Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Kriteria Formasi Kelompok

Kriteria Formasi Kelompok


                                                              BAB I

                                    KRITERIA FORMASI KELOMPOK



1.  Kerangka dan Atribut


Biasanya, seperti dalam pembentukan rumah tangga, pembentukan kelompok atas dasar elemen kerangka menyangkut kemungkinan menerima anggota baru dengan atribut yang berbeda, dan dalam pada itu juga menyangkut kemungkinan mendepak anggota dengan atribut yang sama. Peristiwa demikian sering terjadi, terutama di lingkungan rumah tangga pertanian tradisional dan kaum pedagang. Orang luar, sekalipun dalam ikatan kekeluargaan agak jauh hubungannya, dapat saja dijadikan ahli waris dan pengganti. Bahkan para nelayan dan kerani biasanya diakui sebagai anggota keluarga dan diperlakukan demikian oleh kepala rumah tangga. Pengakuan sebagai anggota keluarga ini harus diterima dengan ikhlas untuk menjamin kelangsungan rumah tangga bila seorang kerani menikahi gadis dari rumah tangga yang bersangkutan dan diangkat menjadi menantu, tanpa mengalami hambatan.

Prinsip semacam itu mempengaruhi melemahnya ikatan tali kekeluargaan. Kekeluargaan yang intinya terletak pada hubungan antar saudara kandung, adalah suatu kriteria yang didasarkan atas atribut. Terhadap kekeluargaan demikian masyarakat Jepang kurang memberi penghargaan, bahkan kurang dari penghargaan orang Inggris terhadap hubungan itu; fungsi kekeluargaan benar-benar lemah di luar rumah tangga. Ungkapan "persaudaraan merupakan awal pengasingan" tepat sekali mencerminkan ide orang Jepang tentang kekeluargaan. Seorang saudara yang menikah dan tinggal dalam rumah tangga lain dianggap sebagai orang luar. Terhadapnya, tugas dan kewajiban saudara lainnya terbatas pada tingkat tukar-menukar salam dan hadiah pada musim-musim tertentu menghadiri upacara perkawinan dan pemakaman serta pemberian ala kadarnya bila terjadi kecelakaan atau musibah lainnya. Ada banyak contoh yang menunjukkan perbedaan sosial yang besar sekali di antara sesama saudara kandung, demikian pula perbedaan dalam status ekonomi. Mungkin anak sulung menjadi walikota, sementara adiknya menjadi pengantar surat di kota yang sama; bisa jadi seorang anak laki-laki menjabat pengacara atau menjadi pengusaha, sementara saudara perempuannya menjanda dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan ikut tinggal di rumah orang lain. Pada umumnya saudara yang kaya raya tidak membantu adik atau kakaknya, laki-laki maupun perempuan, yang miskin, yang membina rumah tangga sendiri, sejauh mereka masih mampu mempertahankan kehidupan; atas alasan yang sama, adik atau kakak, laki-laki atau perempuan, tidak berani meminta bantuan "hingga butir beras terakhir". Masyarakat menerima prinsip ini begitu saja, karena prinsip ini lebih mementingkan masing-masing rumah tangga daripada famili sebagai satu keseluruhan.

Tentu saja perbedaan sikap yang mendasar atas sikap terhadap kerabat yang terdapat di India atau di negara-negara Asia Tenggara, dengan kecenderungan mereka melimpahkan kekayaan pribadi kepada para sanak keluarga; di sini kelompok famili sebagai satu keseluruhan memperoleh tempat pertama daripada masing-masing rumah tangga dan nepotisme memainkan suatu peranan penting. Saya kagum mendapatkan betapa bahkan di Inggris dan Amerika, sesama saudara lebih sering bertemu bila dibandingkan dengan yang dituntut oleh standar orang Jepang, dan di sana terdapat keterikatan yang amat mendalam pada hubungan kekeluargaan. Hari Natal merupakan salah satu kesempatan agung untuk berkumpul bersama seluruh keluarga; di Jepang kesempatan yang sama dengan Hari Natal itu di barat, adalah Hari Raya Tahun Baru. Setiap orang sibuk mempersiapkan diri menerima kunjungan dari staf bawahan, yang kemudian, sebaliknya untuk berkunjung pada para atasan. Waktu dan ruang yang disisihkan untuk sanak saudara sendiri yang sudah menikah, keponakan, paman, bibi dan lain-lain sedikit saja, meskipun orang tua, kakek dan nenek akan dikunjungi bila mereka tidak tinggal serumah. Biarpun di daerah pedesaan, orang mengatakan "tetangga lebih penting daripada kerabat" atau "Anda dapat hidup terus tanpa keponakan, tetapi anda tidak dapat hidup tanpa tetangga".

Hubungan kekeluargaan yang biasanya dianggap ikatan primer dan mendasar di Jepang tampaknya digantikan oleh hubungan kerjasama yang dasarnya adalah pekerjaan, di mana tersangkut segi-segi pokok kehidupan sosial dan ekonomi. Di sini kita bertemu lagi dengan unit yang sangat penting dalam masyarakat Jepang, yaitu kelompok kerjasama berdasarkan kerangka. Menurut hemat saya inilah prinsip pokok yang menjadi dasar pembangunan masyarakat Jepang.

Pendeknya, prinsip-prinsip struktur kelompok sosial Jepang dapat tempat, jelas terpotret pada struktur rumah tangga. Konsep lembaga rumah tangga tradisional, ie, tetap bertahan dalam identitas kelompok macam-macam yang disebut uchi, suatu bentuk ungkapan dari ie. Fakta itu menunjukkan bahwa pembentukan kelompok-kelompok sosial atas dasar kerangka yang tetap masih merupakan ciri struktur sosial orang Jepang.

Di antara kelompok-kelompok yang lebih daripada rumah tangga, ada kelompok yang dilukiskan menurut konsep menengah, ichizoku-roto (satu kelompok keluarga dan mereka yang mempertahankannya). Ide struktur kelompok seperti yang diungkapkan dalam istilah itu merupakan suatu contoh istimewa dari kelompok sosial berdasarkan kerangka. Tentu saja konsep itu merupakan suatu konsep rumah tangga di mana para anggota keluarga dan orang-orang luar yang dijadikan anggota keluarga tidak dipisahkan melainkan membentuk suatu kelompok kerja terpadu. Seringkali terdapat ikatan perkawinan di antara dua pihak kelompok baru ini, dan semua garis pemisah di antara mereka menjadi kabur. Hubungan ini sama dengan hubungan antara anggota keluarga dan para kerani atau pembantu dalam satu antitesis dari satu kelompok yang secara eksklusif terbentuk berdasarkan garis kekeluargaan atau silsilah.

Di dalam masyarakat modern yang dianggap sama dengan ie dan ichizoku-roto adalah kelompok seperti "Keluarga Besar Kereta Api" (Kokutetsu-ikka), yang menonjolkan Japanese National Railways, suatu himpunan, yang mencakup baik para pekerja maupun manajemen, menyebut kelompok ini "keselarasan buruh dan manajemen". Walaupun sering dikatakan bahwa lembaga keluarga tradisional (ie) lenyap, namun konsep ie masih tetap bertahan dalam masyarakat modern. Suatu perusahaan dianggap sebagai ie. Semua pekerjanya dinilai sebagai anggota rumah tangga, sedangkan majikan menjadi kepala rumah tangga. Sekali lagi "keluarga besar" perusahaan ini mencaplok anggota keluarga pegawai; keluarga besar itu "mengikatnya" sepenuh-penuhnya (marugakae dalam istilah Jepangnya). Majikan rela menanggung keluarga pekerjanya, sehingga pada giliran pertama-tama yang harus diperhatikan adalah perusahaan daripada kerabat yang tinggal di tempat lain. (Pembahasan mengenai perusahaan dan keluarga para pekerjanya akan disajikan nanti dalam hal 13 — 15). Dalam masa modern ini keluarga pekerja yang biasanya mencakup pekerja itu sendiri, istri dan anak-anaknya merupakan suatu unit yang tidak dapat dianggap sebagai ie lagi, tapi semata-mata sebagai keluarga. Unit itu dapat disamakan dengan keluarga pembantu atau kerani yang bekerja dalam ie yaitu, badan manajemen dalam perusahaan pramodern. Peranan lembaga ie sebagai unit yang khas dalam masyarakat di masa pramodern sekarang dimainkan oleh perusahaan. Kesadaran kelompok sosial yang dilambangkan dalam konsep ie ini, yaitu menjadi salah satu unit dalam satu kerangka, bisa diperoleh di setiap waktu, dianjur-anjurkan dengan banyak slogan dan dibenarkan dalam moralitas tradisional.

Analisa ini menuntut penimbangan ulang atas pandangan stereotip bahwa modernisasi atau urbanisasi memperlemah ikatan kekeluargaan dan menciptakan suatu organisasi sosial tipe baru atas berbagas dasar yang sama sekali berbeda. Tentu saja industrialisasi menghasilkan suatu organisasi tipe baru yang struktur formalnya mungkin sama dengan yang terdapat dalam masyarakat barat modern. Tetapi, hal ini tidak harus berarti mengubah struktur informal yang sebagian besar mempertahankan struktur tradisional seperti yang kita lihat dalam kasus Jepang ini. Hal ini menunjukkan bahwa struktur sosial dasar tetap berlaku kendati terdapat banyak perubahan besar dalam organisasi sosial. (Dalam analisa ini saya pikir akan efektif dan memuaskan bila digunakan konsep-konsep pembeda struktur sosial dan organisasi sosial, seperti yang diusulkan oleh Raymond Firth, "Social Organization and Social Change", Journal of the Royal Antropological Institute, vol. 84 hal 1-20, 1954; makalah ini juga terdapat dalam buku Essays on Social Organization and Values, 1964, Bab III).



Baca: Buku Masyarakat Jepang

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau