Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
3. Puisi
Gerakan kesenian “avant-garde” yang timbul di Eropa dibawa ke dalam arena perpuisian di Jepang oleh Kanbara Yasushi dan Hirato Renkichi. Kemudian, muncul pula penyair Takahashi Shinkichi dan Hagiwara Kyoojiroo yang memeluk faham “Dadaisem”. Takahashi Shinkichi menulis Dadaisuto Shinkichi-no Shi (puisi pemeluk dadaisme Shinkichi) dan Hagiwara Kyoojiroo menulis Shikei Senkoku (pengumuman hukuman mati).
Puisi Modernisme
Universitas Horiguchi menerbitkan kumpulan puisi terjemahan
yang berjudul Gekka-no Ichigun (sekelompok orang di bawah bulan). Buku ini
memperkenalkan puisi-puisi modern setelah perang dunia pertama dari
penyair-penyair Perancis seperti Coqtau dan Radigue. Karya ini berkembang
bersama-sama dengan karya modernisme di dalam prosa dan memberi pengaruh yang
amat besar kepada puisi-puisi pada zaman Shoowa. Ia menjadi jembatan dalam
membuka jalan untuk puisi-puisi pendek yang berbaru surrealisme yang berkembang
kemudian.
Gerakan Puisi dan Kritik Puisi
Pada tahun Shoowa 3 (1928), sastrawan-sastrawan seperti
Haruyama Yukio, Kitagawa Fuyuhiko, Nishiwaki Junzaburoo dan Miyoshi Tatsuji
menjadi tokoh-tokoh pergerakan surrealisme dan mereka membuat majalah Shi-to
Shiron. Puisi-puisi pada gerakan ini, berlainan dengan puisi-puisi selama ini
yang condong pada irama, lebih mementingkan unsur-unsur rasional. Di samping
itu, gerakan ini juga mengeritik kelemahan-kelemahan puisi bebas berbahasa
lisan yang kalau urutan barisnya dibalik saja akan kehilangan sifat-sifat
puisinya. Sejalan dengan ini diusulkan juga pembuatan syair-syair prosa yang
baru sehingga mendapat perhatian orang. Selanjutnya diterbitkan pula majalah
Shi dan Genjitsu dan gaya puisi modernisme yang bersifat seni diperluas.
Puisi Proletar
Nakano Shigeharu, Hori Tatsuo dan Kubogawa Tsurujiroo adalah
penulis-penulis majalah Roba yang mendapat pengaruh dari Hagiwara Sakutaroo dan
Muro Saisei. Di antaranya hanya Hori Tatsuo saja yang termasuk penyair aliran
penutur modernisme yang bersifat seni. Nakano Shigeharu adalah seorang penyair
proletar yang mempunyai kedudukan tinggi di bidang itu. Puisinya bersifat
sederhana tapi berkekuatan besar sehingga memiliki daya tarik yang menyegarkan
sekali. Tsuboi Shigeji dan Oguma Hideo adalah pengikut-pengikutnya.
Sebuah puisi berjudul “Uta” (nyanyian) dari Nakano shigeharu:
Omae-wa utau-na
Omae-wa akamama-no hana-ya tonbo-no
hane-o utau-na
Kaze-no sasayaki-ya onna-no kami-no
ke-no nioi-o utau-na
Subete-no hiyowana mono
Subete-no usouso-to shita mono
Subete-no monouge-na mono-o hajikisare
Subete-no fuujoo-o hinseksi seyo
Moppara shoojiki-no tokoro-o
Hara-no tashi-ni naru tokoro-o
Munesaki-o tsukiagetekuru
girigiri-no tokoro-o utae
Tatakarerukoto-miyotte hanekaeru
uta-o
Sorera-no utauta-o
Yukuyuku hitobito-no kyookaku-ni
tatakikome
Janganlah kau menyanyi
Janganlah kau menyanyikan
Lagu-lagu mengenai bunga merah dan
sayap capung
Lagu-lagu mengenai bisikan angin
dan bau parfum dari rambut wanita
Semua hal yang bersifat lemah
Semua hal yang berbau bohong
Semua hal yang bersifat menjengkelkan
harus dibuang
Semua hal yang bersifat romantis
harus disingkirkan
Nyanyikanlah lagu-lagu yang bernada
jujur
Lagu-lagu yang bisa mengisi
kekurangan di dalam hati
Lagu-lagu yang nyaris membuat hati
bergejolak
Nyanyikanlah
Lagu-lagu yang bisa membangkitkan
semangat karena didesak
Lagu-lagu yang bisa memancing ke
luar keberanian dari balik kenistaan
Nyanyikanlah semua lagu-lagu
seperti itu
Dengan suara keras dan nada yang
agung
Tanamkanlah lagu-lagu seperti itu
Ke dalam hati setiap orang
Puisi Beraliran Inteligensia
Dari majalah Shi-to Shiron muncul pujangga-pujangga yang
bernama Haruyama Yukio, Nishiwaki Junzaburoo, Kitagawa Fuyuhiko, Murano Shiroo
dan Anzai Fuyue yang membuat puisi-puisi yang komposisi dan isinya mengandung
aliran inteligensia.
