Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
3. Kesusastraan Drama
Tradisi Kabuki
Drama Kabuki yang pada mulanya mulai berkembang di zaman
Edo, sampai permulaan zaman Meiji yaitu akhir abad XIX masih tetap populer.
Salah satu penulis terkenal drama ini yang berhasil menyajikan lakon tentang
kehidupan realitas masyarakat zaman Edo adalah Kawatake Mokuami. Dengan
mengikuti perkembangan zaman, salah satu karyanya yang berjudul Shimachidori
Tsukino Shiranami menyajikan pemain yang berpotongan rambut modern untuk waktu
itu dan menceriterakan perubahan-perubahan baru yang terjadi di dalam
masyarakat. Lakon ini walaupun bertemakan persoalan keadilan tetapi sifat
dasarnya tidak pernah melanggar tradisi. Lakon seperti ini disebut
‘Sangirimono’.
Katsurekimono
Sesudah tahun Meiji 20 (1887) muncul lakon baru yang
berisikan semangat realisme. Lakon ini termasuk ‘Katsurekimono’, menceriterakan
kejadian-kejadian yang sesungguhnya terjadi dalam sejarah. Katsurekimono karena
mengutamakan kenyataan sejarah saja maka sifat dramanya sebagian besar menjadi
hilang. Namun, lakon ini merupakan satu pembukaan gaya baru dalam drama. Karya
yang terkenal adalah Yoshino Shuui Meika-no Homare karangan Yoda Gakkai dan
Kasuga-no Tsubone karangan Fukuchi Ouchi.
Pembaharuan Drama Sejarah Oleh Tsubouchi Shooyoo
Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam
drama sejarah seperti Katsurekimono itu, Tsubouchi Shooyoo mengadakan
perbaikan-perbaikan dengan menitikberatkan sifat-sifat tokohnya serta
uraian-uraian yang mendalam mengenai kejadian sejarah itu sendiri. Pada tahun
Meiji 16 (1883) ia pernah menerbitkan sebuah buku yang berjudul Jiyuu-no Tachi
Nagori-no Kireaji yang merupakan terjemahan dari karangan Shakespeare berjudul
Julius Caesar. Dengan ini ia menjadi orang yang memiliki andil besar dalam
perbaikan drama. Dalam karangan berikutnya yang berjudul Kiri Hitoha (sehelai
daun pohon Kiri), Maki-no Kata, Hototogisu Kojoo-no Rakugetsu dan lain-lain ia
memakai metode-metode dan bentuk-bentuk drama seperti yang lazim dipakai di
dunia Barat sehingga boleh dikatakan dialah yang mempelopori drama gaya baru di
Jepang.
Lahirnya Aliran Baru Dalam Drama
Sekitar tahun Meiji dua puluhan muncul satu aliran baru
dalam drama. Drama sejarah yang berasal dari Kabuki ini mengambil tema dari
kenyataan yang sesungguhnya ada dalam masyarakat dan zaman baru waktu itu,
berlainan dengan Kabuki yang mengambil tema dari kejadian-kejadian masa lalu.
Pada mulanya drama aliran baru ini mengambil tema tentang pemuda-pemuda yang
cenderung kepada politik dan keadaan orang-orang terpelajar pada waktu itu.
Kemudian, terbentuk teater drama aliran baru yang terdiri atas
pengarang-pengarang seperti Kawakami Otojiroo, Ii Yoohoo, Kawai Takeo, dan
Kitamura Rokuroo. Beberapa novel antara lain yang berjudul Hototogisu, Konjiki
Yasha, kemudian novel karangan Izumi Kyooka yang berjudul Onna Keizu dan Takino
Shiraito diangkat ke atas pentas sehingga kecenderungan mementaskan novel-novel
terlihat jelas. Akhirnya drama baru ini menjadi suatu kekuatan baru dalam dunia
drama bersaingan dengan Kabuki yang mulai menunjukkan kemerosotannya.
