Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
d. Aliran Romantisme
Mori Oogai, Usaha Pencerahan Yang Dilakukannya
Mori Oogai sebagai seorang dokter tentara dikirim oleh
pemerintah Jepang untuk memperdalam ilmunya di Jerman. Setelah ia pada Meiji
tahun 21 (1888 M) kembali ke Jepang ia dengan aktif mengembangkan
pengetahuannya di luar ilmu kedokteran seperti kesusastraan, kesenian maupun
filsafat Barat, yang diperolehnya waktu belajar di Jerman. Karena banyaknya
ilmu pengetahuan yang ia kuasai, sampai-sampai dijuluki Teebesu Hyakumon no
Taito (100 Pintu Kota Thebes).
Pikiran-pikirannya ditulis dan dimuat dalam majalah Sigarami
Zooshi yang berdasarkan teori kesenian Carl Robert von Hartmann. Kritik sastra
yang diketengahkannya sangat terkenal karena memiliki ciri-ciri yang khas.
Berhasilnya kritik sastra menjadi sebuah bagian yang menempati tempat
tersendiri dalam dunia kesusastraan adalah karena usaha keras Mori Oogai.
Seorang kritikus ulung pada masa itu bernama Ishibashi
Ningetsu selalu berdebat dengan Mori Oogai. Juga dengan Tsubouchi Shooyoo, Mori
Oogai mengadakan perdebatan mengenai realisme yang terkenal dengan Botsurisoo
Ronsoo, Tsubouchi Shooyoo menulis pandangannya mengenai realisme dalam majalah
Waseda Bungaku yang diperkenalkannya sejak penulisan buku teori dan kritik
sastra berjudul Shoosetsu Shinzui, sedangkan Mori Oogai mengemukakan
pandangannya yang didasari idealisme Hartmann.
Karya-Karya Mori Oogai,
Novel : Maihime, Gan, Takasebune, dll
Biografi : Shibue Chuusai
Drama : Tamakusige Futari Urashima
Kritik : Tsuki Gusa
Essei : Munaguruma
Puisi : Uta Nikki
Terjemahan : a. Novel
- Shokyoo Shijin
b. Puisi
- Omokage
c. Teori
- Shinbi Kooryoo
Ada tiga buah novel yang ditulisnya berdasarkan kehidupan
yang dialaminya di Jerman yaitu Maihime, Utakata no Ki dan Fumizukai. Ketiga
novel tersebut merupakan ceritera percintaan anak muda yang dilukiskan dengan
romantis, tetapi berakhir dengan kesedihan. Gaya bahasa yang dipakainya indah
dan mengikuti kaidah-kaidah bahasa klasik. Maihime menggambarkan cara hidup
kaum remaja terpelajar yang sudah sadar akan pribadinya sebagai akibat dari
pemikiran modern. Maihime ini sejajar dengan karya Futabatei Shimei berjudul
Ukigumo.
Selain itu ada juga karyanya berjudul Sokkyoo Shijin yang
merupakan terjemahan dari karya Hans Christian Andersen yang dianggap baik dan
malah di Jepang dihargai melebihi buku aslinya. Buku-buku karyanya dari karya
asing ke bahasa Jepang membuka jalan bagi perkembangan aliran romantis dalam
dunia kesusastraan Jepang.
Di bawah ini adalah cuplikan dari Maihime,
Kakute sannen bakari wa yume no
gotoku ni tachishiga, toki kureba tsutsumite mo tsutsumigataki wa hito no
kooshoo naruramu. Yo wa chichi no yuigon wo mamori, haha no oshie ni shitagai,
hito no shindoo nari nado homuru ga ureshisa ni okotarazu manabishi toki yori.
