Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2016

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Sistem Politik

2.  SISTEM POLITIK Sebagaimana telah ditunjukkan dengan kedudukannya yang sentral pada sistem nilai, pada sistem politik Jepang masa Tokugawa ada masukan yang kuat dari nilai kesetiaan. Pemerintahan Tokugawa merupakan langkah maju yang cukup jauh dalam generalisasi serta perluasan kekuasaan di Jepang, tetapi tidak berhasil menciptakan struktur kekuasaan yang rasional dan terpadu seperti pada Masa Meiji. Ada dua keterbatasan pokok dalam generalisasi kekuasaan Tokugawa. Pertama adalah tingkat kebebasan yang tetap dimiliki oleh tuan-tuan feodal, khususnya tozama(12), atau tuan-tuan kawasan luar. Dalam banyak hal, han atau wilayah feodal merupakan satuan politik yang lebih penting daripada bangsa. Benar bahwa semua kota besar di bawah kendali langsung keshogunan Tokugawa; dan ini merupakan daerah inti yang kokoh bagi seluruh bangsa, tetapi dalam kenyataan masih terdapat daerah-daerah yang luas yang penting yang tidak terintegrasikan dengan daerah inti tersebut. Keterbatasan kedua me

Romantisme Baru

c.  Romantisme Baru Sejak akhir Meiji pada umumnya romantisme baru disebut tanbiha (estetisme). Karya novel banyak ditulis oleh Nagai Kafu dan Tanizaki Junichiro, dan puisi diwakili oleh Kitahara Hakushu dan Kinoshita Mokutaro. Mereka mengesampingkan alam dan mencari keindahan dari buatan manusia dan lebih menekankan bahwa seni di atas segala-galanya. Hanya berpegang erat pada spirit dekaden estetika yaitu merupakan pengulangan kembali dari periode awal dan akhir. Hanya terjadi perubahan sedikit dibandingkan dengan periode awal dan akhir. Kekhasan dari romantisme baru antara lain berpusat pada puisi. Mereka berasal dari beberapa kelompok dan pemikiran mereka berbeda-beda. Misalnya, Takayama Sogaya penganut paham romantisme dalam mencintai negerinya Jepang (Nihon Shugi); Kunikida Doppo dan Izumi Kyoka lebih merasakan kehidupan kelas rendah (orang-orang miskin) dan menyamakan dirinya dengan orang-orang kelas rendahan. Pada tahun 40-an Meiji, penulis romantisme yaitu Shimazaki

Periode Akhir

b.  Periode Akhir Gerakan romantisme pada periode akhir berpusat pada majalah (buletin) Myojo dengan Yasano Tekkan (Yosano Hiroshi) sebagai editor. Para penyair pada masa ini adalah Suzuki Kyukan dan Kambara Ariake, sedangkan penulis novel adalah Izumi Kyoka. Sama seperti periode awal, periode ini lebih menekankan kebebasan. Kesadaran ego lama kelamaan menjadi kuat dalam menentang sistem feodal, masyarakat feodal, dan moral feodal. Di lain pihak, mereka tidak bisa memenuhi tuntutan untuk pengembangan diri. Mereka membelakangi kehadiran dunia nyata, kehidupan borjuis. Mereka memilih kehidupan di dalam alam fana dan lebih menitikberatkan masalah dan kreasi estetika emosi secara sensual. Kekhasan pada periode akhir ini ditandai oleh karya-karya dari penyair wanita Yosano Akiko. Ia menekankan kebebasan manusia tanpa mengindahkan moral yang berlaku pada waktu itu, mengagung-agungkan percintaan, dan cenderung lebih kuat dalam warna erotik. Baca: Buku Pengantar Kesusastraan Jepa

Periode Awal

a.  Periode Awal Pengarang yang menjadi pelopor pada periode ini adalah Kitamura Tokoku dan Shimazaki Toson. Kedua pengarang ini banyak menghasilkan puisi-puisi yang beraliran romantisme. Kegiatan mereka yang utama adalah menentang kebiasaan dan moral feodalis, menuntut kebebasan pribadi, memuliakan seni percintaan, dan mengagungkan kebebasan. Akan tetapi, pada saat itu masyarakat belum dapat menerima pemikiran mereka, karena pada masa itu masyarakat masih menganut paham feodalisme sehingga karya-karya yang dihasilkan oleh mereka kebanyakan berwarna sentimentil dan melankolik (pathos). Para pendukung romantisme hampir semuanya didasari oleh pemikiran humanisme Kristen. Baca: Buku Pengantar Kesusastraan Jepang

Romantisme Jepang

19.  Romantisme Jepang Romantisme di Jepang berkembang mulai dari pertengahan zaman Meiji sekitar tahun 20-an Meiji (pertengahan abad ke-19) sampai dengan tahun 30-an Meiji (akhir abad ke-19). Di Eropa sudah berkembang lebih dahulu, yaitu dimulai dari akhir abad ke-18 sampai dengan pertengahan abad ke-19. Perkembangan romantisme di Eropa sudah selesai, sedangkan di Jepang baru mulai. Mengapa terjadi demikian? Karena pada waktu romantisme sedang berkembang di Eropa, Jepang masih menjalankan politik pintu tertutup (Sakoku) . Masa romantisme di Jepang hanya mengalami masa yang pendek, kira-kira sepuluh tahun. Ciri-ciri romantisme sebagai dasar pemikirannya antara lain lebih mengutamakan perasaan daripada rasionalitas (pemikiran), dan mengagungkan seni, tidak memperhatikan dunia nyata melainkan mengagungkan khayalan manusia dalam mencintai alam, menghancurkan hal-hal yang berbau feodal, mengagungkan kebebasan individu. Romantisme di Jepang mempunyai tujuan yang sama dengan Keimo S

Perkembangan Naturalisme pada Zaman Meiji

c.  Perkembangan Naturalisme pada Zaman Meiji Dalam sejarah Jepang kita mengenal periode zaman Meiji yang dimulai pada tahun 1868. Dalam zaman inilah terjadi pembaharuan yang kita kenal dengan sebutan Restorasi Meiji. Pemerintah Meiji mengadakan pembaharuan besar-besaran terutama di bidang politik, ekonomi, industri, kebudayaan, dan lain sebagainya. Pemerintah mendahulukan bidang-bidang yang sifatnya mendesak. Dalam bidang politik misalnya, kita kenal sebutan fukokukyohei yaitu strategi dalam kekuatan militer, kemudian ekonomi dan industri mengakibatkan lahirnya kapitalisme, sedangkan di bidang kebudayaan yang di dalamnya termasuk kesusastraan belum begitu mengalami pembaharuan. Oleh karena itu, pembaharuan di bidang kesusastraan mengalami keterlambatan hampir mencapai dua abad lamanya sejak pemerintah Meiji dimulai. Sekitar 300 tahun lamanya pemerintah Shogun Tokugawa memerintah Jepang (berakhir pada tahun 1867). Pemerintahan Meiji lahir pada tahun berikutnya. Cepat atau lamb

Masuknya Pengaruh Naturalisme Eropa, Terutama Zolaisme dari Perancis

b.  Masuknya Pengaruh Naturalisme Eropa, Terutama Zolaisme dari Perancis (1890) Naturalisme timbul di Jepang sebagai akibat pengaruh kesusastraan Barat, terutama kesusastraan Perancis, yang merupakan penghayatan dari ide pujangga terkenal Emile Zola (1840-1902). Naturalisme timbul dengan latar belakang kemajuan dalam ilmu pengetahuan, terutama di bidang ilmu pasti alam, dan buah pikiran ini mendorong lalu menjelma dalam kesusastraan dengan bersendikan pada anatomis individu maupun sosial. Secara singkat arti naturalisme/realisme dalam kesusastraan adalah penggambaran atau penghayatan dari kejadian sesungguhnya yang dipaparkan dalam bentuk roman atau novel. Ide kejadian atau data nyata, berarti tidak hanya ide pemikiran yang indah-indah saja, tetapi justru ide nyata dari hal-hal yang tidak baik atau kelemahan manusia, bahkan kejelekan dipaparkan dengan cara apa adanya atau polos. Sejak kapan pengaruh aliran Barat ini masuk ke Jepang, dapat kita lihat dari segi historisnya secar

Naturalisme (Shizen Shugi)

