Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Belajar dari Ketidakberdayaan

Belajar dari Ketidakberdayaan


Golongan terakhir lain yang mengajak untuk berdoa memohon pembebasan dari Tuhan, punya alasan tertentu bahwa strategi tersebut akan berhasil. Bagaimana pun, mereka adalah kelompok orang-orang yang telah menyaksikan berbagai keajaiban di Mesir. Tidak ada umat yang pernah atau akan pernah menjadi saksi begitu banyak bukti nyata kuasa Tuhan. Berdoa pada Tuhan sangatlah cocok dengan situasi tersebut.

Namun Musa memperingatkan golongan ini pula. "Kamu diamlah saja," perintahnya.

Bukan kebiasaan seorang nabi tidak menyuruh untuk berdoa. Tapi ada alasan yang tepat untuk perintah Musa tadi. Suatu tindakan penting harus dilakukan. Kaum Yahudi diharuskan jalan maju menerjang air laut. Tuhan sendiri tidak akan secara langsung menggerakkan kaki-kaki mereka menuju pantai. Musa tidak mungkin mengangkat mereka satu per satu ke pantai. Tanggung jawab itu terletak pada masing-masing individu, entah laki-laki, perempuan maupun anak-anak, untuk bertindak.

Berdoa, di sisi lain merupakan introspeksi dan komunikasi dengan Yang Maha Kuasa. Ketika Anda berdoa, Anda menghindarkan aktivitas lain dan berkonsentrasi dengan khusuk pada doanya. Berdoa di saat gawat juga berarti demonstrasi kepasrahan pada sesuatu ketimbang tindakan sendiri. Sesuatu di sini maksudnya Tuhan.

Orang-orang berdoa untuk banyak maksud. Sebagian berdoa untuk memuji Tuhan. Yang lain berdoa untuk bersyukur pada-Nya. Dan sebagian lain berdoa untuk meminta sesuatu dari-Nya. Namun Tuhan tidak pernah berharap kita berdoa tanpa berusaha. Jika suatu tujuan harus dicapai, Anda bisa berdoa untuk itu, tetapi hanya jika Anda bermaksud melakukan sesuatu juga untuk tujuan tersebut.

Di sini Musa mengatakan bahwa sia-sialah berdoa karena rasa takut tanpa kemauan untuk bertindak. Selama Anda masih hidup, Anda bisa berbuat untuk mengubah sesuatu. Tidak ada satu pun situasi yang hanya membutuhkan doa dan selanjutnya tinggal menunggu keajaiban. Selalu ada sesuatu yang bisa dilakukan. Berdoa untuk keberhasilan suatu tindakan sangatlah tepat, namun tidak layak berdoa tanpa niat untuk melakukan sesuatu agar berhasil.

Rasa takut dapat membuat kita merasa tidak kuat melakukan dengan kemampuan sendiri. Sebaliknya, kita berharap orang lain yang bertindak untuk kita. Bukan hal mengejutkan kalau kaum Yahudi ingin melepas tanggung jawab mereka untuk bertindak. Baru beberapa hari yang lalu mereka masih menjadi budak belian. Semua keputusan ada di tangan orang lain. Hukuman badan dan kata-kata pelecehan terus menerus mereka terima. Itulah yang terjadi selama hidup mereka, dari lahir hingga hari itu di tepi pantai.

Dorongan untuk menggantungkan nasib pada orang lain dalam psikologi juga dikenal sebagai "ketidakberdayaan yang dipelajari" (learned helplessness). Orang yang tidak punya kendali atas hidup mereka sendiri dan mengalami berbagai pelecehan, saat mengalami kondisi kritis, bereaksi mengkerut dan menyerah. Bukan hanya bekas budak yang punya kecenderungan ini. Kita semua mengalami ketidakadilan di pekerjaan, di lingkungan sosial dan di tempat lain selama hidup ini. Kita belajar untuk menutup mata hati demi menahan penderitaan.

Siklus perilaku ini bakal mengubah hidup menjadi untaian panjang penderitaan. Menutup hari mungkin tampak lebih mudah daripada hidup penuh derita, namun itu hanyalah bentuk lain dari menyerah pada rasa rakut. Di sini Musa mengatakan untuk tetap diam dan menahan dorongan untuk bergantung pada yang lain. Hadapilah rasa takut dan berbuatlah. Begitu Anda mengambil tanggung jawab dan bergerak maju, yang lain akan mulai bisa menolong.

Musa memperingatkan kita untuk tidak membiarkan rasa takut membuat kita menyerah pada nasib, ataupun hanya pasrah pada Tuhan. Ini ajaran bijaksana yang sangat dalam. Langkah pertama untuk keluar dari situasi ketakutan selalu harus diawali oleh kita sendiri. Setelah itu, pertolongan akan datang. Kita harus selangkah ke depan dan kemudian hal-hal lain akan mengikuti dengan cara yang sering tak terduga.


Baca: Buku Sukses Bisnis Cara Yahudi

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau