Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Gunki Monogatari

Gunki Monogatari


12. Gunki Monogatari


Gunki Monogatari adalah salah satu karya sastra di antara sastra klasik Jepang yang melukiskan kesedihan atau kematian dalam peperangan. Gunki monogatari yang bertemakan cerita peperangan ini juga sering mengisahkan kehancuran kaum bangsawan dan bangkitnya kaum samurai. Dapat dikatakan, zaman pertengahan dalam sejarah Jepang adalah zaman yang penuh dengan pemberontakan dan peperangan. Karya yang bersifat pengisahan ini dimulai dari akhir zaman kuno sampai zaman pertengahan. Gunki monogatari disebut juga gunki bungaku, senki mono, gunki mono, atau gunki saja.

Karya gunki monogatari lain, misalnya, Shomonki (abad ke-10), Mutsuwaki (abad ke-11), Hogen Monogatari, Heiji Monogatari, Heike Monogatari, Gempei Seiseki, Soga Monogatari, dan Taiheki. Shomonki dan Mutsuwaki adalah karya awal gunki monogatari yang mengisahkan kekalutan pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah. Hogen Monogatari dan Heiji Monogatari keduanya mempunyai bentuk, konsep, kalimat, dan ide yang sama. Pengarang dan tahun dibuatnya tidak jelas. Namun, yang pasti karya tersebut dibuat pada zaman Kamakura. Kedua karya ini diangkat dari kisah pemberontakan Hogen yang disebut Hogen no Ran dan pemberontakan Heiji yang disebut Heiji no Ran. Pemberontakan ini terjadi akibat melemahnya kekuasaan kaum bangsawan dan bangkitnya kekuatan kaum samurai. Kekacauan yang terjadi antara kaum bangsawan dan samurai itulah yang kemudian pecah menjadi pemberontakan Hogen no Ran (1152) dan Heiji no Ran (1159).

Heike Monogatari dibuat pada awal abad ke-13, yakni pada zaman Kamakura sampai pada zaman Muromachi. Penyuntingan Heike Monogatari membutuhkan waktu yang sangat lama dan dikerjakan oleh beberapa pengarang, tetapi siapa pengarangnya tidak diketahui dengan pasti. Heike Monogatari terdiri dari tiga jilid yang disebut Jo jilid 1, Chu jilid 2, dan Ge jilid 3. Gaya kalimatnya disebut Wakan Kankobun (kalimat Jepang yang dipadu dengan kalimat Cina).

Heike Monogatari tidak saja merupakan karya terbesar untuk karya sejenis gunki mono, tetapi juga merupakan karya terbaik yang mewakili kesusastraan nasional Jepang. Sampai sekarang, Heike Monogatari masih tetap disukai pembacanya dan mempunyai pengaruh yang besar pada zaman berikutnya. Kisah Heike Monogatari akan lebih meresap jika didengarkan daripada dilihat atau ditonton. Penyampaian melalui cara bercerita disebut dengan katari, merupakan ciri khas Heike Monogatari. Pembawa kisah Heike Monogatari adalah seorang buta dengan diiringi musik biwa. Melodi yang dibawakan dalam kisah itu disebut heikyoku. Isi kisahnya melukiskan keberanian dalam kancah perang, keanggunan kehidupan kaum bangsawan zaman Heian, dan peperangan antara keluarga Heike dan Genji. Kisah yang diangkat dalam cerita itu tidaklah sepenuhnya berdasarkan sejarah, tetapi pengarang menambahkannya dengan cerita fiksi. Pengarang cerita itu menguraikan pandangan hidupnya dengan menyatakan bahwa apa saja ada di dunia ini tidaklah abadi dan selalu mengalami perubahan. Pandangan hidup ini tercermin dalam bagian cerita yang mengisahkan kehancuran keluarga Heike dalam keseluruhan kisah Heike Monogatari. 

Gionsoja no kane no koe, shogyo mujo no hibiki ari
Sharasoja no hana no iro, joshahissui no kotowari o arawau
ogoreru hito mo hisashikarazu. Tada haru no yo no yumeno
Gotoshi takeki mono mo tsui niwa horobinu
Hitoe ni kaze no mae no chiri ni onaji

Kalimat di atas adalah kalimat sangat populer yang terdapat pada kalimat pertama Heike Monogatari. Kalimatnya berbentuk waka yang bersajak. Bagi yang menyukai Heike Monogatari, kalimat tersebut biasanya sudah mereka hafal di luar kepala. Arti kalimat tersebut adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak abadi. Pepatah ini ditujukan untuk keluarga Heike yang pernah mencapai kejayaan dan kemudian berakhir dengan kehancuran. Segala sesuatu yang ada di dunia tidak selalu tetap dalam kondisi yang sama. Misalnya, orang yang mempunyai jabatan tinggi, pada akhirnya akan jatuh; atau wanita cantik yang diibaratkan seperti bunga, lama-lama akan layu dan kecantikannya akan pudar dimakan usia. Pepatah ini melambangkan kehidupan Taira Kyomori dari keluarga Heike dari masa jayanya sampai masa kehancurannya. Contoh seperti itu banyak terjadi di Jepang dan Cina.

Tokoh utama dalam hikayat Heike Monogatari adalah Kyomori yang dikenal dengan sebutan keluarga Heike. Dia merupakan generasi ke-9 dari Kaisar Kanmu (737-806), kaisar yang ke-50. Kyomori adalah tokoh sukses yang penuh ambisi, juga dikenal sebagai tokoh yang membuat keluarga Heike hancur. Dilihat dari silsilah keturunannya, Kyomori tidak termasuk ke dalam masyarakat kelas rendah. Walaupun demikian, dia tidak dapat mencapai jabatan yang tinggi karena pada saat itu kekuasaan berada di tangan keluarga Fujiwara. Selain itu, predikatnya sebagai samurai rendah tetap melekat walaupun dia sangat berjasa.

Adapun penyebab keluarga Heike mempunyai posisi yang baik dalam masyarakat adalah ketika Tadamori, ayah dari Kyomori, menjadi pegawai istana Kaisar Toba. Pada saat Tadamori mendapat kedudukan yang baik, sempat timbul kericuhan. Usianya belum mencapai 30 tahun, tetapi Kyomori telah mencapai jabatan tertinggi. Kemudian, disusul oleh Shigenori dan Munemori, saudaranya, yang juga mendapat kedudukan yang baik. Begitu cepatnya Kyomori mencapai kejayaan sehingga dia beranggapan bahwa Heike bukan manusia biasa.

Cerita tersebut sebenarnya adalah bagian pendahuluan (Bab 1) dari Heike Monogatari.



Baca: Buku Pengantar Kesusastraan Jepang

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara