Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
b. Masuknya Pengaruh Naturalisme Eropa, Terutama Zolaisme dari Perancis (1890)
Naturalisme timbul di Jepang sebagai akibat pengaruh kesusastraan Barat, terutama kesusastraan Perancis, yang merupakan penghayatan dari ide pujangga terkenal Emile Zola (1840-1902). Naturalisme timbul dengan latar belakang kemajuan dalam ilmu pengetahuan, terutama di bidang ilmu pasti alam, dan buah pikiran ini mendorong lalu menjelma dalam kesusastraan dengan bersendikan pada anatomis individu maupun sosial. Secara singkat arti naturalisme/realisme dalam kesusastraan adalah penggambaran atau penghayatan dari kejadian sesungguhnya yang dipaparkan dalam bentuk roman atau novel. Ide kejadian atau data nyata, berarti tidak hanya ide pemikiran yang indah-indah saja, tetapi justru ide nyata dari hal-hal yang tidak baik atau kelemahan manusia, bahkan kejelekan dipaparkan dengan cara apa adanya atau polos.
Sejak kapan pengaruh aliran Barat ini masuk ke Jepang, dapat kita lihat dari segi historisnya secara singkat, seperti di bawah ini.
Naturalisme di Eropa lahir pada abad ke-19 sebagai akibat timbulnya berbagai penemuan baru di bidang ilmu pasti alam. Sebelumnya, di Eropa mengalami zaman kekuasaan kaum Gereja sehingga dalam segala hal senantiasa ditinjau dari segi keagamaan atau dogmatis. Namun, setelah mengalami perubahan zaman baru, ilmu pengetahuanlah yang dapat menjamin kebenaran, dan karena itu buah pikiran dunia kesusastraan pun mendapat pengaruh besar. Dalam hal ini dunia sastra menuju ke arah pemikiran baru, terutama dalam hal penulisan novel yang bersendikan pada analisis objektif dan logis.
Emile Zola dengan karyanya Le Roma Experimentale (1880), sebuah roman yang bertemakan masalah pengobatan; kemudian Claude Bernard (1813-1878) dengan karyanya yang berjudul Introduction a l'etude de la Medicina Experimentale (1865), buku ini berisi tentang pengantar percobaan pengobatan; adalah dua buku yang mengupas tentang masalah metode baru dalam kedokteran yang paling modern. Kemudian, metode itu dipaparkannya dalam bentuk roman dan novel. Dengan demikian, lahirlah novel yang bersendikan pada analisis kejadian-kejadian yang nyata. Dalam buku itu diceritakan bahwa manusia menjadi sakit karena faktor keturunan dan pengaruh lingkungan. Dengan kata lain, manusia senantiasa dipengaruhi oleh faktor darah keturunan serta faktor lingkungan hidup dalam masyarakat. Dalam hal ini tampak berbeda dengan aliran romantisme, di mana ide pemikiran individu dilukiskan dalam novel romantis atau idealis.
Seperti telah disebutkan di atas, Emile Zola dalam bukunya menulis hubungan antara keturunan dan pengaruh lingkungan. Kedua faktor ini saling mempengaruhi dan pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan manusia. Jadi bagaimanapun cerdasnya akal seseorang, mungkin saja tidak dapat berkembang karena pengaruh lingkungannya.
