Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Tanka

Tanka




4.  Tanka (Pantun Pendek)

 

Pembaharuan Tanka

Dalam Tanka banyak terdapat ciri-ciri yang bersifat tradisional. Sesudah memasuki zaman Meiji pun gaya puisi dari aliran Keien yang mengikuti gaya dari seorang penyair yang bernama Kagawa Kageki tetap berpengaruh dan ini dibawakan oleh Takasaki Masakaze dan kawan-kawan. Namun, pantun pada waktu ini masih berbau pantun lama yang mempunyai nada rendah sehingga menimbulkan pembaharuan ke arah pantun yang menuturkan perasaan serta pemikiran baru dengan bahasa dan gaya yang baru pula.

 

Ochiai Naobumi

Ochiai Naobumi adalah pemuka pembaharuan dalam pantun pendek. Pada tahun Meiji 26 (1893) ia mendirikan organisasi penyair yang diberi nama Asakasha. Pantun yang indah-indah diciptakan sehingga grup ini mendapat julukan Oriiha. Di dalam grup ini terdapat penyair-penyair kenamaan seperti Yosano Tekkan, Kaneko Kun-en, Hattori Motoharu, Kubo Inokichi dan Onoe Saishuu. Mereka akhirnya berkembang menurut pribadinya masing-masing, tetapi mempunyai kesamaan dalam hal gaya yang bersifat bebas dan bahan yang bersifat luas.

Contoh :
Hiodhoshi-no yoroi-o tsukete taitoo hakite mibaya tozo omou yamazakurabana
Perasaan bagaimanakah yang timbul kalau melihat bunga sakura gunung dengan mengenakan pakaian perang serta menyandang pedang.


Wa-ga uta-o aware to omou hito hitori miidete ato-ni sinamu to zo omou.

Keluar seseorang dalam kepedihan mendengar pantunku ini, terpikir olehnya kematian.


 

Yosano Tekkan

Yosano Tekkan sangat menonjol dalam perkumpulan penyair Asakasha. Bait pantunnya berbahasa pilihan dengan lirik penuh kejantanan. Karena dia sendiri senang “Tora” (harimau) dan “Ken” (pedang), maka dijuluki penyair “Toraken”. Ia merupakan pelopor gerakan pembaharuan dalam pantun pendek dengan mengeluarkan kumpulan puisinya yang berjudul Toozainanboku (segenap penjuru) dan Tenchi Genkoo.

Majalah Myoojoo yang diterbitkan pada tahun Meiji 33 (1900) membawa puisi yang berbau romantisme ke puncak kejayaannya. Sejak itu gaya pantun berubah dari bentuk lama menjadi bentuk baru yang melukiskan masa muda dan percintaan. Bentuk ini disebut Seikinchoo.

Contoh :
Kara-ni shite, ikadeka shinamu. Ware shinaba, onokono uta zo, mata sutarenamu.

Bila aku pergi ke Korea akan mati di sana. Tapi andaikan aku mati, lenyap pula seluruh ragaku ini.


Ware otoko-no ko iki-no ko na-no ko tsurugi-no ko-shi-no ko ai-no ko aa modae-no ko.

Aku ini laki-laki, jantan dan pemberani, juga seorang penyair, seorang pencinta, ah namun, manusia seperti aku ini dirundung susah.

 

Yosano Akiko

Hoo Akiko adalah seorang wanita murid Yosano Tekkan yang kemudian diperistrinya. Yosano Akiko menciptakan pantun yang sifatnya mengobarkan semangat muda. Kemudian, ia tiba pada pembuatan pantun pendek modern yang penuh dengan pengutaraan tentang kebebasan manusia. Ia merupakan penyair yang berbakat dan berkedudukan penting dalam menunjang gerakan pembaharuan yang dilakukan Yosano Tekkan. Dalam kumpulan puisinya yang berjudul Midaregami (rambut terurai) ia melukiskan keindahan bercinta dan nilai indah yang ada dalam hidup manusia. Selain itu juga nampak keberaniannya untuk menentang adat lama. Pantun yang penuh semangat dan berbau erotis itu menarik perhatian masyarakat sehingga dia sangat dikenal sebagai seorang pelopor terkemuka dalam gaya puisi grup Myoojoo.

Contoh :
Sono ko hatachi kuchi-ni nagaruru kurogami-no ogori-no haruno utsukushiki kana.

Dalam mencapai usia duapuluhan dengan rambut hitam terurai betapa cantiknya anak itu bagaikan indahnya musim bunga.


