Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Begitu banyak pebisnis yang sukses akan menceritakan kepada Anda bahwa mereka akhirnya mampu meraih sukses setelah menaklukkan rasa takut dalam diri mereka. Dari titik tersebut, ke arah sukses biasanya tinggal lurus saja.
Setiap agama dan sekolah filsafat memandang rasa takut sebagai hambatan, dan dirasa perlu untuk mendorong umatnya untuk mengatasinya. Taurat selangkah lebih dari itu. Tersembunyi jauh di dalamnya, adalah cetak biru untuk mengatasi reaksi negatif akibat rasa takut. Berdasarkan kisah terkenal Musa membelah laut. Cetak biru dalam mengatasi rasa takut ditemukan dalam teks Taurat dan di alam tafsir-tafsir serta pengajaran tentang peristiwa-peristiwa dalam Taurat, yang dikenal sebagai Midrashim (bentuk jamak dari "Midrash"). Midrashim diajarkan turun-temurun dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi, dan hanya kemudian dituliskan sejak beberapa abad yang lalu. Biasanya, sebuah Midrash merupakan uraian canggih untuk membuat lebih jelas suatu isu yang muncul pada suatu bagian Taurat.
Dalam konteks rasa takut ini, Midrash (Michilta, Keluaran 14:12) berbentuk kisah tentang perdebatan di antara kaum Yahudi yang terbebaskan saat mereka sendiri di hadapan Sea of Reeds (yang sering terjadi salah kaprah dalam terjemahan Taurat berbahasa Inggris menjadi Red Sea). Mereka terjebak di antara bala tentara Mesir yang memburu mereka di satu sisi, dan laut dalam sisi yang lain. Bisa Anda bayangkan rasa takut yang sedang mereka alami saat itu (Keluaran 14).
Rasa takut, sebenarnya bisa mendorong mereka melakukan empat macam perilaku yang bisa mendatangkan malapetaka besar. Midrash menceritakan empat rupa dorongan rasa takut ini: penghancuran diri (self-sabotage), melawan, mundur, dan menyerah pada nasib. Tanggapan dari Musa, seperti disebutkan dalam Taurat, menunjukkan kearifan luar biasa dalam menjawab empat dorongan ini. Dia tidak mengantisipasinya semudah slogan Nike "Just Do It!" Dia menemukan sumber rasa takut tersebut dan memberitahu kaumnya bagaimana mengatasinya. Untuk melakukan hal itu, Musa menciptakan sebuah format yang bisa digunakan oleh setiap orang untuk setiap situasi di mana rasa takut muncul. Format tersebut begitu efektif sehingga tidak diperlukan pembaruan—bahkan setelah tiga ribu lima ratus tahun berlalu.
Musa berdiri di tepi pantai berpasir Sea of Reeds di semenanjung Sinai, tempat yang mungkin sangat jauh dari Anda saat ini. Namun pelajaran yang diberikan oleh Musa masih relevan di mana pun. Kaum Yahudi baru saja terlepas dari perbudakan dan bebas pergi kembali ke tanah asalnya. Tetapi Firaun kemudian berubah pikiran. Dia memanggil bala tentaranya dan memimpin langsung melintas gurun untuk mengejar para budaknya dahulu.
Bayangkan bagaimana rasanya menjadi salah satu orang Yahudi yang berkumpul di pinggir laut, mendengar datangnya derap kaki kuda pasukan Firaun berderu mendekat. Kegembiraan yang begitu besar sirna seketika. Sesekali melihat ke arah lautan luas dan menengok ke arah datangnya bayangan kuda perang. Anda menengadah ke langit berharap tiba-tiba tumbuh sayap untuk bisa terbang, dan bertanya-tanya inikah kesempatan terakhir melihat awan di langit. Debu yang mengepul tebal dari arah mendekatnya pasukan Firaun dan mulai mengelilingi Anda. Saat menatap mata anak-anak, bisa Anda rasakan ketakutan mereka merayap hingga ke tulang sendi Anda.