Perkembangan naturalisme di Jepang mendapat pengaruh dari naturalisme Eropa yang masuk ke Jepang pada akhir tahun 1890. Paham tersebut dapat dilihat dalam karya-karya pujangga Kosugi Tenggai, Oguri Fuuyo, dan Nagai Kafu, yang dapat digolongkan dalam masa pranaturalisme Jepang. Ketiga orang ini mendapat pengaruh dari Emile Zola dalam masalah pemaparannya, yaitu manusia senantiasa dipengaruhi oleh darah keturunan dan faktor lingkungan hidup mereka yang dilukiskan dalam bentuk novel. Ketiga orang ini lahir pada zaman naturalisme Jepang. Novel-novel yang ditulis mereka seperti novel karya Kosugi Tenggai berjudul Hayari Uta (Nyanyian Populer) yang ditulis pada tahun 1903, karya Nagai Kafu berjudul Jigoku no Hana (Sekuntum Bunga Neraka) yang ditulis pada tahun 1902, dan karya Oguri Fuuyo dengan judul Sametaru Onna (Kebangkitan Kaum Wanita), juga karya Tayama Katai yang terdahulu dan digolongkan dalam novel pranaturalisme yang berjudul Yuu e Mon no Saigo (Berakhirnya Ketenaran Dari Seorang Yang Bernama Yuu e Mon), yang ditulis pada tahun 1903 dan merupakan pelopor ke arah naturalisme Jepang.
Dalam mengkaji naturalisme perlu diperhatikan sifat pemikiran naturalisme Jepang. Menurut Yoshida Seiichi, seorang ahli peneliti kesusastraan, terdapat empat faktor yang harus diperhatikan dalam mengkaji naturalisme, yaitu kesadaran individu yang kuat, sikap, cara, serta tujuan penulisan Shizen e no Kokuhaku yang berarti mendekat pada alam, peran cerita ditujukan langsung pada Ie atau keluarga, dan sikap pandang terhadap kehidupan manusia atau masyarakat secara saksama.
Dalam sejarah kesusastraan Perancis, naturalisme merupakan gerakan kesusastraan yang terutama ditujukan pada novel dan kritik sastra. Bersama itu pula naturalisme merupakan gerakan pemikiran yang mengubah arti kemanusiaan dan keduniawian. Sebelumnya, dunia kesusastraan mengungkapkan sikap manusia yang mendasar, mempunyai kelemahan-kelemahan yang diakui, kemudian diabaikan dalam romantisme; sedangkan dalam naturalisme Jepang, kelemahan-kelemahan termasuk di dalamnya semangat romantis, diwujudkan dalam bentuk novel.
Menurut Yoshida Seiichi, pemikiran naturalisme merupakan benih lahirnya "filsafat awal" dari para pujangga pada zaman Meiji. Gerakan naturalisme dalam kesusastraan merupakan semangat pembaharuan atau pembangunan kesusastraan sebagai tuntutan zaman. Sementara menurut Ishikawa Takuboku (1886-1912), gerakan naturalisme timbul karena didasari oleh dua faktor, yaitu semangat akibat pengalaman-pengalaman baru dalam kesusastraan, dan adanya keinsyafan setelah memasuki zaman pembaharuan Meiji.
Fukuzawa Yukichi (1834-1901), seorang ahli filsafat dan pendidikan Jepang, dan Nishi Amane (1828-1897), juga ahli filsafat, keduanya merupakan pelopor aliran pemikiran empirisme, mengemukakan tanggapan terhadap keputusan dan kehampaan pada pemikiran naturalisme. Ada tiga tingkat pemikiran tentang naturalisme, yaitu merupakan barang impor bukan asli ciptaan sendiri, dan pengerahan sebagian materi impor yang kemudian menciptakan sesuatu yang baru, sesuatu yang baru itu disebut "filsafat awal" dari naturalisme. Berarti pula, naturalisme merupakan wujud nyata yang disukai orang pada waktu itu. Dalam buku Ishikawa Takuboku Nikki (1900), mereka benar-benar tertarik dan mendambakan filsafat baru itu.
Apabila kita mengikuti beberapa pemikiran para pujangga dan peneliti kesusastraan Jepang, akan didapat gambaran akibat pengaruh kesusastraan Barat yaitu lahirlah suatu produk baru — naturalisme Jepang — dalam kesusastraan zaman Meiji.
Baca: Buku Pengantar Kesusastraan Jepang
Comments
Post a Comment