Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
2. Kesusastraan Drama
Teater Kecil Tsukiji
Setelah terjadinya gempa bumi besar Kantoo, usaha untuk
memulihkan kegiatan drama modern dimulai dengan didirikannya teater kecil
Tsukiji pada tahun Taishoo 13 (1924). Teater kecil ini didirikan oleh Osanai
Kaoru dan Hijikata Yoshi. Mereka mengadakan pementasan yang bersifat percobaan
tapi penuh ambisi. Ceritanya terutama diambil dari drama modern Barat dan
berbagai corak drama yang pernah dipentaskan dulu (setelah perang dunia
pertama) juga dikerjakan. Tidak lama setelah itu, juga dilakukan pementasan
drama karya sendiri. Pementasan drama-drama ini hanya ditujukan kepada
sekelompok kecil kaum cendekiawan sehingga perkembangannya menjadi terbatas.
Tidak lama setelah Osanai Kaoru meninggal, teater kecil ini pecah menjadi
beberapa buah.
Aliran Gekisaku
Kishida Kunio yang berasal dari aliran neosensualis menjadi
pemimpin drama baru di Jepang setelah Osanai Kaoru meninggal dan ia bersandar
pada drama modern Perancis. Di tengah-tengah meningkatnya novel ia sangat
berjasa dalam meninggikan kedudukan drama. Karya dramanya antara lain adalah
Furui Gangu (mainan tua), Kami Fuusen (balon kertas), dan Ushiyama Hoteru
(hotel Ushiyama). Pada tahun Shoowa 7 (1932) ia menerbitkan majalah Gekisaku
dan dengan ini membentuk aliran Gekisaku yang berpangkal pada realisme
psikologis. Orang-orang yang termasuk aliran ini adalah Kawaguchi Ichiroo yang
menulis Nijuurokubankan (rumah nomor 26), Tanaka Chikao yang menulis Ofukuro
(ibunda), Uchimura Naoya yang menulis Shuusuirei (bukit Shuusui), Morimoto
Kaoru yang menulis Hanahadashiki Ichizoku (anak orang mewah dan Koyama Yuushi
yang menulis Setonaikaino Kodomora (anak-anak dari Setonaikai). Mereka
bekerjasama dengan Tomoda Kyosuke dan Tamura Akiko dari teater Tsukiji
(Tsukijiza) sampai membawa hasil baik. Selain itu, selanjutnya Kishida Kunio
bersama-sama dengan Kubota Mantaroo dan Iwata Toyoo mendirikan teater Bungaku
(Bungakuza).
Drama Proletar
Pementasan drama proletar banyak berupa drama cerita. Di
antaranya adalah Haritsuke Mozaemon (kisah Haritsuke Mozaemon) dan Nani-ga
Kanojo-o Soosasetaka (apa yang membuatnya begitu) karya Fujimori Seikichi,
Kizudarake-no Oaki (Oaki yang penuh luka) dan Bui (kantong penyelamat) karya
Miyoshi Juuroo, Booryokudanki (kisah mafia) karya Murayama Tomoyoshi. Booryokudanki
mengisahkan pertentangan dua kelompok mafia yang berusaha menggencet
pekerja-pekerja kereta api.
Selain itu, Hokutoo-no Kaze (angin timur laut) karangan
Hisaita Eijiroo dan Goryookaku Kessho (surat darah Goryookaku), Kazanbaichi
(daerah gunung api) karangan Kubo Sakae merupakan karya yang menghilangkan
sifat umum drama proletar dan menonjolkan sifat pementasan. Ada lagi Itachi
(musang) dan Tonsoofu (naskah lagu pelarian) karangan Mafune Yutaka yang telah
menjadi penganut paham aliran seni. Pada tahun Shoow 15 (1940), perkumpulan
drama Shinkyoo (Shinkyoo Gekidan) dan perkumpulan drama Shintsukiji
(Shintsukiji Gekidan) dibubarkan sehingga kegiatan pementasan drama menjadi
terhenti.
Drama Baru Setelah Perang Dunia II
Setelah perang dunia II berakhir, di samping Kabuki, pementasan
drama baru juga dilakukan kembali dan perkumpulan drama pun bertambah banyak
antara lain Shinkyoo Gekidan, Bungakuza, Haiyuuza dan Mingei, sehingga kegiatan
drama menjadi beraneka ragam.
Kegiatan drama baru dimulai dari pementasan drama Tschehoff
yang berjudul Sakura-no Sono (kebun bunga sakura) yang dikerjakan secara
bersama-sama oleh beberapa perkumpulan drama tersebut. Kemudian kegiatan drama
ini memasuki masa dewasanya setelah pementasan drama Gogori yang berjudul
Kensatsukan (jaksa).
Kegiatan Pengarang Lama
Karya drama sebelum perang dunia II antara lain adalah
Ringoen Nikki (catatan harian di kebun apel) dan Nihon-no Kishoo (cuaca di
Jepang) dari Kubo Sakae, Sono Hitoo-o Shirazu (tak mengenal orang itu) dan
Honoo-no Hito (orang di api) dari Miyoshi Juuroo, Shinda Umi (laut mati) dari
Murayama Yomoyoshi dan lain-lain. Karya-karya ini mengandung sifat realisme
yang kuat sehingga tema-tema yang diperbincangkan dapat diteruskan untuk zaman
berikutnya yaitu zaman setelah perang. Selain itu, masih ada pula karya lain
seperti Kyooiku (pendidikan) karangan Tanaka Chikao yang bersifat metafisika
dan Hotaru-no Uta (nyanyian kunang-kunang) karangan Tanaka Sumie yang
menggambarkan aspek psikologi wanita.
Kegiatan Pengarang Baru
Di antara penulis drama yang memulai karirnya setelah perang
terdapat Kinoshita Junji dan Katoo Michio. Kinoshita Junji terkenal karena ia
berhasil menyajikan karyanya yang berjudul Yuuzuru (bangau sore hari) yang
mengambil bahan dari cerita-cerita rakyat. Di pihak lain, Katoo Michio terkenal
karena karya drama fiksinya yang berjudul Nayotake (bambu jelita) yang
ceritanya diambil dari Taketori Monogatari. Di samping itu penulis novel dan
kritikus sastra seperti Fukuda Tsuneari, Mishima Yukio, dan Nakamura Mitsuo
juga menghasilkan beberapa karya drama dan gejala ini termasuk istimewa. Di
antara karya Fukuda Tsuneari terdapat Kiti Taifuu (angin topan Kiti) dan Ryuu-o
Nadeta Otoko (laki-laki penakluk naga), kedua-duanya merupakan drama komedi.
Karyanya yang lain adalah Akechi Mitsuhide (kisah Akechi Mitsuhide) yang
merupakan drama sejarah. Di antara karya Mishima Yukio terdapat Kindai
Noogakushuu (kumpulan drama Noh modern) dan Rokumeikan (Gedung Rokumei). Kedua
karya ini merupakan karya tentang seni drama Noh versi modern. Nakamura menulis
Kiteki Issei (sebuah tiupan peluit). Selain itu, masih ada lagi beberapa karya
dari Shiina Rinzoo dan Abe Kimifusa.
Drama-drama yang dihasilkan setelah perang pada umumnya
sudah kehilangan sifat realismenya dan memiliki ciri khas pada tema dan
susunannya yang bersifat luas dan bebas.
Comments
Post a Comment