Di sinilah midrash menambahkan pada detailnya. Di saat yang penuh ketegangan, disebutkan bahwa para pemimpin suku terbelah menjadi empat golongan, bertengkar penuh kemarahan ke satu sama lainnya.
Salah satu tetua mengajak kaumnya melakukan bunuh diri massal. "Lebih baik mati bunuh diri daripada dibunuh oleh tuan lama kita. Ini akan menjadi pernyataan terakhir dari sebuah kebebasan bertindak dan pengendalian diri: untuk membuktikan bahwa kita bukan lagi budak, kita angkat pisau belati ke leher dengan kemauan sendiri!"
Orang kedua membentaknya. "Saat-saat kebebasan telah sirna," dengan suara letih. "Biarlah kita menyerah ke Firaun lagi dan kembali ke Mesir sebagai budak. Begitulah kita dahulu dan begitulah seterusnya yang akan terjadi."
Orang dari kelompok lain terganggu dengan omongannya, dan berteriak marah. "Manusia yang bebas mesti berjuang untuk kebebasannya," katanya. "Sekaranglah saatnya untuk bangkit dan bertempur melawan pasukan Mesir. Tidak peduli persenjataan kita sangat minim dan hasil pertempuran yang tak terelakkan, mari kita lawan dengan bertempur."
Suara terakhir memotong perkataannya. "Bukan kita sendiri yang membebaskan diri kita dari perbudakan. Bukan kita yang melakukannya. Jalan kita hanyalah diam, tutup mata dan berdoa kepada Tuhan."
Pasukan kuda Firaun saat itu telah jelas terlihat diiringi kilatan sinar matahari yang terpantul dari pedang-pedang mereka. Semua orang terdiam dan melihat ke arah Musa. Dialah yang memimpin mereka sampai sejauh ini. Musa membalas tatapan mereka dan mengucapkan kata-kata terpenting yang keluar dari mulutnya selama menjadi pemimpin (Keluaran 14:13-14): Janganlah takut. Berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari Tuhan yang akan diberikan-Nya hari kepadamu. Sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu diamlah saja."
Orang-orang Yahudi tersebut berdiri, diam, dan bingung dengan kata-kata Musa. Lalu Tuhan mengatakan kepada Musa dan memerintahkannya untuk menyampaikan ke kaum Yahudi perintah terakhir-Nya (Keluaran 14:15): "Sekarang, jalanlah maju!"
Jalan maju? Maju ke mana? Jalan ke arah pasukan Mesir sama saja kembali ke belakang, tentu bukan itu yang dimaksud. Satu-satunya tempat untuk pergi adalah ke arah laut yang dalam. Dan itu tentulah membawa pada kematian mengerikan karena tenggelam.
Rasa kelumpuhan yang menghinggapi orang-orang Yahudi pada saat itu persis seperti yang kita rasakan dalam dunia pekerjaan. Dorongan rasa takut tersebut juga sama dengan empat wajah rasa takut yang dikemukakan oleh mereka pada hari itu. Bagian selanjutnya akan membahas hal ini dengan lebih detail.
Intisari untuk Bisnis: Persaingan bukanlah lawan sejati—rasa takutlah yang sebenarnya. Memilih mengikuti jalan yang aman akan menghilangkan peluang yang sering lebih besar daripada kemungkinan rugi yang Anda tanggung jika memilih jalan yang lebih berisiko.
Intisari untuk Pribadi: Ganjaran dari menghindari kesalahan sering lebih kecil dibanding apa yang mungkin Anda dapat dengan mengambil risiko. Biarkanlah diri Anda mengambil risiko. Ingatlah, lebih baik jadi pemenang yang tidak sempurna daripada menghindari semua pilihan.
Baca: Buku Sukses Bisnis Cara Yahudi
Comments
Post a Comment