Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
b. Aliran Seni Sastra Modern
Kesusastraan Neosensualis
Berlainan dengan kesusastraan proletar yang mengutamakan
perubahan di dalam masyarakat, kesusastraan neosensualis mengutamakan perubahan
dalam teknik sastra dan penyampaiannya. Kedua aliran sastra tersebut merupakan
kesusastraan baru yang hidup antara
akhir zaman Taishoo (zaman Taishoo: 1912-1925) sampai awal zaman Shoowa (zaman
Shoowa: 1926 – sekarang). Kikuchi Hiroshi penerbit majalah Bungeishunjuu
didukung oleh pemuda-pemuda sezaman dengannya, pemuda-pemuda ini kemudian menjadi
perintis pada penerbitan majalah Bungeijidai pada tahun Taishoo 13 (1924).
Golongan perintis tersebut dipengaruhi oleh aliran Futurisme dan Ekspresionisme
yang berkembang di Eropa sesudah perang dunia pertama.
Kesusastraan tradisional yang sudah ada sejak dulu dengan
berani disingkirkannya dan mereka mencoba mengungkapkan sesuatu yang baru dalam
melukiskan ide-ide secara intelektual. Sebagai akibatnya, fragmen-fragmen nyata
yang ditangkap dengan perasaan dan dikarang kembali dengan menggunakan rasio,
menjadi suatu pekerjaan berbahaya yang seolah-olah mengundang kehancuran
manusia. Mereka mengambil bermacam-macam ragam teknik pengungkapan antara lain
dari Paul Morand, James Joyce atau Marcel Proust.
Yokomitsu Toshikazu
Yokomitsu Toshikazu adalah ahli teori yang menjadi pelopor
aliran neosensualis. Hasil karyanya juga merupakan tempat mempraktekkan
teori-teori neosensualis secara gamblang. Ia menulis Nichirin, Napoleon-to
Tamushi (serangga sawah dan Napoleon) dan Shanghai. Pada karya-karya
berikutnya, Kikai (mesin), Monshoo, Ryooshuu (kesan perjalanan) dan lain-lain
tampak adanya perubahan dalam gaya penulisan. Ryoshuu tidak selesai ditulisnya
walaupun penulisannya dilanjutkan sampai setelah selesai perang dunia II. Di
dalamnya ia berusaha menggambarkan nasib pemikiran orang Jepang yang ditekan
terus menerus oleh perbedaan peradaban modern antara Timur dan Barat.
Sebuah cuplikan dari Nichirin :
“Kitare.” to Himiko-wa wakamono-ni
futatabi itta.
Wakamono-wa, tsuki-no hikari-ni
sakideta yoru-no hana-no yoona Himiko-no sugata-o boozen-to shite nagameteita.
Kanojo-wa hoo-e aruiteitta. Wakamono-wa shibaraku ogutsu-o ugokashita.
Sooshite, kanojo no kage-o fuminagara sono atokara shitagatta. Ooe-no kao-wa
yugandekita. Kare-wa koishi-o hirou-to mori-no naka-e nagekonda. Mori-wa
suumai-no hakara gekkoo-o haraiotoshite naita.
“Datanglah kemari.” Kata Himiko
berkali-kali kepada pemuda itu. Pemuda tadi dengan takjub memandang wajah
Himiko, seolah-olah bagai bunga malam yang mekar ditimpa oleh cahaya bulan.
Himiko melemparkan senyumnya kepada suaminya dan berlalu menuju ke dalam
istana. Si pemuda berdiam sebentar mempermainkan sepatu, kemudian tanpa bicara
apa-apa mengikuti di belakangnya. Ia marah. Diambilnya batu kecil kemudian
dilemparkannya ke dalam hutan. Terdengar bunyi gemersik dari suara-suara daun
di dalam hutan dan lenyaplah cahaya bulan di antara dedaunan itu.
Kawabata Yasunari
Kawabata Yasunari banyak menulis cerpen. Ciri-ciri khas
novelnya banyak menuangkan perasaan anak yatim yang dialaminya sendiri. Ia lebih
kaya dalam lirik jika dibandingkan dengan Yokomitsu Toshikazu. Di dalam
kemurnian lirik tersebut mengalir alam tak berperasaan dan kenihilan dan ia
juga mempunyai kelebihan dalam melukiskan seorang gadis. Karya-karyanya antara
lain Juurokusai-no Nikki (catatan harian ketika berusia 16 tahun), Izu-no
Odoriko (penandak Izu); Asakusa Kurenaidan (wanita di Asakusa), Kinjuu
(binatang), Yukiguni (negeri salju). Yukiguni adalah karya sastra yang mendapat
penghargaan tinggi di seluruh dunia. Dalam novel Yukiguni ia menggambarkan
kehidupan nyata dari gadis di negeri salju (daerah yang penuh salju di Jepang)
melalui tokoh utama yang diciptakannya sebagai gambaran sesungguhnya. Perpaduan
jiwa yang sangat halus dilukiskan dengan latar belakang pemandangan negeri salju
yang mengandung bermacam-macam pengertian.
Pengarang-pengarang neosensualis lain antara lain adalah
Nakagawa Yoichi, Kataoka Teppei, dan Kon Tookoo, Nakagawa juga aktif di bidang
teori sastra.