Kyomizu-e Gion-o yogiru sakurazukiyo koyoi au hito mina utsukushiki.

Pada malam yang cerah saat ke pesta Gion di Kyomizu, di saat bunga sakura indah berkembang semua yang kutemui nampaknya cantik berseri.

Di dalam grup Myoojoo masih ada lagi penyair-penyair lain seperti Hirano Banri, Takamura Kootaroo, Kubota Utsubo, Yoshii Isamu, Nagata Hideo, Ishikawa Takuboku, Kinoshita Mokutaroo, Kitahara Hakushuu dan lain-lain. Mereka turut memperkuat grup ini sehingga menjadi suatu kekuatan besar dalam dunia puisi pada waktu itu.

 

Sasaki Nobutsuna

Sasaki Nobutsuna muncul setelah Ochiai Naobumi. Ia turut mencoba memperbaharui pantun pendek. Pada tahun Meiji 31 (1898) perkumpulan yang diasuhnya Chikuhakukai menerbitkan majalah Kokoro-no Hana yang membawa suasana baru dan berusaha mengembangkan pantun pendek. Sasaki Nobutsuna mempunyai pengetahuan luas dalam bidang sastra klasik sehingga terkenal juga sebagai seorang peneliti pantun. Isi pantunnya sangat luas dan dalam, gaya pantunnya bersifat bebas dan baru. Beberapa orang muridnya seperti Kinoshita Rigen, Ishikure Chimata, Kawada Jun, Kujoo Takeko dan lain-lain ikut membantunya.

Contoh :
Osanaki-wa osanaki dochi-no monogatari budoo-no kage-ni tsuki katabukinu.

Ketika bulan akan terbenam di balik pohon anggur, kuingat cerita masa kecilku.


Yuku aki-no Yamato-no kuni-no Yakushiji-no too-no ue naru ichi hira-no kumo.

Kiranya musim gugur pun akan berakhir ketika nampak segumpal awan di atas kubah kuil Yakushiji negeri Yamato.

 

Onoe Saishuu dan Kaneko Kun-en

Walaupun Onoe Saishuu dan Kaneko Kun-en berasal dari grup Asakasha, akan tetapi mereka memakai gaya bahasa yang indah dalam pantun-pantunnya dalam menggambarkan keindahan alam. Mereka tidak setuju dengan aliran Myoojoo. Murid-murid Onoe Saishuu adalah Wakayama Bokusui dan Maeda Yuugure, sedangkan murid dari Kaneko Kun-en adalah Toki Aika.

Contoh :
Yuumoya-wa aoku kodachi-o tsutsumi tari omoeba kyoowa kasukarishi kana. (Onoe Saishuu).

Kalau aku melihat pohon-pohon yang berderet diselimuti kabut yang kebiru-biruan pada waktu sore hari, akan memberikan perasaan kepadaku suatu hari yang penuh kedamaian.


Hoosenka terasu yuuhi-ni onozu-kara sono mi-no warete aki kuren to su. (Kaneko Kun-en)

Apabila buah kembang pacar disinari cahaya matahari senja dengan sendirinya menjadi pecah, maka dapat kita duga bahwa musim gugur akan berakhir.

 

Masaoka Shiki

Masaoka Shiki melancarkan kritikan-kritikan terhadap aliran Asakasha dan juga menentang aliran Myoojoo. Ia juga berpangkal pada surat kabar Nihon dan dalam artikelnya yang berjudul Utayomi-ni Ataeru Sho (catatan tentang penyajian pantun) yang ditulis pada tahun Meiji 31 (1898), ia menghendaki agar diadakan perbaikan-perbaikan mengenai pantun pendek. Pada tahun berikutnya ia membentuk suatu grup yang terdiri dari pengarang-pengarang pantun pendek dan diberi nama Negishi Tankakai. Kehendaknya ditujukan agar pantun-pantun dibuat dengan mengambil bahan dari kenyataan-kenyataan yang ada di dalam hidup dan mengambil gaya yang mengikuti Manyooshuu. Murid-muridnya adalah Itoo Sachio, Nagatsuka Takashi, Katori Hozuma, Oka Fumoto, Ketsu Shin dan lain-lain. Setelah ia meninggal, murid-muridnya yang dipimpin Itoo Sachioo menerbitkan majalah Ashibi, kemudian Araragi, sebagai wadah penampungan karya-karya mereka. Orang-orang yang mengembangkan pantun realitas menurut pola pemikiran Masaoka Shiki adalah Shimagi Akahiko, Saitoo Mokichi dan lain-lain. Masaoka Shiki menyukai realisme yang dimulainya dari pelukisan tentang sawah ladang dan pertamanan, pada permulaan zaman Taishoo grupnya ini menjadi kekuatan utama di bidang puisi.