Puisi berjudul “Haru” (musim semi) dari buku Gunkan Mari
(kapal perang Mari) karya Anzai Fuyue:
Choochoo-ga ippiki Dattan kaikyoo-o
watatte itta.
Artinya :
Kupu-kupu seekor menyeberangi selat
Tarta.
Puisi yang terdiri dari satu baris ini di bawah judul “Haru”
memberi kesan kepada orang tentang kupu-kupu dan selat Tartar yang berhasil
dihubungkan menjadi satu sehingga memperoleh kesuksesan dan mempunyai nilai
yang tinggi.
Majalah Shiki dan Aliran Lirik
Pengikut-pengikut Hagiwara Sakutaroo yang berpengaruh di
dunia puisi pada zaman Shoowa yang berpangkalan pada majalah Shiki adalah
Miyoshi Tatsuhi dan kawan-kawan yang puisi-puisinya berbentuk lirik. Muro
Saisei, Hori Tatsuo dan Murayama Kaoru pun berpangkalan pada majalah Shiki ini.
Tachihara Michizoo, Tsumura Nobuo, Jinbo Kootaroo, Itoo Shizuo, Nakahara Chuuya
dan lain-lain juga termasuk orang-orang yang menganut aliran ini.
Miyoshi Tatsuji
Lirik-lirik segar yang dibuat oleh Miyoshi Tatsuji mengambil
bermacam-macam bentuk, misalnya ada yang berupa puisi pendek, puisi panjang,
ada juga yang berupa empat baris dan lain-lain. Mula-mula puisinya berbentuk
puisi yang diutarakan secara bahasa lisan, tetapi kemudian berubah menjadi
puisi berbahasa tertulis dengan gaya bahasa klasik yang menarik, sehingga sifat
kesegaran lirik yang terkandung semula menjadi hilang. Kumpulan puisinya yang
pertama adalah Sokuryoosen, kemudian ada lagi Kusa Senri, Ittensho dan
lain-lain.
Salah satu puisi dalam Sokuryoosen:
Aware hanabira nagare
Ominago-ni hanabira nagare
Ominago shimeyaka-ni katarai ayumi
Uraraka-no ashioto sora-ni agare
Orifushi-ni hitomi-o agete
Kagerinaki midera-no haru-o
sugiyuku nari
Midera-no iraka midori-ni uruoi
Hisashi-hisashi-ni
Fuutaku-no sugata shizuka nareba
Hitori naru
Wagami-no kage-o ayuma suru ishi-no
ue
Bunga sakura mekar melayang-layang
dihembus angin
Jatuh di antara gadis-gadis remaja
Yang sedang berjalan-jalan sambil
bercakap-cakap dan tertawa
Dengan derap langkahnya yang
membumbung ke angkasa sebagai penjelmaan dari hatinya yang penuh gembira
Kadangkala mereka tertegun dan
sejenak berhenti melangkah
Padahal, di sana, terlihat ada kuil
di bawah musim semi
Yang atap hijaunya telah menjadi
kelabu dimakan waktu
Dan lonceng-lonceng dengan diam
bergantungan di tuturan atapnya
Di mukanya aku cuma berjalan
sendirian
Hanya bayang-bayangku yang
mengikutiku bergerak di batu-batu yang kulewati
Tachihara Michizoo
Di antara orang yang beraliran Shiki terdapat seorang
penyair yang paling berpengaruh yang bernama Tachihara Michizoo. Dia meninggal
dalam usia muda. Walaupun demikian, dia berhasil memasukkan unsur musik dalam
batas kemungkinan yang ada ke dalam puisinya yang merupakan puisi berbahasa
lisan sehari-hari. Karena kesenangannya terhadap musik, maka puisi-puisinya
banyak mengambil bentuk soneta. Puisi-puisinya banyak sedikit mengandung rasa
sedih yang dituturkan secara halus dan harmonis, sehingga mempunyai gaya yang
menarik dan memikat. Kumpulan puisinya berjudul Wasuregusa-ni Yoosu dan
Akatsuki-to Yuube-no Shi (puisi fajar dan magrib)
Salah satu puisinya dalam Wasuregusa ni Yoosu:
Sasayaka-na chii-wa sono katami-ni
Hai-o furashita kono mura-ni
hitoshikiri
Hai-wa kanashii tsuioku-no yooni
oto tatete
Jumoku-no kozue-ni ieie-no yane-ni
furishikitta
Sono yo tsuki-wa akarakatta-ga
watashi-wa hito-to
Mado-ni motarete katari atta (sono
mado-karawa yama-no sugata-ga mieta)
Heya-no sumizumi-ni kyooku-no yooni
hikari-to
Yoku hibiku warai goe-ga afurete
ita
Hito-no kokoro-o shiru koto-wa…
hito-no kokoro-towa
Watashi-wa sono hito-ga ga-o ou
tetsuki-o are-wa ga-o
Toraeyoo-to suru-no darooka nanika
ibukashikatta
Ikana hi-ni mine-ni hai-no
kemuri-no tachi hajimetaka
Hi-no yama-no monogatari-to… mata
ikuyo-sakawa hatashite yume-ni
Sono yo naratta Eriizabeto-no
monogatari-o otta
Bencana alam yang pada mulanya
hanya kelihatan kecil
Dalam sekejap mata debunya telah
berjatuhan di desa ini
Laksana mengejar nostalgia masa
lalu debu berjatuhan dengan menimbulkan suara
Jatuh terus menerus menutupi
pohon-pohon dan atap-atap rumah
Malam itu terang bulan, aku bersama
seorang kawan wanita
Duduk mengobrol di bawah jendela
(dari jendela terlihat gunung)
Cahaya bulan sampai ke sudut-sudut
kamar
Ketawa kami seolah-olah seperti
ketawa orang yang berada di lembah
Bagaimanakah hatinya?