Peranan Mori Oogai
Mori Oogai adalah orang yang memasukkan unsur-unsur sastra
Barat ke dalam sastra Jepang. Dia juga adalah orang yang membawa angin baru
dari Eropa ke dalam dunia drama Jepang. Dia banyak mengeluarkan
terjemahan-terjemahan dari drama-drama klasik maupun drama modern. Selain itu
dia sendiri pun membuat drama puisi epik berjudul Tamakushige Futari Urashima
dan Nichiren Shoonin Tsuji Seppoo. Bersama-sama dengan Tsubouchi Shooyoo dia
juga berjasa besar dalam perbaikan dunia drama.
Shimamura Hoogetsu
Tsubouchi Shooyoo sebagai pemimpin drama modern pada tahun
Meiji 39 (1906) membentuk grup kesenian. Salah satu pengikutnya yang bernama
Shimamura Hoogetsu, bukan hanya seorang perintis aliran naturalisme saja,
melainkan juga meninggalkan karya yang sangat berarti untuk dunia teater modern.
Misalnya penampilan drama modern Hendrik Ibsen berjudul Ningyoo-no Uchi (rumah
boneka) yang dibawakan oleh Matsui Sumako dengan permainannya yang sangat
gemilang telah mempertinggi nama teater modern. Kerjasama antara Shimamura dan
Matsui ini sedemikian baiknya sehingga setelah zaman Taishoo (1912-1925)
berhasil dibentuk sanggar kesenian yang diberi nama Geijutsuza.
Osanai Kaoru dan Teater Bebas
Osanai Kaoru adalah orang yang berjasa dalam memantapkan
pembentukan teater modern. Pada tahun Meiji 41 (1911) ia bergabung dengan
Ichikawa Sadanji generasi II membentuk teater beraliran bebas dengan
menampilkan drama-drama Ibsen, Chehov, Hawptman dan lain-lain. Mori Oogai juga
menjadi pendukungnya.
Osanai Kaoru sebenarnya menganut aliran naturalisme, tetapi
oleh karena di dalam negeri tidak ada drama yang cocok untuk itu maka ia
mementaskan drama-drama terjemahan dari luar negeri yang berupa karya-karya
kelas satu. Drama-drama terjemahan inilah yang menjadi dasar dari aliran teater
modern.
Meluasnya Drama-Drama Baru
Berkat rangsangan yang diberikan oleh drama-drama
terjemahan, maka timbul banyak penulis-penulis drama, ada yang berasal dari
penulis-penulis novel. Misalnya Okamoto Kidoo dengan karyanya Shuzenji
Monogatari (kisah Kuil Shuzen), Nakamura Kichizoo dengan karyanya Iitairoo-no
Shi (kematian Iitairoo), Kurata Hyakuzoo dengan karyanya Shuuke-to Sono Deshi
(bikhu dan muridnya), Mayama Seika dengan karyanya Genbokuto Chooei (Genboku
dan Chooei) dan Taira-no Masakado (Masakado dari keluarga Taira). Tsubouchi
Shooyoo sendiri juga menulis Nagori-no Hoshizukiyo (malam kelam).
Penulis-penulis drama meneruskan kegiatannya sampai zaman
Taishoo, sehingga akhirnya drama-drama kreasi asli bisa mencapai puncak
kepopulerannya. Kinoshita Mokutaroo menulis Nanbanjii Monzen (pintu gerbang
kuil Nanban) dan Izumiya Somemonoten (toko penyepuh kain bernama Izumi),
Mushanokooji Saneatsu menulis Sono Imooto (adik perempuan) dan Aiyoku (cinta),
Yamamoto Yuuzo menulis Eiji Goroshi (pembunuh bayi), Inochino Kanmuri (mahkota
hidup) dan Sakazaki Dewa-no Kami (bupati Dewa di Sakazaki), Kikuchi Hiroshi
menulis Chichi Kaeru (ayahku kembali), Kume Masao menulis Gyuunyuuya-no Kyoodai
(saudara penjual susu), Kubota Mantaroo menulis Amazora (langit hujan) dan
lain-lain. Pementasan drama-drama kreatif ini menciptakan zaman baru yang
berlainan dengan zaman sebelumnya yang berpusat pada drama-drama terjemahan.
Puncak kepopuleran drama-drama kreatif ini berlangsung terus sampai terjadinya
gempa bumi dahsyat Kantoo.
Comments
Post a Comment