Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
5. Haiku
Haiku Yang Melukiskan Alam dan Aliran Hototogisu
Majalah Hototogisu tempat berpangkalnya Takahama Kyoshi
menjadi benteng dari kegiatan haiku tradisional sejak akhir zaman Taishoo
sampai awal zaman Shoowa. Di dalam aliran ini terdapat banyak penyair-penyair
muda yang menjadi murid Takahama Kyoshi, di antaranya yang betul-betul giat
meneruskan penulisan pantun haiku yang bersifat pencetusan hati nurani manusia
akan keindahan alam adalah Kawabata Bosha, setelah Takahama meninggal dunia.
Contoh :
Kayakusa-no me-no tobitobi-no hito
narabi. (Takano Soojutsu)
Sederetan putik-putik terdapat pada
rumput “Kaya”.
Katsuragi-no yamafutokoru-ni
neshaka-kana. (Azuno Seiho)
Di lereng gunung terlihat seorang
bhiksu sedang tidur.
Ima-wa ima imukau shiraki yuu
botan. (Yamaguchi Seison)
Saat ini aku sedang memandang bunga
botan putih.
Kaze tachite ukigusa-no hana nakari
keri. (Tomiyasu Fuusei)
Bunga-bunga rumput ukigusa hilang
tertiup angin.
Ichimai-no mochi-no gotoku-ni yuki
nokoru. (Kawabata Boosha)
Sisa salju seperti sepotong kuwe
mochi yang tertinggal.
Pembaharuan Dalam Haiku
Menjelang akhir zaman Taishoo, timbul ketidakpuasan terhadap
pelukisan keindahan alam yang bersifat obyektif murni yang dilakukan aliran
Hototogisu. Penyair-penyair aliran ini sendiri yang merasa tidak puas terhadap
sifat monoton tersebut dan mengadakan pembaharuan. Kemudian, timbullah
pantun-pantun haiku yang bersifat lirik atau intelektual dan ini berkembang
terus sampai timbul pergerakan membentuk pantun haiku baru.
Mizuhara Shuuooshi
Mizuhara Shuuooshi adalah pelopor dari orang-orang yang
menentang aliran Hototogisu yang menganut paham realisme. Pada tahun Shoowa 6
(1931), ia mengundurkan diri dari grup Hototogisu dan menerbitkan majalah
Ashibi. Ia banyak membuat pantun haiku yang bersifat subyektif dan penuh dengan
arti lirik.
Contoh :
Koshikata-ya ashibi saku no-no
hi-no hikari
Ketika datang dan menoleh, terlihat
terang di kebun bunga Ashibi yang sedang berkembang.
Kuwa-no ha-no teru-ni taeyuku
kisei-kana.
Sinar matahari memanasi tubuhku
ketika jalan pulang kampung melewati daun-daun murbai.
Yamaguchi Seishi
Yamaguchi Seishi adalah orang yang mempunyai ide sama
seperti Mizuhara Shuuooshi yang melukiskan keindahan dalam suasana perkembangan
dan kemajuan kehidupan. Karyanya banyak mengambil bahan dari kehidupan
perkotaan dan kehidupan modern yang banyak memakai alat.
Tookoo (pelabuhan yang tertimbun salju) adalah kumpulan
pantun haikunya.
Contoh :
Karikari-to tooroo hachi-no kao-o
hamu.
Krit… krit… suara walang yang
sedang makan lebah.
Shichigatsu-no aone majikaku
yookooro.
Di bulan Juli, di dalam panasnya
pabrik pembuat besi terlihat gunung nan biru.
Gerakan Pembaharuan Haiku
Sebagai akibat dari aktivitas Mizuhara Shuuooshi dan
Yamaguchi Seishi, usaha pembaharuan haiku makin berkembang luas. Gerakan ini
berusaha memajukan atau mengembangkan gaya yang anti realisme. Peraturan dasar
tetap dipegang, tetapi untuk melukiskan perasaan dan pikiran pengarang tidak
dipakai “kigo” (bahasa simbol yang digunakan untuk mengungkapkan empat musim),
dan "kikan" (perasaan yang timbul pada empat musim), melainkan dipakai pelukisan yang bersifat intelektual dan subyektif. Gerakan
ini dikembangkan dengan kuatnya oleh Hino Soojoo, Saito Sanki, Tomizawa Kakio
dan lain-lain yang masing-masing berpangkalan pada majalah Ama-no Gawa, Kikan
dan Kyoodai Haiku. Akan tetapi, karena condong kepada liberalisme, gerakan ini
akhirnya ditindas. Hino Soojoo sendiri melukiskan isi haikunya dengan penuh
perasaan sehingga memiliki ciri modernisme yang bersifat romantis.
Contoh :
Botan en kao hoterasete kafu
wakaki. (Hino Soojoo)
Seorang janda muda berwajah cerah
seperti bunga botan.
Mizu makura gabari-to samui umi-ga
aru. (Saitoo Sanki)
Memakai bantal air (kompresan),
terasa dingin, di hadapanku terbentang laut.
Kyoo-mo atsuki misoshiru susuri
shoku-o ezu. (Tomizawa Kakio)
Hari ini pun aku minum sop taoco
yang panas tapi pekerjaan tak ada.
Aliran Pencari Watak Manusia
Di tengah-tengah kegiatan aliran Hototogisu dan gerakan
pembaharuan haiku lahir beberapa penyair yang menentang kedua aliran tersebut.
Penyair-penyair itu antara lain adalah Nakamura Kusatao, Katoo Shuuson, dan
Ishida Hakyoo. Pantun-pantun haiku-nya bergaya mengungkapkan kehidupan manusia
karena mereka berusaha mendekatkan haiku kepada kehidupan orang-orang di
masyarakat. Melalui haiku mereka mencoba mengungkapkan eksistensi manusia dan
mencari pembentukan watak manusia sehingga haiku ini cenderung susah untuk
dimengerti.
Contoh :
Hikigaeru chooshi ie saru wake-mo
nashi. (Nakamura Kusatao)
Seekor kodok buduk, putera sulung
meninggalkan rumah tanpa alasan.
Iwashigumo hito-ni tsugubeki koto
narazu. (Katoo Shuuson)
Awan bersisik ikan, tidak ada hal
yang perlu disampaikan kepada orang lain.
Basu-o machi dooro-no haru-o
utagawazu. (Ishida Hakyoo)
Menunggu bis di pinggir jalan
tidak meragukan musim semi.
Haiku Sesudah Perang
Pantun haiku yang dibuat selama perang dunia II merupakan
haiku yang menyanjung-nyanjung perang sehingga tidak ada yang patut dinilai.
Sesudah perang berakhir, kegiatan haiku pulih kembali yang antara lain dimotori
oleh Ishida Hakyoo dan Saitoo Sanki. Yang satu berada di daerah timur dan yang satu
lagi berada di daerah barat. Kemudian, oleh Kuwahara Takeo, haiku dikritik
habis-habisan dalam bukunya Daini Geijutsu (seni kedua). Akan tetapi hal ini
malah menjadi suatu sarana yang menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara
haiku baru dan haiku tradisional dan tentang dasar-dasar haiku pun pernah
dilakukan penelitian yang seksama.
Comments
Post a Comment