Contoh :

Matsu-no ha-no higoto-ni musubu shiratsuyu-no okite-wa kobore kobore-wa oku.

Kalau aku melihat keluar setelah hujan turun di musim semi, embun yang melekat di daun satu demi satu berjatuhan ke tanah.


Ichihatsu-no hana saki idete wagame-niwa kotoshi bakari-no haru yukan to su.

Kalau aku melihat bunga ichihatsu (sejenis bakung) yang mekar pada tahun ini, aku merasa mungkin tahun depan tak akan melihatnya lagi dan mungkin kali inilah yang terakhir aku melihat musim semi.

 

Itoo Sachio

Itoo Sachio adalah pengganti Masaoka Shiki sebagai pemimpin grupnya. Ia menghendaki “sakebi” (teriakan) yaitu langsung menyatakan apa yang timbul di dalam perasaan hati sanubarinya. Pantun-pantunnya melukiskan tekanan dari satu perasaan yang kuat dan merupakan suatu pantun yang menggambarkan kesungguhan.

Contoh :

Ushikai-ga uta yomu toki-ni yo-no naka-no atarashiki uta ooini okoru.

Waktu aku sebagai pemerah susu mulai menggubah pantun-pantun ini, lahirlah suatu gerakan baru dalam dunia sastra. 


Kesa-no asa-no tsuyu hiyabiya-to aki kusa-ya subete kasokeki horobi-no hikari.

Di kala aku berjalan-jalan di taman rumahku pada suatu pagi di musim gugur, aku melihat embun berjatuhan dari daun-daun yang sudah menguning, maka terpikir olehku bahwa seandainya embun itu adalah manusia, maka dia juga akan menemui akhirnya seperti embun yang berjatuhan itu.

 

Nagatsuka Takashi

Natatsuka Takashi berperasaan tajam dan penglihatannya mengenai sesuatu bisa sampai kepada yang sekecil-kecilnya. Dalam menguraikan penglihatannya terhadap alam dia memperlihatkan kebolehannya. Dengan bahasa yang menarik, dia menggambarkan impresinya terhadap sesuatu yang dilihatnya. Pada hari tuanya dalam keadaan sakit-sakitan dia mengeluarkan karya besar yang berjudul Hari-no Gotoku (seperti jarum).

Contoh :
Ikikai-no shigeki chimata-no hito mina-o fuyuki-no goto-mo sabishira-ni mitsu.

Ketika aku melihat orang-orang yang mondar mandir di jalanan, terlintas di ingatanku bahwa mereka ini pada suatu waktu akan bernasib seperti pohon-pohon di musim salju.


Shirahani-no kame koso yokere kiri nagara asa-wa tsumetaki mizu kumi-ni keri.

Kalau memandang pot porselen yang berwarna putih menyejukkan itu, seolah-olah sebagai segumpal kabut di pagi hari.

 

Masuknya Paham Naturalisme Ke Dunia Puisi

Grup Myoojoo yang menjadi populer karena paham romantismenya, memegang peran utama dalam dunia pantun. Kemudian, pada tahun Meiji 40 (1907), muncul kesusastraan naturalisme, pengaruh ini juga ada di bidang pantun. Aliran naturalisme menolak cara-cara pelukisan sesuatu secara berlebihan dan cenderung kepada pelukisan keadaan pribadi seseorang atau kehidupan yang nyata dengan jelas. Aliran naturalisme mempengaruhi pemikiran Onoe Saishuu, Kaneko Kun-en, Itoo Sachio, Nagatsuka Takashi dan lain-lain. Wakayama Bokusui, Maeda Yuugure, Ishikawa Takuboku, Toki Aika dan lain-lain menghasilkan karya yang melukiskan kesedihan manusia dengan mengambil bahan dari kelesuan dan kemalasan manusia.

 

Wakayama Bokusui

Wakayama Bokusui banyak menulis karyanya yang bertemakan perjalanan dan minuman keras (sake). Ia menggubah pantunnya dengan perasaan yang menyentuh hati mengenai keletihan-keletihan dalam kehidupan dan kesusahan-kesusahan manusia dalam duniawi. Di samping itu, pantunnya memiliki unsur irama indah yang dibawakan secara datar tetapi jelas.

Contoh :
Iku yama-wa koesari yukaba sabishisa -no hatenamu kuni zo kyoo-mo tabi yuku.

Entah berapa gunung dan sungai yang telah kulalui, kampung halaman yang penuh dengan kesepian yang tak habis-habisnya, pada hari ini aku tetap menempuh perjalanan.


Shiratama-no ha-ni shimitooru aki-no yo-no sake-wa shizuka-ni nomu bekarikeri.

Sake pada malam musim gugur, yang merembas ke dalam gigi putih bersih seperti batu permata, harus diminum dengan tenangnya.

 

Maeda Yuugure

Maeda Yuugure tidak memiliki perasaan susah sekeras Wakayama Bokusui, hal ini tercermin pada hasil karyanya. Ia menggubah pantunnya yang bertemakan kehidupan biasa sehari-hari dengan teknik penulisan sederhana dan cara penuturan langsung. Pantunnya yang mula-mula sederhana ini kemudian berkembang menjadi pantun-pantun khas yang sentimental dengan pelbagai variasi yang berwarna-warni seperti sebuah lukisan.

Contoh :
Himawari-wa kin-no abura-o mi-ni abite yurari-to takashi hi-no chiisasayo.

Bunga matahari, sang surya kecil, bermandikan minyak emas, menjulang tinggi dan bergoyang-goyang.

 

Ishikawa Takuboku

Ishikawa Takuboku berasal dari grup Myoojoo. Ia menaruh perhatian besar pada keadaan masyarakat dan menggubah pantun-pantunnya mengenai perasaan hidup dalam kemiskinan dan dalam keadaan sakit dengan kata-kata yang mendekati bahasa biasa sehari-hari. Ia mencoba menghubungkan pantun dengan kehidupan dan dari usaha ini ia menemukan ide pemakaian kata dari bahasa sehari-hari. 

Penyajian pantunnya mengambil bentuk lirik yang ditulis dalam tiga baris. Ia menjadi pelopor dalam pembuatan pantun kehidupan dan mewakili penyair-penyair aliran naturalisme. Di antara karyanya terdapat Ichiaku-no Suna (segenggam pasir) dan Kanashiki Gangu (mainan sedih).

Contoh :
Inochi naki suna-no kanashisa-yo Sarasara-to

Nigireba yubi-no aida-yori otsu

Oh kesedihan sang pasir yang tak bernyawa

Apabila digenggam berjatuhan dari sela-sela jari


Hatarakedo

Hatarakedo nao wagakurashi raku-ni narazari

Jitto te-o miru

Aku bekerja, aku bekerja terus tapi hidupku yang tak pernah menjadi senang, aku menatap terus tanganku.

 

Toki Aika

Sama dengan Ishikawa Takuboku, Toki Aika juga adalah penyair naturalisme. Ia menggubah pantunnya yang bertemakan kehidupan sehari-hari dalam bentuk lirik. Kumpulan puisinya yang pertama yang berjudul Nakiwarai (tangis tertawa) ditulisnya dalam bentuk lirik tiga baris dengan memakai ejaan Latin.

Contoh : (sesuai dengan ejaan asli)
Waga gotoki yonotsunebito wa.

Modae sezu,

Metorite, umite, oite, shinubeshi!


Orang-orang biasa seperti aku,

Tidak usah pusing-pusing,

Kawin, beranak, menjadi tua, kemudian pasti mati!


 

Kubota Utsubo

Sama dengan Ishikawa Takuboku, Kubota Utsubo juga berasal dari grup Myoojoo. Ia menggubah pantunnya yang bertemakan hal-hal yang bersifat humanisme dan mengenai kehidupan sehari-hari. Ia adalah penyair yang dapat digolongkan satu grup dengan Ishikawa Takuboku karena dalam karyanya dapat ditemukan unsur naturalisme yang tebal. Di antara karyanya terdapat kumpulan puisi Mahiru no (ladang di siang hari bolong).

Contoh :
Amatago-o ware-no moteredo ichi-no ko-wa kiwamete kanashi kimi-mo shikaramu.

Biarpun aku punya beberapa orang anak, tapi yang paling kusayangi ialah anak pertama, tentunya demikian pula engkau.

 

Penyair-Penyair Aliran Tanbi

Aliran Tanbi disebut pula sebagai aliran Taitoo yang berarti dekadensi. Paham “tanbi” (menghayati keindahan) muncul setelah masa jayanya naturalisme. Penyair-penyair yang mewakili aliran ini adalah Kitahara Hakushuu dan Yoshii Isamu yang berpangkalan pada majalah Subaru.

 

Kitahara Hakushuu

Kitahara Hakushuu adalah penggubah syair yang mempunyai kegemaran mengambil bahan dari luar negeri. Ia juga aktif dalam penggubahan pantun pendek. Di antara karyanya terdapat yang berjudul Kiri-no Hana (bunga pohon Kiri), di dalam karyanya ini ia memberikan variasi yang mengesankan orang dan membawa perasaan mengenai modern. Gaya pantunnya di kemudian hari berkembang menjadi gaya yang santai tapi anggun yang bersifat kebudayaan Timur.

Contoh :
Te-ni toreba kiri-no hansha-no usu aoki shinbunshi koso nakama hoshikere.

Cahaya matahari yang berwarna hijau muda terpantul dari pohon “kiri” pada surat kabar yang ada di tanganku, melihat itu aku ingin menangis.


Haru-no tori na nakiso akaaka-to to-no mo-no kusa-ni hi-no iru yuube.

Hei, burung musim semi, jangan bernyanyi, janganlah kau bernyanyi, pada rerumputan di luar pintu tersirat cahaya matahari kemerah-merahan, oh sudah sore.


 

Yoshii Isamu

Yoshii Isamu menggubah pantunnya mengenai keadaan Gion (tempat Geisha) dengan gaya yang sedih tapi manja. Di antara karyanya terdapat Sakehogai (menikmati sake). 

Contoh :
Kani kakuni Gion-wa koishi nuru toki-mo makura-no shita-o mizu-no nagaruru.

Bukan ini dan juga bukan itu, tapi aku rindu pada Gion, di waktu tidur pun, terdengar mengalirnya air di bawah bantalku.

 

Penyair Aliran Araragi

Kira-kira pada tahun Taishoo 5 atau 6 (1916) yang memegang peran utama di bidang pantun adalah penyair-penyair aliran Araragi. Pantunnya bersifat realisme dan bergaya Manyooshuu. Pemimpin aliran ini adalah Shimagi Akahiko dan Saitoo Shigekichi, anggotanya adalah Nakamura Kenkichi, Koizumi Chikashi, Tsuchiya Bunmei, Shakuchookuu dan lain-lain. Pantunnya bergaya Manyooshuu dan bertemakan kenyataan seperti yang dianjurkan oleh Masaoka Shiki. Kedua unsur ini diperdalam lagi oleh Shimagi Akahiko dan Saitoo Shigekichi. Bertentangan dengan aliran Myoojoo yang pantunnya mengandung pandangan subyektif, aliran Araragi melukiskan kenyataan yang ada di dalam masyarakat secara mendalam dan obyektif. Pantun serupa ini diterima oleh masyarakat yang pada waktu itu menganut paham naturalisme:

Shimagi Akahiko

Shimagi Akahiko memperdalam penggubahan pantun bergaya Masaoka Shiki. Ia berpandangan bahwa hakekat dari seni pantun terletak pada pelukisan mengenai rasa kesepian yang ada di dalam hidup manusia. Pantunnya bersifat realis, agung dan menyentuh hati. Karyanya antara lain adalah Hio (ikan es), Taikyoshuu dan Shiinshuu.

Contoh :
Mizuumi-no hyoo-wa tokete nao samushi mikkazuki-no kage nami-ni utsurou.

Es di danau mencair namun masih saja terasa dingin, bayangan bulan sabit tercermin di gelombang air.

 

Saitoo Shigekichi

Saitoo Shigekichi menggubah pantunnya menurut gaya Manyooshuu yang dibumbui unsur romantisme dan menggambarkan hati yang keras serta kekuatan jiwa gagah berani. Shakkoo (sinar merah) adalah kumpulan puisi yang terkenal dan mendapat sambutan hangat dan besar. Isi pantunnya mengenai kisah yang nyata dan di dalamnya terdapat unsur penyatuan antara kehidupan dirinya dengan alam semesta sekelilingnya. Kisah kehidupan nyata bergaya Masaoka Shiki inilah yang ditinggikan mutunya yang akhirnya mencapai taraf bergaya penulisan secara abstrak. Karya lainnya Aratama juga terkenal dan selain itu ia mempelajari riwayat seorang penyair terkenal dan hasilnya berjudul Kaki-no Motono Hitomaro menjadi sebuah karya besar.

