Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
3. Periode Akhir
1. Novel dan Kritik
a. Kesusastraan Proletar
Bersamaan dengan terjadinya perubahan-perubahan yang dialami
Jepang dalam susunan masyarakat dan ekonominya pada saat perang dunia pertama,
kecenderungan berdemokrasi bertambah kuat, golongan proletar bertambah besar
sehingga pertentangan kelas masyarakat bertambah keras. Dalam kesusastraan pun
banyak terjadi gerakan-gerakan yang mencerminkan perubahan-perubahan sebagai
akibat dari perang dunia pertama itu. Yang turut mengambil bagian dalam gerakan
ini antara lain dari lapisan masyarakat rendahan, masyarakat buruh dan
lain-lain. Dalam kenyataan ada juga pengarang yang memang lahir dari kalangan
buruh sendiri. Untuk menginternasionalkan pandangan kaum buruh dibuat sebuah
majalah khusus Tanemakuhito yang isinya lebih ditekankan kepada cara berpikir
masyarakat buruh. Dengan terjadinya kebakaran besar yang disebabkan oleh gempa
bumi Kanto pada tahun Taishoo 12 (1923) masyarakat menjadi panik dan cemas.
Untuk memulihkan kembali keadaan dan menenangkan masyarakat pemerintah menyetop
untuk sementara kesusastraan sosialis yang baru bertunas ini. Tetapi kemudian
secara sedikit demi sedikit kesusastraan sosialis mengumpulkan tenaganya kembali
sehingga menjadi satu grup sastra yang kuat.
Kesusastraan Proletar :
Aliran
|
Jenis Sastra
|
Penulis
|
Bunsen
|
Novel
|
Maeda Koohiroichiroo
|
Kaneko Hirobumi
|
||
Hayama Yoshiki
|
||
Hirabayashi Taiko
|
||
Kritik
|
Hirabayashi Hatsunosuke
|
|
Aono Suekichi
|
||
Senki
|
Novel
|
Kobayashi Takiji
|
Tokunaga Sunao
|
||
Miyamoto Yuriko
|
||
Drama
|
Fujimori Seikichi
|
|
Murayama Tomoyoshi
|
||
Hisaita Eijiroo
|
||
Kubo Sakae
|
||
Puisi
|
Nakano Shigeharu
|
|
Tsuboi Hanji
|
||
Kritik
|
Kurahara Korehito
|
|
Miyamoto Kenji
|
Pembentukan Organisasi
Pada tahun Taishoo 12 (1924) diterbitkan sebuah majalah
Bungeisensen sebagai ganti dari majalah Tanemakuhito. Dengan terbitnya majalah
ini berarti wadah untuk menuangkan kesusastraan proletar sudah terpenuhi. Pada
tahun berikutnya dibentuk perserikatan sastra proletar Jepang. Setelah itu,
terjadi beberapa kali pembubaran dan penyatuan. Kemudian, pada tahun Shoowa 3
(1928) dibentuk perserikatan kesenian proletar Jepang yang disebut NAPF (Nippon
Artista Proleta Federacio) dengan Senki sebagai majalahnya yang menjadi pusat
kegiatan sastra aliran kiri. Majalah Senki lebih cenderung kepada sosialis.
Majalah Bungeisensen kemudian diganti namanya menjadi Bunsen. Pertentangan yang
terjadi antara aliran Bunsen dan aliran Sekni berlangsung lama, kemudian pusat
kekuatan gerakan tersebut lambat-laun pindah kepada NAPF.
Karya Kesusastraan Proletar
Ahli teori pertama yang muncul dari kesusastraan proletar
adalah Hirabayashi Hatsunosuke dan Aono Suekichi. Kemudian, pembimbing utama
teori sastra Proletar adalah Kurahara Korehito. Karya dari Kurahara Korehito
mengenai proletarisme adalah Proletaria Realism-eno Michi (jalan menuju
realisme proletar).
Karya awal dari kesusastraan proletar antara lain Uzumakeru
Karasu-no Mure (gerombolan burung gagak) oleh Kuroshime Denji, Santoo Senkyaku
(penumpang kapal kelas tiga) oleh Maeda Koohiroichiroo dan Seryooshitsu-nite
(di kamar periksa) oleh Hirabayashi Taiko. Kemudian, karya dari pengarang
terkemuka kesusastraan proletar aliran Senki adalah Kanikoosen (perahu
kepiting) dan Tooseikatsusha (aktivis partai) oleh Kobayashi Takiji dan
Taiyoo-no Nai Machi (kota tanpa matahari) oleh Tokunaga Sunao. Dari aliran
Bunsen terdapat karya Sementodaru-no Naka-no Tegami (surat di dalam tong semen)
dan Umi-ni Ikuru Hitobito umumnya isi dari karya-karya tersebut adalah
kebaikan-kebaikan politik penguasa saja dan pada banyak karya hanya memuat
ideologi kelas masyarakat yang ditulis secara terang-terangan. Penulis-penulis
yang setuju dengan cara berpikir sastra aliran kiri ini disebut “Doohansha
Sakka” (penulis pendamping).
Sebuah cuplikan dari Kanikoosen :
“Oi jigoku-sa egundade!”
Futari-wa dekki-no tesuri-ni
yorikakatte, katatsumuri-ga senobi-o shita yooni nobite, umi-o kakarkondeiru
Halodateno machi-o miteita… Hito-wa yubimoto-made suitsukushita tabako-o
tsubato isshoni suteta. Makitabako-wa odokefa yooni iroiro-ni hikkurikaette,
takai saido-o surezure-ni ochiteitta, Kare-wa shintai ippai sake kusakatta.
Artinya :
Hei, mari kita pergi ke neraka!
Dua orang pekerja menyandarkan
dirinya di langkan dek kapal sambil mengeluarkan badannya sehingga bentuk
badannya seperti keong siput. Pada waktu itu kelihatan oleh mereka kota
Hakodate yang dilingkari laut… Rokok yang dihisap oleh kedua orang tersebut
sudah mendekati ujung jari, dibuang ke permukaan laut bersama-sama dengan
isapan air liur. Rokok itu jatuh berguling-guling dihembuskan angin dari
ketinggian dek sampai ke permukaan air. Rupanya keduanya dalam keadaan mabuk.
Kesusastraan Tenkoo
Pada tahun Shoowa 6 (1931) terjadi peristiwa Manchuria dan
sejak itu sastra aliran kiri mendapat penindasan yang semakin diperbesar
sehingga akhirnya hancur. Pada tahun Shoowa 9 (1934) organisasi sastra proletar
bubar dan bagian-bagian yang berbau cara berpikir sastra aliran kiri dikikis
habis. Sebagai penggantinya muncul “sastra Tenkoo” (sastra peralihan).
Pengarang-pengarang dari sastra Tenko antara lain Murayama Tomoyoshi, Nakano
Shigeharu, Shimaki Kensaku dan Tokunaga Sunao. Pengarang-pengarang yang masih
mengikuti sastra aliran kiri yang sudah dikikis habis itu antara lain Miyamoto
Yuriko. Perjalanan mereka tidaklah mudah karena hidup di bawah perkembangan
fasisme.
Comments
Post a Comment