Sebuah cuplikan dari Yukiguni :
Kagami-no soko-niwa yuukeishiki-ga
nagareteite, tsumari utsuru mono-to utsusu kagami-toga, eiga-no nijuu
utsushi-no yooni ugoku-no datta. Toojoojinbutsu-to haikei-towa nan-no
kakawari-mo nai-no datta. Shikamo jinbutsu-wa toomei-no hanakasa-de, fuukei-wa
yuyami-no oboro-na nagare-de, sono futatsu-ga tokeai-nagara, ko-no yo naranu
shoochoo-no sekai-o egaiteita. Koto-ni musume-no kao-no tada naka-ni noyama-no
tomoshibi-ga tomotta toki-niwa, Shimamura-wa nantomo ienu utsukushisa-ni
mune-ga furueta hodo datta.
Di dalam cermin itu pemandangan
senja berlalu, cermin itu dan gambar-gambar yang di dalamnya seperti gambar
hidup yang saling bertumpukkan. Orang dan latar belakangnya tidak berhubungan,
apalagi orang-orangnya transparan dan tidak dapat diraba, latar belakangnya
samar dalam kegelapan yang menumpuk menjadi satu membentuk semacam dunia
perlambang bukan di dunia ini. Teristimewa ketika cahaya di luar pegunungan
bersinar di tengah-tengah wajah gadis itu, Shimamura merasakan dadanya gemetar
karena keindahan yang tidak terperikan.
Aliran Seni Baru
Pengarang-pengarang yang berasal dari majalah Bungeijidai dan generasi muda yang
banyak mendapat pengaruh kesusastraan neosensualis membentuk Aliran Seni Baru
untuk melawan sastra aliran kiri. Ryuutan Jiyuu menggambarkan secara gamblang
kebobrokan kehidupan kota.
Aliran seni baru tidak dapat bertahan dalam waktu yang lama
karena terlampau memikirkan hal-hal yang sepele yang tidak penting. Namun, anak
cabang dari aliran ini antara lain dipelopori oleh Hori Tatsuo, Abe Tomoji,
Kamura Isota, Kajii Motojiroo, dan Ibuse Masuji masih menghasilkan karya-karya
yang baik.
Kesusastraan Neopsikologis
Suatu aliran sastra yang menarik perhatian yang timbul
sesudah aliran seni baru adalah Aliran Neopsikologis. Aliran ini dipelopori
oleh Hori Tatsuo dan Itoo Hitoshi, dan timbul oleh karena dipengaruhi sastra
Barat. Bersamaan dengan masuknya pemikiran-pemikiran James Joyce dan Marcel
Proust dan lain-lain di Jepang, Hori Tatsuo dan Itoo Hitoshi jelas memakai cara
berpikir dari kedua pujangga Barat ini. Selain itu, Yokomitsu Toshikazu dan
Kawabata Yasunari juga menggunakan cara ini. Karya Hori Tatsuo yang berjudul
Seikazoku (keluarga suci) membentangkan cara berpikir sebagai akibat daripada
cara hidup baru. Karyanya yang lain terkenal adalah Kaze Tachinu (angin datang).
Sastra Barat yang lain juga ikut masuk dan dalam waktu yang
singkat telah memperkaya khasanah sastra Jepang. Salah satu diantaranya adalah
tentang kebiasaan hidup, yang ditulis oleh Funabashi Seiichi dalam bukunya yang
berjudul Daiwingu.
Aliran Seni Sastra Modern :
Jenis Sastra
|
Aliran
|
Penulis
|
Novel
|
Aliran Neosensualis
(Shinkankakuha)
|
Yokomitsu Riichi
|
Kawabata Yasunari
|
||
Nakagawa Yoichi
|
||
Kon Tookoo
|
||
Kataoka Teppei
|
||
Aliran Seni Baru
(Shinkoogeijutsuha)
|
Ryuutanji Yuu
|
|
Kamura Isota
|
||
Funabashi Seiichi
|
||
Abe Tomoji
|
||
Ibuse Masuji
|
||
Aliran Neopsikologis
(Shinshinrishugiha)
|
Hori Tatsuo
|
|
Itoo Hitoshi
|
||
Kritik
|
Yokomitsu Riichi
|
|
Nakagawa Yoichi
|
||
Kobayashi Hideo
|
Kamura Isota dan Kajii Motojiroo
Kamura Isota adalah seorang pengarang “Novel Aku” (Novel
tentang pribadi pengarang sendiri). Ia menulis buku yang berjudul Gooku (susah)
dan Tojoo (di tengah jalan) yang berlatar belakang kesusahan-kesusahannya dalam
menempuh hidup. Seorang pengarang lain bernama Kajii Motojiroo juga
meninggalkan beberapa hasil karyanya yang terkenal karena bahasanya yang puitis
dan harmonis dan perasaannya yang halus yang dapat dirasakan dalam cara
penguraiannya tentang keputusasaan dan kelelahan berpikir kaum cendekiawan.
Karyanya yang terkenal adalah Remon (jeruk). Kemudian, pengarang Ibuse Masuji
mengeluarkan buku Sanshoo Uo (ikan) dan Yane-no Ue-no Sawan.
Kritikus Kobayashi Hideo
Kobayashi Hideo memulai aktivitasnya sebagai seorang
kritikus dengan menulis sebuah buku yang berjudul Samazamanaru Ishoo (berbagai
macam usaha). Ia disamping berani mengkritik karya-karya sastrawan berhaluan
kiri, juga memberikan kritiknya mengenai kekurangan-kekurangan yang ada di
dalam kesusastraan Jepang. Kritiknya didasarkan pada modernisasi dalam
kesusastraan yang timbul di Perancis. Dengan cara ini ia telah mempertinggi
nilai kritik pada umumnya dalam kesusastraan. Karyanya antara lain berjudul
Shishoosetsuron (tentang novel Aku).
Comments
Post a Comment