Contoh :
Shi-ni chikaki haha-ni soene-no shinshin-to tooda-no kawazu ten-ni kikoyuru.

Menjelang kematiannya, sang ibu mendengar dari khayangan bisikan hati dari sesosok tubuh yang terlena tidur.


Shakkoo-no naka-ni ukabite kan hitotsu yukiyoo kekari no-wa gake naran.

Tubuh yang tak bernyawa itu akhirnya dapat mencapai tempat tujuannya melalui sinar merah.

Penyair aliran Araragi lain juga ada yang menggubah pantun yang menonjolkan kepribadiannya masing-masing.

Contoh :
Go-no ue-o suna fukiyukeba jumatsu-yori Nikoraidoo-wa takaku mietari. (Nakamura Kenkichi).

Apabila pasir berhembus di atas selokan, gedung Nikolai yang tinggi, lebih tinggi daripada pohon cemara, dapat terlihat jelas.


Yo-wa fukashi soku-o tsugu okishigo-no honoka-ni hieshi hada-no kanashisa. (Koizumi Chikashi).

Malam hari, sinar lampu yang sejuk bersinar, di dalam kegelapan sunyi, terus-menerus membangunkan anak yang sedang terkapar diliputi kesusahan berselimutkan kulit kedinginan.

 

Tsuchiya Bunmei

Tsuchiya Bunmei adalah pemimpin aliran Araragi sesudah Saitoo Shigekichi, di dalam Fuyukusa (rumput musim dingin) ia menuturkan keharuan yang segar dari seorang remaja. Kemudian ia mengambil tema kehidupan sehari-hari dan memperkenalkan gubahan yang gagah berani dalam penampilan barunya yang segar. 

Contoh :
Yuube osu hoorensoo-wa kukutateri sabishisa tooku tsugete yaramashi.

Semalam, sambil berdiri memakan sayur bayam, aku mengusir jauh kesunyian.

 

Kinoshita Rigen

Kinoshita Rigen adalah penyair aliran Shirakaba yang menggubah pantun pendek yang bersifat humanisme. Ia memiliki kehangatan dalam menggubah pantun yang dikembangkannya dengan memakai bahasa sehari-hari. Pantunnya adalah pantun baru dan unik karena banyak yang berbentuk “shishichoo” (empat suku kata empat suku kata).

Contoh :
Botanka-wa sakisadamarite shizukanari hana-no shimetaru ichino tashikasa.

Bunga Botan bila berkembang penuh, mencerminkan kepastian tempat perdamaian.


Usuzukeru higan akibi-ni kitsune bana akaaka somareri kokowa doko-no michi.

Kehangatan di pantai yang biru bersepuhkan kemerah-merahan ini, menunjukkan jalan kemanakah?

 

Oota Mizuo

Oota Mizuo menentang keras cara penggambaran kehidupan yang dikisahkan aliran Araragi, ia membuat pantun simbolis setelah mendapat ilham dari haikai buatan Bashoo.

Contoh :
Akaaka-to higureruru sora-no kazayake-ni fukinagasarete yuku kasura ari.

Ada burung gagak yang pergi terbang terbawa angin yang berhembus panas di langit cerah dan kemerah-merahan

Pada akhir zaman Taishoo, aliran-aliran yang menentang aliran Araragi bersatu dan menerbitkan majalah yang disebut Nikkoo sehingga memberi angin baru kepada dunia pantun.

 

Shakuchookuu

Shakuchookuu keluar dari Araragi kemudian menggabungkan diri dengan Nikkoo. Ia mempunyai pandangan tersendiri dalam membuat pantun pendek yang bersifat klasik. Ia memasukkan unsur-unsur folklore ke dalam pantunnya sehingga mempunyai bentuk tersendiri yang khas.

Contoh :
Tabigokoro moroku narikinu. Shima-no hate, anori-nosaki-ni, hi-no akari miyu.

Keinginan hati yang tak kunjung datang, hanya dengan kemauan yang keras, dengan menaiki bukit karang, akhirnya akan terlihatlah sinar lampu yang terang.


Kuzu-no hana, fumishidakarete, iro atarashi. Kono yamamichi o yukishi hito ari.

Bunga Kuzu yang kering karena terpijak, warnanya akan berubah. Ini adalah sebagai petunjuk jalan bagi orang yang akan melewati jalan gunung.


Perkembangan Grup Masaoka Shiki :

Perkembangan Grup Masaoka Shiki



 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau