Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
10. Ninjobon
Salah bentuk cerita yang lahir pada zaman Edo adalah ninjobon yang ditulis pada akhir zaman Edo. Ninjobon banyak mengambil unsur cerita dari karya sebelumnya, yaitu dari kokkeibon dan sharebon. Cerita-cerita ini banyak melukiskan tentang kehidupan rakyat biasa serta kebiasaan-kebiasaannya. Jika dalam buku sharebon hanya digambarkan percintaan antara wanita-wanita tuna susila dengan tamu laki-lakinya, maka dalam ninjobon menggambarkan percintaan segitiga antara dua atau tiga wanita remana dengan satu laki-laki. Cerita dalam ninjobon disampaikan dalam bentuk kalimat percakapan.
Seorang pengarang ninjobon yang tidak ada duanya adalah Tamenaga Shunsui. Orang-orang menjulukinya "nenek moyangnya" ninjobon. Tujuan penulisan ninjobon bagi Shunsui adalah untuk pembaca kaum wanita. Dia berusaha keras dan dengan cermat menggambarkan hubungan cinta kasih antara laki-laki dan wanita.
Menurut Shunsui, pengertian ninjo bukan saja merupakan hubungan antara laki-laki dengan wanita, dan bukan saja cinta kasih di antara dua insan laki-laki dan wanita, tetapi Shunsui berkesimpulan lebih dalam dari itu. Ninjo menurutnya adalah rasa sukacita yang bodoh dan dapat terjadi pada insan laki-laki dan wanita.
Karya Shunsui yang sangat terkenal ialah Umegoyomi yang terdiri dari 5 seri, dengan judul masing-masing Shunshoku Umemibune, dan Shunshoku Megumi no Hana.
Di antara karya-karyanya, Shunshoku Umegoyomi dan Shunshoku Tatsumi no sono adalah karya Shunsui yang paling terkenal. Ringkasan cerita Shunsui Umegoyomi.
Natsume Tanjiro adalah anak angkat dari sepasang suami-istri yang bekerja di rumah bordir "Karakotoya". Dia berpacaran dengan seorang geisha di rumah bordir itu yang bernama Yonehachi. Sayangnya, setelah bapak dan ibu angkatnya meninggal, dia diusir oleh pengurus rumah bordir itu, dan dia diharuskan membayar utang karena keadaan bordir yang sudah tidak mempunyai harta seperti dahulu. Tanjiro — yang merasa ditipu — terpaksa melarikan diri dan bersembunyi di kampung. Sementara itu, kekasihnya keluar dari "Karakotoya" atas bantuan Tobei, tamu langganan Konoita dan juga seorang geisha di situ. Kemudian, Yonehachi menjadi geisha di "Kokyu no Hari" untuk menunjang kehidupan Tanjiro yang bersembunyi di kampung.
Sebenarnya pada waktu orang tua angkatnya masih hidup, Tanjiro sudah dijodohkan dengan putri pemiliki "Karakotoya" yang bernama Onaga. Onaga pun tidak dapat diganggu oleh orang jahat, Onaga ditolong oleh seorang hair dresser yang bernama Oyoshio, yang kebetulan sedang lewat di situ. Onaga kemudian bertemu dengan Tanjiro. Untuk menolong keuangan Tanjiro, Onaga bersedia menjadi geisha. Selama itu ternyata Tanjiro menjalin percintaan dengan Adakichi, seorang geisha kawan seasrama (pondokan) Yonehachi. Adakichi pun turut membantu keuangan Tanjiro.
Yonehachi mendapat tekanan dari Tobei yang telah menolongnya, sedangkan Adakichi pun dipaksa agar mau menjadi wanita tuna susila di rumah bordir Okuma. Kedua kekasih Tanjiro ini dengan sekuat tenaga menolak tawaran dan paksaan itu demi menjaga kesucian diri mereka masing-masing. Mereka semua berkorban demi Tanjiro. Akhir cerita, Tobei menyadari bahwa Yonehachi memang seorang wanita yang sungguh-sungguh menjaga diri demi Tanjiro. Di lain pihak, Tobei menolong Onaga dari genggaman (tekanan) Okuma. Akhirnya, Tobei kawin dengan Oyoshi yang sudah dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Kemudian, Tobei menolong Tanjiro untuk memutuskan hubungan dengan Adakichi, sehingga Onaga menjadi istri Tanjiro, sementara Yonehachi menjadi selirnya.
Novel ini merupakan karya yang banyak mendapat perhatian pada awal zaman Edo. Karya yang ditujukan untuk pembaca wanita ini banyak menggambarkan kehidupan seorang wanita, walaupun jika ditinjau dari pemikiran dan dari segi moral akan ditentang oleh pembaca-pembaca zaman sekarang. Tanjiro digambarkan sebagai seorang tokoh yang menjalin hubungan erat dengan tiga orang wanita. Begitu pula pengarang dengan indahnya melukiskan tempat-tempat mereka mengadakan pertemuan. Tokoh-tokoh yang diangkat dalam cerita ini sebagai model memang benar-benar tokoh yang ada di dalam masyarakat dan tidak kalah pentingnya lukisan kehidupan serta kebiasaan-kebiasaan masyarakat pada zaman Edo.
Nama Tanjiro menjadi suatu nama yang dipuja-puja para wanita pada zaman itu. Begitu pula Yonehachi dan Adakichi yang dilukis dalam macam-macam kerajinan, dan lukisannya banyak diminati. Pendek kata, ketiga tokoh ini menjadi idaman masyarakat.
Baca: Buku Pengantar Kesusastraan Jepang
Comments
Post a Comment