetapi karya Mokutaroo lebih bersifat intelektual bila dibandingkan dengan Kitahara Hakushuu. Kumpulan puisinya berjudul Shokugo-no Uta (nyanyian sesudah makan).

 

Miki Rofuu

Miki Rofuu penyair yang disederajatkan dengan Hakushuu, ia membuat puisi yang bersifat tenang dan mantap, bertentangan dengan puisi-puisi Hakushuu yang bersifat mewah dan meriah. Puisi-puisi simbolis Miki Rofuu banyak sekali, di antaranya berjudul Haien (taman terlantar) dan Shirokite-no-Kariudo (pemburu bertangan putih).

 

Nagai Kafuu dan Sangoshuu

Sangoshuu (bunga karang) adalah kumpulan puisi karya Nagai Kafuu yang memuat terjemahan puisi-puisi Perancis modern. Kumpulan puisi ini merupakan kumpulan puisi terjemahan yang terkenal sesudah Kaichooon dan memberi pengaruh yang amat besar kepada penyair-penyair muda terutama Miki Rofuu.

 

Takamura Kootaroo

Takamura Kootaroo adalah penyair majalah Myoojoo dan Subaru yang berpaham romantis dan santai, tetapi kemudian karena dia dipengaruhi orang-orang dari aliran Shirakaba, maka puisi-puisinya berubah menjadi yang bersifat kemanusiaan dan idealis. Di samping itu, pemakaian bahasanya pun berubah dari bahasa klasik menjadi bahasa lisan sehari-hari, sehingga ia berhasil membuat puisi yang bersifat sederhana tetapi mantap dan mengandung unsur kejantanan. Salah satu karyanya yang berjudul Dootei (perjalanan) merupakan kumpulan puisi yang dapat mewakili dunia puisi zaman Taishoo. Di dalam karya ini terdapat semangatnya yang bergelora yang memiliki daya ampuh untuk mempengaruhi pembaca.

Penyair humanisme yang lain adalah Yamamura Bochoo. Kemudian, penyair Muroo Saisei yang mempunyai identitas hampir sama dengan penyair rakyat membuat puisinya yang menuturkan secara murni perasaannya selama ia hidup dalam kemiskinan dan berkelana.

Contoh puisi Dootei karya Takamura Kootaroo:

Boku-no mae-ni michi-wa nai

Boku-no ushiro-ni michi-wa dekiru

Aa, shizen-yo

Chichi-yo

Boku-o hitoridachi-ni saseta koodai-na chichi-yo

Boku-kara me-o hanasainaide mamoru koto-o seyo

Tsune-ni chichi-no kihaku-o boku-ni mitaseyo

Kono tooi dootei-no tame

Kono tooi dootei-no tame


Di depan tak ada jalan

Di belakangku ada jalan

Oh, sang alam

Oh, sang bapak

Oh, sang Bapak yang nan luas, janganlah membiarkanku sendiri

Janganlah meninggalkan daku dan lindungilah aku

Untuk perjalanan nan jauh ini

Untuk perjalanan nan jauh ini.

 

Puisi Bebas Berbahasa Lisan Pada Zaman Taishoo

Bila ditinjau dari segi nilai seni, puisi bebas berbahasa lisan boleh dikatakan dimantapkan oleh Takamura Kootaroo. Pelopor pembuatan puisi jenis ini sebenarnya bukanlah Takamura Kootaroo, melainkan adalah Kawaji Ryuukoo. Setelah Kawaji Ryuukoo, pembuatan puisi ini berangsur-angsur menjadi populer dan akhirnya menjadi masak. Penyair-penyair dari grup populer dan grup yang berpaham demokratis juga ikut membuat puisi ini. Mereka itu adalah Senke Motomaro, Fukuda Masao, Momota Sooji, Tomita Saika, Shirotori Seigo dan lain-lain yang berasal dari aliran Shirakaba. Di pihak lain, bila ditinjau dari sudut yang mempunyai nilai sastra tersendiri, maka penyempurnaan puisi berbahasa lisan ini adalah Hagiwara Sakutaroo.

 

Hagiwara Sakutaroo

Hagiwara Sakutaroo dikenal sebagai penyair yang memiliki ilham serta perasaan ganjil yang tajam. Ia berhasil dalam mengekpresikan perasaan yang dikandungnya dengan penuturan secara bebas. Di antara karyanya terdapat Aoneko (kucing biru), Hyootoo (gunung es) dan Tsuki-ni Hoeru (meraung kepada bulan) yang memiliki daya pengaruh besar pada dunia puisi pada zaman Taishoo. 

Contoh dari Tsuki-ni Hoeru yang berjudul Take (bambu) :

Kataki jimen-ni take-ga hae,

Chijoo-ni surudoku take-ga hae,

Masshigura-ni take-ga hae,

Kooreru fushibushi rinrin-to,

Aozora-no moto-ni take-ga hae,

Take, take, take-ga hae.


Di atas tanah yang keras tumbuh bambu,

Di atas tanah, tajam sekali, tumbuh bambu,

Tegap, lurus, tumbuh bambu itu,

Bisa membeku, gemetar sendi-sendi sekujur tubuhku,

Di bawah langit biru tumbuh bambu,

Tumbuh bambu, bambu, bambu.

Selain mereka yang disebut di atas masih ada lagi penyair-penyair grup simbolisme seperti Hinatsu Koonosuke dan Saijoo Yaso yang menulis puisi bercorak lain. Penyair Noguchi Yonejiroo membuat puisi berpaham pemikiran dalam bahasa Jepang dan bahasa Inggris sehingga puisinya dikategorikan sebagai puisi yang aneh.

 

Satoo Haruo

Satoo Haruo menulis puisi yang bergaya dan berirama tertentu yang bersifat klasik, kumpulan puisinya berjudul Junjooshishuu (kumpulan puisi demi cinta), di dalamnya terdapat puisi terkenal yang berjudul Samma-no Uta (nyanyian ikan Samma).





Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau