Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Jim Cramer di hari sial, 8 Oktober 1998. Dana lindung-nilai yang dia kelola bersama mitranya Jeff Berkowitz ketelan pasar modal yang sedang terpuruk, dan kini sekumpulan investor marah-marah meminta uang mereka kembali.
Cramer, yang menjadi selebriti televisi dengan show-nya Mad Money, juga seorang manajer yang sukses di bisnis dana lindung-nilai. Selama 14 tahun lebih dia berhasil membuat pertumbuhan 24 persen per tahun. Dia menjalankan trading saham yang gamang berkali-kali dalam sehari, mengambil untung dari cepatnya harga saham naik dan turun. Dia akan membeli dan menjual saat diperkirakan harganya akan naik, atau melakukan short-selling saat diperkirakan harganya akan turun. Pengetahuannya yang komplit tentang pasar membuatnya mengeruk untung dari hari ke hari. Hingga awal tahun 1998, dana yang dia tangani berkembang hingga setengah miliar dolar.
Tapi di tahun 1998 tampaknya dia mulai kehilangan sentuhannya. Di musim panas itu, serangkaian bad calls menggerus portofolionya ke posisi negatif untuk pertama kali dalam sejarah karirnya di trading. Kemudian merebaknya krisis obligasi di bulan September saat jatuhnya dana lindung-nilai, yaitu Long Term Capital Management. telah membawa bencana di pasar obligasi yang menyebabkan perusahaan Cramer merugi hingga level dua digit. Di bulan Oktober, dana yang ditanganinya merosot 38 persen.
Dalam kondisi biasa, Cramer akan punya waktu dua bulan untuk memperbaikinya—menurut kontrak kesepakatan di perusahaannya, dia tidak harus melaporkan kinerja sampai akhir tahun. Investor harus menunggu hingga tahun terakhir untuk dapat menarik uang mereka.
Namun tahun 1998 bukanlah kondisi biasa. Untuk menenangkan para investor yang ingin menarik uangnya, perusahaannya membuka pintu untuk sekali penarikan khusus di tanggal 8 Oktober. Setiap investor yang ingin uangnya kembali di hari tersebut bisa melakukannya. Saat Cramer menyetujui adanya hari penarikan khusus tersebut, pasarnya membaik dan investor tidak kehilangan kepercayaan. Namun di tengah krisis, merebaklah gosip di Wall Street bahwa perusahaannya akan segera jatuh bangkrut.
Akibatnya di tanggal delapan itu, pagi yang penuh masalah bagi Cramer. Sekumpulan besar investor datang untuk menarik uang mereka—dalam bentuk kontan—sementara saham yang dipegangnya tengah merosot jatuh seperti meteor. Hanya tinggal satu hari trading lagi untuk membalikkan portofolionya ke kondisi positif dan untuk bisa mengembalikan uang para investor tersebut.
Karena kondisi krisis itu, istri Jim, Karen Cramer, harus turun kembali ke meja trading. Cramer menganggap istrinya bak peri trading. Ia belajar bisnis dari istrinya di akhir tahun delapan puluhan saat Karen menjadi atasannya, yaitu sebagai chief trader. Mereka bekerja bersama lebih dari sepuluh tahun sampai Karen berhenti demi membesarkan anak-anaknya. Karen telah jauh dari meja trading selama enam tahun dan sekarang harus turun gunung untuk membantu suaminya lepas dari kebangkrutan.
Pagi itu dimulai dengan gerakan pasar yang masih sama dengan minggu-minggu sebelumnya: turun. Para investor ketakutan akan bayangan datangnya depresi ekonomi. Mereka berlomba menjual saham dengan harga berapa pun. Di pagi itu Jim sadar bahwa waktunya telah habis—dia harus mulai menjual saham-sahamnya di tengah kepanikan ini. Dia harus memenuhi tenggat waktu sore ini dengan jumlah uang berapa pun yang bisa didapatkan.
Istrinya, Karen, tidak setuju. Dia memperhatikan gerakan saham dan terkejut melihat begitu banyak saham dari perusahaan-perusahaan yang sangat mendatangkan laba dijual dengan harga yang luar biasa murah. Alih-alih menjual, dia meminta para pialang sahamnya untuk membeli. Suaminya tidak bisa menerima hal ini. Jim menganulirnya dengan meminta para pialangnya menaruh perintah jual untuk 5000 saham yang mereka miliki dan terus mengulanginya setiap 60 detik hingga semuanya habis terjual.
Setelah dua belas tahun menjadi pakar dalam bisnis ini, Jim menyerah. Anak emas Wall Street ini akhirnya harus takluk dengan pasar yang dulu begitu mudah dia kalahkan. Dia masuk ke kantornya, menutup pintu, dan mulai menulis penjelasan di website www.thestreet.com, untuk menyatakan menyerah dan menjual semua yang ada. Gelombang besar akhirnya datang. Tanggal 8 Oktober 1998 ini seburuk krisis saham tahun 1929. Terbayang di benaknya akan pedagang-pedagang saham yang melompat bunuh diri dari gedung-gedung pencakar langit New York, 69 tahun yang lalu. Ini kali pertama dalam hidupnya, tulisnya kemudian, dia bisa memahami mengapa mereka melakukan hal itu.
Sekejap matanya tertarik ke sebuah siaran di televisi. Penyiar CNBC, Ron Insana, mengumumkan bahwa Federal Reserve mungkin akan menurunkan suku bunga untuk menyelamatkan pasar modal. Untuk pertama kalinya Dow berbalik arah dan naik 20 poin dalam hitungan detik. Cramer bangkit dari kantornya dan kembali ke meja trading. Para pialangnya sedang melayani permintaan beli dari mana-mana. The Dow terus menanjak.
Cramer segera sepakat dengan istrinya untuk membatalkan perintah jual dan mulai membeli. Sekarang dengan portofolio membaik mereka akan dengan mudah meminjam uang dengan membayar investor yang mau menarik uangnya. Tanggal 8 Oktober itu akhirnya menjadi dasar jurang kejatuhan pasar modal. Karen Cramer ternyata benar. Jim Cramer terbukti keliru. Keliru sepenuhnya.
Di tahun-tahun berikutnya dia menuliskan peristiwa tersebut dalam memoarnya berjudul Confession of a Street Addict (Simon &Schuster, 2002). Diceritakannya bagaimana dia menanyakan mengapa istrinya begitu yakin bahwa pasar akan rebound hari itu. Dia menanyakan bagaimana istrinya bisa tahu bahwa harga pasar telah menyentuh dasar. Jawab istrinya seperti diungkapkan di buku tersebut:
"Karena di dasar jurang itu, bahkan profesional terhebat pun terhenyak. Di dasar itulah pemain besar terakhir melemparkan handuknya tanda menyerah. Di dasar itulah penaklukan terakhir." Dia menunggu hingga saya cukup paham, lalu melanjutkan "Di dasar itulah, Jimmy, kamu takluk. Di dasar itulah kamu yang menyerah..."
Selama dua bulan kemudian, Cramer, Berkowitz & Co, terus menunggangi lonjakan di pasar. Saat tahun berakhir, nilai investasi yang mereka tangani meningkat 2 persen dalam portofolio setahun. Cramer dengan bangga menyatakan bahwa investor yang bertahan di bulan Oktober itu menyaksikan kenaikan 200 persen pada sahamnya selama dua tahun ke depan.
Di hari dia pernah menyerah dalam sejarah kariernya, Jim merasa bersyukur telah meminta istrinya turun ke meja trading. Selama beberapa menit dia memotong perintah istrinya demi untuk menyerah. Dia membuang semua harapan dan menyerah pada nasib. Namun akhirnya dia harus belajar lagi pada Karen, setelah selama beberapa tahun ini dia dikenal sebagai orang terhebat di Wall Street yang tak terkalahkan. Karen Cramer mengikuti gagasan yang sama yang disampaikan oleh Musa ke kaum Yahudi kuno saat mereka bagai di dasar jurang sewaktu diburu tentara Mesir dari belakang dan lautan yang menutup jalan ke depan—jangan menyerah pada nasib, teruslah maju.
Jim Cramer mundur dari bisnis dua tahun kemudian untuk lebih dekat dengan istri dan anak-anak gadisnya. Selanjutnya dia memulai karier keduanya yang gemilang sebagai jurnalis televisi. Kenangan tentang 8 Oktober 1998 masih dibawa sebagai pelajaran paling berharga dalam hidupnya. Jangan pernah menyerahkan bisnismu pada berjalannya nasib.
Intisari untuk Bisnis: Insan bisnis pantang menyerahkan bisnisnya pada nasib. Begitu Anda mulai menyalahkan kekuatan-kekuatan lain (pasar, pedagang kurs, importir Cina...) saat itulah Anda kehilangan kendali.
Intisari untuk Pribadi: Jangan pernah lupa Anda punya tanggung jawab untuk bertindak. Orang lain bisa memberi Anda arahan, tapi mereka dan Tuhan tidak akan bertindak untuk Anda jika sebenarnya Anda mampu melakukannya. Seberapa besar pun keyakinan Anda kepada orang lain, mereka dan bahkan Tuhan tak akan menolong Anda jika Anda tidak menolong diri Anda sendiri.
Baca: Buku Sukses Bisnis Cara Yahudi
Comments
Post a Comment