Kanchoo no yoki hatarakite wo etari to hagemasu ga yorokobashisa ni tayumi naku
tsutomeshi toki made, tada shodooteki, kikaiteki no jinbutsu ni narite mizu
kara satorazarishi ga. Ima nijuugosai ni narite, sudeni hisashiku kono jiyuu
naru daigaku no kaze ni ataritareba niya, kokoro no naka nai to naku odayaka
narazu, oku fukaku hisomitarishi makoto no ware wa, yooyoo omote ni arawarete,
kinoo made no ware naranu ware wo semuru ni nitari. Yo wa waga mi no ima no
yooni yuuhi subeki seijika ni naru mo yoroshikarazu, mata yoku hooten wo
soranjite goku wo danzuru hooritsuka ni naru nimo fusawashiikarazaru wo
satoritari to omoinu. (Maihime)
Tiga tahun sudah berlalu
seolah-olah mimpi, akan tetapi bagaimanapun juga nafsu manusia susah sekali
ditekan. Saya selalu mengingat nasehat ayah dan mengikuti ajaran ibu.
Orang-orang di sekeliling saya memuji bahwa saya adalah anak yang luar biasa
pintar dan saya sangat gembira atas pujian itu. Karena itu saya belajar dengan
giat sampai sekarang. Setelah saya bekerja, kepala kantor mengatakan bahwa saya
adalah orang yang rajin dan saya bergembira atas pujian itu. Karena itu saya
tidak pernah bolos, sampai-sampai saya melakukan pekerjaan saya seolah-olah
seperti mesin dan tidak memikirkan apakah yang saya kerjakan itu benar atau
tidak. Sekarang saya berumur 25 tahun. Walaupun saya berada di lingkungan
suasana yang bebas di universitas, saya tidak merasa betah. Perasaan menyesal
ini tidak dapat saya pendam lagi, sehingga menyerang diri saya. Kemudian saya
menjadi politikus, tetapi saya merasa kedudukan ini tidak sesuai dengan saya,
oleh karena harus menyesuaikan diri dengan kehendak politik dan kurang
memperdulikan benar atau tidaknya tindakan yang diambil. Kekurangan-kekurangan
saya, saya sendirilah yang mengetahuinya dengan jelas. Karena saya mengetahui
seluk-beluk hukum yang menentukan kesalahan atau kebaikan seseorang, saya
merasa tidak pantas menjadi seorang hakim.
Tookoku dan Majalah Kesusastraan Bungaku Kai
Pada Meiji tahun 26 (1893) terbitlah sebuah majalah
kesusastraan yang berjudul Bungaku Kai yang mempunyai gaya bahasa yang
romantis. Pada zaman itu, yang menjadi pelopor pengarang-pengarang muda adalah
Tookoku. Dia mendapat pengaruh dari Ralp Waldo Emerson (1803-1882, ahli pikir
Amerika) dan George Gordon Byron (1788-1824, penyair Inggris). Dia juga
mempelopori penulisan drama berbentuk tragedi. Di antara buku-buku karangannya
yang berisi kritikan terhadap keadaan pada waktu itu antara lain adalah Jinsei
ni Aiwataru to wa nanno iizo, Naibu Seimeiron dan lain-lain. Kritikan terhadap
keadaan masyarakat pada waktu itu ditulis juga oleh Higuchi Ichiyoo dalam
novelnya berjudul Take Kurabe dan juga Shimazaki Tooson berupa puisi yang
dikumpulkan dalam buku berjudul Wakanashuu. Keadaan ini semua merupakan ciri-ciri
kesusastraan yang bernaung dalam Bungaku Kai.
Tokoh-tokoh Bungaku Kai antara lain adalah Kitamura Tookoku,
Shimazaki Tooson, Ueda Bin, Hashino Tenchi, Higuchi Ichiyoo dan Tayama Katai.
Perubahan Pemikiran Takayama Chogyuu
Takayama Chogyuu adalah pengarang ceritera roman sejarah.
Aktivitasnya dalam dunia kesusastraan ini dimulai setelah dia mengeluarkan
novel yang berjudul Takiguchi Nyuudoo, sebuah roman sejarah yang romantis.
