Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Kanshi

Kanshi


3.  Kanshi (Puisi Cina)


Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa Tiongkok menjadi panutan Jepang zaman kuno pada segala bidang. Dalam bidang sejarah, ekonomi, kebudayaan, misalnya, Jepang benar-benar mencontoh Tiongkok. Mahasiswa-mahasiswa pada zaman itu dikirim ke Tiongkok untuk menuntut ilmu di sana. Seperti kita ketahui, kalau kita mengimpor kebudayaan luar berarti kita juga mengimpor tulisannya. Oleh karena itu, bagi orang yang dapat mengerti dan menuliskan huruf Cina, dan juga bagi yang dapat menggunakannya, mereka dapat disebut sebagai seorang intelektual pada zaman kuno. Mereka, para intelektual Jepang, meniru ilmuwan Cina dari golongan Shidayu dalam pembuatan puisi, khususnya puisi Cina. Kumpulan puisi Cina pertama yang dibuat oleh penyair Jepang disebut Kaifusho. Jika dilihat dari segi sejarahnya, dapat dikatakan bahwa karya tersebut merupakan suatu penelitian dan dapat dikatakan pula sebagai tiruan puisi di Cina.

Meskipun demikian, puisi Cina (ditulis sesuai cara Cina) yang sama sekali tidak meniru dari Cina kemudian dibuat pula di Jepang. Bentuk puisinya banyak mengandung pemikiran dan perasaan individu. Pembuat kanshi atau puisi Cina ini adalah Otsunomiko. Dia adalah putra kaisar Tenmu dan dikenal sebagai ilmuwan yang pandai di segala bidang. Selain itu, dia merupakan seorang pemberani dan pandai dalam siasat perang. Boleh dikatakan, Otsunomiko adalah seorang pemuda yang unggul dalam segala hal. Namun, sepeninggal kaisar Tenmu, ayahnya, Otsunomiko terlibat dalam kancah peperangan dan ia dicurigai menentang pemerintah sehingga dijatuhi hukuman mati.

Puisi berikut ini adalah puisi yang dibuat menjelang hukuman mati dan Otsunomiko menerima dengan pasrah kematiannya itu.
Menjelang matahari terbenam dan ketika sinar senja menerangi rumah, ketika terdengar bunyi tambur yang menandakan bahwa hari telah senja, saat itu bunyi tambur itu terdengar seakan-akan memburu nyawanya. Dalam perjalanan menjelang kematian, tiada tamu dan tiada tuan rumah, yang ada hanya diri sendiri.
Aku di senja yang mulai gelap ini harus meninggalkan rumah, dan harus menjalankan suatu perjalanan menuju kematian, hanya seorang diri.

Puisi di atas tentu saja diterjemahkan dari bahasa Jepang modern dan bukan dari bahasa Jepang kuno sehingga untuk mengekspresikan keadaan pada saat itu tentu tidak terlalu tepat. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa puisi ini mengandung suatu perasaan sedih dan kesal yang amat dalam.

Karena Otsunomiko dilahirkan di lingkungan kekaisaran yang penuh dengan kemegahan dan disertai kecakapan yang dimilikinya, ia dicintai dan selalu disanjung oleh banyak orang. Akan tetapi, karena fitnah yang dilancarkan kepadanya, dia harus menjalani hukuman mati dalam usia yang masih sangat muda, yaitu 24 tahun. Puisi di atas dibuat menjelang kematian, dan merupakan puisinya yang terakhir. Dalam pembuatannya, dia menggunakan bentuk kanshi yang mengandung segala perasaan yang berkecamuk dalam dirinya.

Puisi kanshi mulai sempurna dibuat di Jepang sekitar permulaan abad ke-9. Kanshi ini berbeda dengan kanshi di Cina karena sangat keras dan lebih mengekspresikan pemikiran dan perasaan orang Jepang. Dengan adanya pembuatan kanshi di Jepang yang berbeda dari negeri asalnya itu, seolah-olah pengaruh kebudayaan Cina yang sangat besar itu berakhir.