Aku teringat kepandaian orang itu
mengejar belalang
Apakah kini hatinya sama seperti
hendak menangkap belalang, aku bertanya-tanya
Kapankah gumpalan debu itu
menyembur dari gunung itu
Inilah cerita tentang meletusnya
sebuah gunung api, pada malam-malam berikutnya menjadi buah mimpiku
Mimpiku ini akibat dari cerita
Elisabet yang pernah kubaca
Majalah Rekitei dan Aliran Humanisti
Miyawa Kenji selama hidupnya cuma menghasilkan satu kumpulan
puisi yang berjudul Haru-to Shura. Sungguhpun demikian, karyanya setelah ia
meninggal dinilai sebagai suatu karya yang bermutu tinggi. Dalam karyanya itu
kelihatan cintanya terhadap alam dan keinginannya membentuk suatu kehidupan
manusia suci. Pengarang-pengarang lain yang beraliran humanistis yang
terpengaruh oleh Takamura Kootaroo antara lain adalah Kusano Shinpei yang
berpangkalan pada majalah Rekitei. Kumpulan puisinya yang terkenal adalah Kaeru
(katak). Dia banyak membuat karyanya dengan menggunakan kata-kata onomatope.
Salah satu puisinya dalam Kaeru:
Runrun rurunbu
Rurunbu rurun
Tsuntsun tsurunbu
Tsurunbu tsurun
Kappa-no sara-o tsuki suberi
Jabu-jabu mizu-o jabu tsukase
Kao dake dashite
Odotteiru
Seekor kappa (binatang khayalan)
kepalanya licin disinari rembulan
Bermain-main di air
Hanya kepalanya saja yang timbul di
permukaan air
Ia menari-nari
Pujangga lain yang berpangkalan pada majalah Rekitei adalah
Nakahara Nakaya, Kaneko Mitsuharu, Yoshida Issui dan Ono Toozaburoo. Puisi
Miyazawa Kenji dan yagi Juukichi yang telah meninggal diteliti kembali oleh
grup Rekitei dan akhirnya mendapat penghargaan sebagaimana mestinya.
Kaneko Mitsuharu menulis puisi dengan judul Same (ikan hiu)
yang isinya menentang fasisme. Puisi ini mendapat penghargaan setelah perang
berakhir.
Puisi Sesudah Perang
Puisi berkembang kembali sesudah perang dunia II berakhir.
Bermula dari penerbitan puisi proletar yang semasa perang mendapat tekanan
keras, kemudian diteruskan dengan munculnya banyak puisi yang bersifat agitasi.
Kegiatan Penyair yang terhimpun dalam majalah Arechi dengan para anggotanya
Ayukawa Nobuo, Tamura Rikuichi, Nakaki Masao dan lain-lain mendapat perhatian
besar. Kemudian puisi-puisi yang berbentuk soneta dari Martinet juga dicoba
kembali. Puisi-puisi dalam Kodai Kanaishuu dan Kindai Hiyuushuu yang berbau
kesusastraan klasik dari Shakuchookuu juga mendapat perhatian. Puisi Takamura
Kootaroo yang ditulisnya untuk mengenang isteri tercintanya yang gugur pada
masa perang dengan judul Chiekoshoo (catatan tentang Chieko) mendapat
penghargaan tinggi sebagai puisi percintaan sejati. Sesudah perang Takamura
Kootaoo mengeluarkan Tenkei yang ditulisnya mengikuti sejarah perkembangan
jiwanya sendiri. Takami Jun menulis puisi terkenalnya berjudul Shi-no
Fuchi-yori (dari jurang kematian) yang menuturkan keadaannya sebelum meninggal
karena penyakit kanker.
Di antara penyair muda pada zaman sesudah perang terdapat
nama-nama seperti Tanikawa Shuntaoo, Yamamoto Taroo, Naka Taroo, Ooka Makoto
dan Kiyooka Takayuki. Ooka Makoto juga aktif dalam bidang kritik puisi.
Comments
Post a Comment