Sebenarnya hanya inilah satu-satunya karyanya berbentuk novel, tetapi dia
bergerak di bidang kritik sastra yang didasari pengetahuan seni seperti cara
pendekatan yang dilakukan oleh Mori Oogai. Karyanya berbentuk kritik sastra
dikumpulkan dalam buku berjudul Taiyoo. Pada mulanya dia adalah seorang
super-nasionalis yang menganggap segala sesuatunya yang bersifat Jepang sangat
baik. Kemudian dia mendapat pengaruh dari pandangan Friedrich Wilhelm Nietzsche
yang menganjurkan keindahan hidup individualisme yang ekstrim. Pada hari tuanya
dia menjadi penganut aliran agama Budha Nichiren. Perubahan yang besar dari
pemikiran Takayama Chogyuu ini adalah karena paham romantis yang dianutnya
ternyata mengalami kontradiksi dalam kehidupan yang sebenarnya, sehingga dia
seakan-akan meraba-raba dalam kegelapan untuk mencari pegangan.
Izumi Kyooka Dengan Aliran Mistik dan Aliran Romantik
Izumi Kyooka murid Ozaki Kooyoo yang berasal dari
perkumpulan Kenyuusha pada mulanya mengeluarkan novel yang mengandung ide-ide
tertentu, seperti novel Yakoo Junsa, Geka Shitsu dan lain-lain. Ide-ide yang
dimuat dalam novel itu bertujuan mencari penyelesaian kontradiksi yang ada
dalam kehidupan yang sebenarnya. Ciri-ciri novel itu sejajar dengan karya
Hirotsu Ryuuroo yang merupakan ceritera-ceritera tragedi. Izumi Kyooka kemudian
membentuk suatu aliran tersendiri dalam karangan-karangannya dengan memasukkan
unsur yang bercorak mistik dan romantik, seperti kita jumpai dalam novel Teriha
Kyoogen, Kooya Hijiri, Onna Keizu, Uta Andon dan lain-lain. Perasaan yang
mengandung mistik dan yang bersifat menonjolkan roh maupun hantu ini
melatarbelakangi karya-karyanya dan mempunyai sumber inspirasi untuk
menggambarkan kecantikan wanita. Pada dasarnya karangannya itu melukiskan
kebenaran dan rasa cinta yang dalam yang menentang kepincangan dan kebusukan
yang ada dalam masyarakat. Dia membuat kalimat-kalimat yang indah dan tidak
membiarkan gaya tulisannya menyimpang pada aliran kesusastraan yang jelek.
Terciptanya Kesusastraan Yang Menonjolkan Keindahan Alam
Tokutomi Rookan seorang yang beraliran liberal dan
berdasarkan pemikiran agama Kristen dalam bukunya berjudul Hototogisu menulis
tentang persoalan-persoalan yang terdapat dalam masyarakat. Dia terutama
menekankan pada kekurangan dari sistem keluarga, yang pada waktu itu sangat
merugikan kaum wanita. Selain itu dia membuat juga novel yang berbentuk
otobiografi seperti Omoide no Ki, biarpun sebenarnya yang membuat dia terkenal
adalah bukunya yang berjudul Shizen to Jinsei. Dalam menguraikan keindahan alam
dia mempergunakan bahasa tulisan yang indah dengan gaya yang sangat romantis.
Dialah yang mengembangkan seni menulis keindahan alam setelah Futabatei Shimei
dengan buku terjemahannya berjudul Aibiki.
Selain itu ada juga karangan Kunikida Doppo berjudul
Musashino yang melukiskan tentang keindahan alam yang mengharukan. Keahliannya
untuk melukiskan keindahan alam itu diperolehnya dari Turgenev dan William
Wordswort (1834-1891, penyair Inggris). Kunikida Doppo yang mempunyai bakat
penyair banyak juga menulis kumpulan ceritera pendek seperti Gen Oji, Shonen no
Hiai, Haru no Tori dan lain-lain. Dalam karangannya itu dia mengambil sebagai
tema, soal-soal yang bersangkut paut dengan perikemanusiaan yang terlihat dalam
kehidupan sehari-hari yang dilukiskannya dengan sederhana tetapi berhasil
menggugah hati pembaca. Karya-karyanya yang ditulisnya pada akhir hidupnya
memberikan pengaruh pada pengarang yang bernaung dalam aliran naturalis.
Comments
Post a Comment