Karya-karya yang dapat mewakili kanshi pada akhir abad ke-9 menjelang abad ke-10 adalah karya Sugawara Michizane. Selain merupakan ilmuwan yang sangat terkenal, dia juga merupakan sastrawan dan politikus. Michizane dilahirkan sebagai putra ke-3 dari keluarga Sugawara yang turun-temurun sebagai keluarga ilmuwan, dan sejak kecil sudah berminat dalam segala ilmu pengetahuan. Tidak aneh bila setelah dewasa, selain menjadi seorang ilmuwan, ia juga merupakan sastrawan yang terkenal pada zamannya. Dalam waktu yang bersamaan ia telah menjadi pegawai negeri dan bekerja pada kaisar, sehingga jika dilihat dari segi ilmu pengetahuan dan politik, perjalanan hidupnya tergolong sukses sampai pada akhirnya beliau dipercayakan memegang jabatan sebagai seorang menteri yang tinggi.

Ternyata, di balik kesuksesannya itu, Michizane dibenci oleh keluarga Fujiwara yang mempunyai pengaruh sangat kuat pada pemerintahan Jepang pada saat itu. Ia mendapat berbagai kesulitan dan fitnahan. Melalui siasat politik dari keluarga Fujiwara, Sugawara Michizane akhirnya dibuang ke daerah Kyushu, suatu jabatan yang lebih rendah dari jabatan sebelumnya. Akan tetapi, walaupun Michizane berhasil disingkirkan dengan cara yang kotor, bangsa Jepang tidak menutup mata terhadap kebaikan Michizane, jasa-jasa Michizane tidak dilupakan orang, dan untuk menghormatinya, didirikanlah kuil Shinto yang disebut Ten Mangu di segala penjuru Jepang. Ia juga disebut-sebut sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan.

Berikut ini akan ditampilkan sebuah kanshi karya Michizane yang berbeda dari kanshi Cina, yang dianut selama berkembang di Jepang dan mempunyai ciri khas sendiri yaitu lebih mengekspresikan perasaan diri sendiri. Puisi yang terkenal dalam kumpulan puisi kanshi dan disebut Kankegashu ini, dibuat Michizane ketika beliau dibuang ke Tsukushi di daerah Kyusu. Di daerah inilah Michizane menghabiskan sisa hidupnya dan banyak menghasilkan puisi-puisi hasil ungkapan perasaannya. Tentu saja puisi-puisi yang dihasilkan mencerminkan kehidupan beliau selama dalam pembuangan; menghabiskan hari-hari yang gelap, tanpa kecerahan, sedih, kesal, dan kehilangan harapan-harapannya.

Puisi yang akan ditampilkan adalah salah satu puisinya yang terkenal dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang modern.
Wajahku, sudah berubah menjadi kurus dan pucat
Rambutku sudah putih semua
Aku sama saja dibuang ke daerah yang sangat jauh dari ibu kota
Dahulu aku hidup di daerah yang ramai dan megah
Namun kini aku harus hidup di pinggir desa
Sama seperti orang buangan, dan harus pula memikul hukuman yang tidak pernah kuperbuat
Sinar bulan bagaikan cermin, tapi tak kuasa untuk mengungkapkan kebenaran atas diriku
Kekuatan angin berhembus bagaikan sebilah pedang
Namun tidak dapat menyingkirkan kesedihan hatiku
Apa pun yang dilihat dan didengar bagiku segalanya hanya terasa kekejaman dan kedinginan
Lebih-lebih pada malam musim gugur yang panjang ini membuat orang lebih merasakan kesedihan yang dalam.

Di sini digambarkan perasaan Michizane yang dibuang jauh dari ibu kota dan harus menanggung hukuman yang tidak pernah diperbuatnya. Perasaan kesal bercampur sedih diutarakan dengan jelas, tanpa suatu harapan baginya. Akan tetapi, dalam kenyataannya, Sugawara Michizane yang sangat terkenal sebagai seorang ilmuwan, sastrawan dan juga politikus itu tidak dapat membuktikan kebenarannya. Ia meninggal dalam usia 59 tahun di daerah Tsukushi yang terpencil itu.


Baca: Buku Pengantar Kesusastraan Jepang

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau