Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
2. Periode Awal
1. Novel dan Kritik
a. Periode Zaman Pencerahan
Kesusastraan Tradisional
Meskipun telah memasuki Zaman Meiji tetapi kesusastraan baru
tidak segera dapat lahir, masih harus mengikuti arus yang merupakan kelanjutan
dari kesusastraan tradisional. Kesusastraan seperti ini, yang merupakan
kesusastraan peralihan diisi oleh karya-karya pengarang seperti Kanagaki Robun,
Takabatake Ransen (Ryuutei Tanehiko III) dan Somezaki Nobufusa (Tamenaga
Shunsui II). Di antara para pengarang gesaku (sejenis novel Zaman Edo)
tersebut, Robun menunjukkan sikap yang mengikuti aliran pembaharuan. Dalam buku
Seiyoo Doochuu Hizakurige dan Agura Nabe, Robun menggambarkan keadaan kehidupan
masyarakat yang telah mengadakan pembaharuan sebagai bahan ceritera.
Kesusastraan Zaman Pencerahan
Para cendekiawan yang membawa pemikiran-pemikiran baru
setelah pulang belajar dari luar negeri dalam waktu singkat memegang peranan
penting dalam melancarkan jalannya Bunmei Kaika (Revolusi Kebudayaan), antara
lain diwakili oleh dua tokoh yaitu Fukuzawa Yukichi dan Nishi Amane.
Aliran-aliran seperti utilitarianisme dan komersialisme mendapat kedudukan yang
kuat. Fukuzawa menulis dua buah buku yaitu Gakumon no Susume dan Katawa Musume.
Katawa Musume merupakan satire terhadap zaman itu. Nishi Amane biasanya dijuluki
dengan seorang ensiklopedia karena ia mengerti berbagai ilmu pengetahuan yang
datang dari luar dan memperkenalkannya di Jepang. Bukunya yang terkenal adalah
Hyakugaku Renkan. Selain itu Nishi Amane juga dianggap sebagai orang pertama
yang memperkenalkan pemikiran baru dalam kesusastraan.
Kesusastraan Terjemahan
Berbagai ragam hasil karya Barat diterjemahkan dan ditiru
sehingga memberikan dorongan dan semangat untuk melahirkan kesusastraan baru.
Buku karya Robinson Crusoe diterjemahkan dalam bahasa Jepang dengan judul
Robinson Zenden dan diterbitkan pula Arabia Monogatari yang merupakan ringkasan
buku Arabian Night dalam bahasa Jepang. Buku berjudul Kisah Perjalanan
Mengelilingi Dunia Dalam 80 Hari karya Jules Verne juga sebagai kisah
perjalanan yang berdasarkan ilmu pengetahuan juga tidak ketinggalan. Niwa
Junichiroo menterjemahkan buku karya Lytton dengan judul Karyuu Shunwa yang
mendapat sambutan baik sebagai hasil karya yang bermutu tinggi. Terjemahan
sastra Barat ini menyadarkan pengarang-pengarang kesusastraan Gesaku dari
kelemahan-kelemahan tradisi lama dan mempercepat perkembangan tumbuhnya
kesusastraan baru.
Di bidang teori kesusastraan, setelah Nishi Amane yang telah
memperkenalkan cara berpikir baru dalam kesusastraan, munculnya Nakae Choomin
dengan karya terjemahannya berjudul Uishi Bigaku. Isinya tidak saja
memperkenalkan cara berpikir yang sistematis dalam kesusastraan, tetapi dia
juga memperkenalkan aliran romantisme dan naturalisme.
Novel Politik
Bersamaan dengan timbulnya gerakan yang menuntut hak dan
kebebasan yang mempunyai tujuan pembentukan masyarakat baru, berkembanglah
novel politik, yakni novel yang memasukkan pendapat-pendapat dan gagasan
politik. Pengarang-pengarang novel politik yang mewakili zaman ini antara lain
adalah Yano Ryuukei dengan novelnya Keikoku Bidan, Tookai Sanshi dengan bukunya
Kajin no Kiguu, dan Suehiro Tetchoo dengan bukunya Setchuubai.
Dengan masuknya iklan politik ke dalam kesusastraan,
ditinjau dari segi nilai kesusastraan itu sendiri, mutunya memang rendah,
tetapi dapat dikatakan berhasil dalam mencerminkan cita-cita zaman yang ingin
membuat kesusastraan dan masyarakat saling berkaitan satu sama lain. Tema utama
dihubungkan dengan pembangunan negara bersamaan dengan sifat kejantanan dan
kepahlawanan yang menonjol. Corak kesusastraan ini adalah kesusastraan
metafisika yang berlawanan dengan kesusastraan modern yang biasanya cenderung
bersifat erotis. Novel politik ini bersama-sama dengan kesusastraan terjemahan,
memperkenalkan unsur-unsur baru ke dalam kesusastraan Jepang.
Comments
Post a Comment