18.  Naturalisme (Shizen Shugi) a. Ciri Khas Naturalisme Jepang Aliran baru yang berorientasi pada kehidupan nyata tampak jelas pada pertengahan zaman Meiji tahun 30 (1898). Sejak saat itu berbagai perubahan terus terjadi sesuai dengan perkembangan zamannya sehingga lahirlah sebuah gerakan yang kongkret. Gerakan ini disebut gerakan naturalisme, dalam karya sastra berkembang terus hingga akhir zaman Meiji. Aliran ini mengisi lembaran baru sejarah kesusastraan Jepang modern. Naturalisme Jepang berkembang akibat pengaruh naturalisme Eropa, terutama dari Perancis yang dianut oleh Emile Zola. Pengaruh Zola ini lebih cepat berkembang dan dikenal sejak munculnya sebuah buku berjudul Ishibigaku yang berisikan tentang naturalis estetika, dan di Jepang, Mori Ogai, Kosugi Tengai, dan Nagai Kafu, memasukkan unsur tersebut dalam karyanya sehingga terbentuklah naturalisme Jepang. Kesusastraan naturalisme di Perancis merupakan sebuah senjata yang dipergunakan untuk menikam serta memperb

Zuihitsu (Esai)

17.  Zuihitsu (Esai) Jenis sastra esai, baik pada zaman pramodern maupun kontemporer dewasa ini, berkembang dengan pesat. Hampir-hampir tidak ada seorang pun pengarang yang tidak menulis esai. Dalam hal ini, kita dapat melihat karya esai yang paling awal dari bentuk kesusastraan esai tersebut, yaitu Makura no Shoshi. Karya esai lainnya, Tsurezure Gusa, paling terkenal yang ditulis pada zaman kesusastraan klasik. Tsurezure Gusa mendapat pengaruh besar dari Makura no Shoshi. MAKURA NO SHOSHI Karya esai ini diciptakan pada abad ke-11. Penulisnya adalah seorang wanita, yaitu permaisuri Ichijo Tenno yang lazim disebut Seishonagon. Makura no Shoshi menurut kata-kata pengarangnya adalah sebuah cerita yang dihimpun ketika dia merasa bosan dan dengan maksud tidak ingin memperlihatkan kebosanannya terhadap apa saja yang dia lihat dan dia rasakan kepada siapa pun, maka dia tinggal di sebuah desa yang terpencil. Karya itu terdiri dari banyak tema dan mencapai hampir 300 tema lebih. Sec

Hyoron (Kritik Sastra)

16.  Hyoron (Kritik Sastra) Dalam hal ini kritik sastra mengemukakan kanajo (Bab Pendahuluan) yang ditulis dengan huruf Kana dalam buku Kokinshu (Himpunan syair Dahulu dan Sekarang) yang ditulis oleh Kino Tsurayuki, merupakan bentuk pertama terciptanya kritik sastra Jepang dan buku Shosetsu Shinzui karya Tsubouchi Shoyo sebagai titik tolak dimulainya kesusastraan Jepang modern. Bab pendahuluan dari Kokinshu Kokinshu atau Shinkokinshu adalah kumpulan syair yang diterbitkan atas perintah Tenno, yang untuk pertama kalinya terbentuk pada awal abad ke-10. Kalimat pembukaan pada kanajo (Bab Pendahuluan) yang dikemukakan di sini berpusat pada penyusun Kino Tsurayuki, yang merupakan penjelasan dari karakter dan kegunaan atau potensi waka, mutlak adanya pengaruh terhadap perkembangan penulisan syair berikutnya sebagai kritik pertama terhadap kritik sastra puisi waka. Terutama pada bait pertama yang paling awal, karena waka mempunyai arti kata nihon no uta (Pantun Jepang), maka dalam

Kikobun Bungaku (Kesusastraan Catatan Perjalanan)

15.  Kikobun Bungaku (Kesusastraan Catatan Perjalanan) Sastra catatan perjalanan termasuk karya sastra yang ditulis secara puitis dan menggambarkan pengalaman-pengalaman yang dialami ketika mengadakan perjalanan, segala kesan yang dilihat atau didengar. Dalam pengertian yang lebih luas sastra catatan perjalanan dapat dimasukkan ke dalam jenis sastra catatan harian (nikki bungaku). Sejak dahulu, dalam kesusastraan Jepang, kedudukan sastra catatan perjalanan sejajar atau sama dengan sastra catatan harian, atau biasa juga digabungkan menjadi satu yang disebut nikki kikobun (sastra catatan harian dan catatan perjalanan). Disebut demikian karena sebagian besar dari sastra catatan perjalanan menggunakan cara penulisan yang sama dengan sastra catatan harian. Lagi pula, dalam sastra catatan perjalanan, tidak saja dilakukan pencatatan yang berkaitan dengan perjalanan, tetapi di dalamnya dicampur dengan catatan harian. Oleh karena itu, sulit sekali untuk memisahkan dengan jelas di mana

Nikki (Catatan Harian)

14.  Nikki (Catatan Harian) Nikki adalah salah satu karya sastra yang berbentuk buku harian yang timbul pada zaman Heian. Nikki dari kesusastraan Jepang pertama adalah Tosa Nikki yang dibuat oleh Kino Tsurayuki. Sebelumnya, telah ada buku harian yang bersifat resmi (kedinasan) dan biasa ditulis dengan Kambun (tulisan Kanji dengan gaya bahasa Cina). Kino Tsurayuki mengadakan pendobrakan pada cara penulisan nikki yang biasanya ditulis dengan Kambun dan bersifat resmi dengan tulisan Kana (tulisan Jepang asli) dalam Tosa Nikki. Dalam menulis nikki ini, Tsurayuki seolah-olah berlaku sebagai wanita. Berbeda halnya dengan buku harian sebelumnya yang ditulis dengan Kambun dan ditulis oleh pria, Tsurayuki menulis Tosa Nikki dengan tulisan Kana. Nikki yang ditulis secara Kambun bersifat kaku dan isinya mengenai kedinasan maka tidak dapat dimasukkan sebagai suatu karya sastra. Tidak demikian halnya tulisan Kino Tsurayuki yang menggunakan tulisan Kana dan diekspresikan dengan indah. Isi

Setsuwa Bungaku (Kesusastraan Setsuwa)

13.  Setsuwa Bungaku (Kesusastraan Setsuwa) Setsutwa Bungaku adalah cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut atau cerita tertulis yang sungguh-sungguh terjadi dan dapat dipercaya kebenarannya. Setsuwa tidak menitikberatkan pada cerita yang tidak masuk akal dan cerita dewa-dewa. Setsuwa berbeda dengan cerita legenda, tidak mementingkan pembatasan daerah dan zaman tertentu. Bentuk cerita setsuwa tidak lebih dari cerita yang bersifat sketsa, stereotip, dan tidak berurutan. Cerita yang digambarkan dalam setsuwa adalah cerita tentang kehidupan manusia. Dilihat dari isinya, setsuwa terdiri dari dua bagian, yaitu "Bukkyo Setsuwa" yang mengandung ajaran Budha dan "Seizoku Setsuwa" yang berisi kehidupan dan kebiasaan sehari-hari. Karya yang mewakili setsuwa adalah Nihon Ryoiki, Konjaku Monogatarishu, Ujishui Monogatari, dan Kokin Chomonshu. Berikut ini adalah cerita setsuwa yang diambil dari Ujishui Monogatari jilid 3, Bab 6. Akibat tiupan angin yang datang,

Gunki Monogatari

12. Gunki Monogatari Gunki Monogatari adalah salah satu karya sastra di antara sastra klasik Jepang yang melukiskan kesedihan atau kematian dalam peperangan. Gunki monogatari yang bertemakan cerita peperangan ini juga sering mengisahkan kehancuran kaum bangsawan dan bangkitnya kaum samurai. Dapat dikatakan, zaman pertengahan dalam sejarah Jepang adalah zaman yang penuh dengan pemberontakan dan peperangan. Karya yang bersifat pengisahan ini dimulai dari akhir zaman kuno sampai zaman pertengahan. Gunki monogatari disebut juga gunki bungaku, senki mono, gunki mono, atau gunki saja. Karya gunki monogatari lain, misalnya, Shomonki (abad ke-10), Mutsuwaki (abad ke-11), Hogen Monogatari, Heiji Monogatari, Heike Monogatari, Gempei Seiseki, Soga Monogatari, dan Taiheki. Shomonki dan Mutsuwaki adalah karya awal gunki monogatari yang mengisahkan kekalutan pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah. Hogen Monogatari dan Heiji Monogatari keduanya mempunyai bentuk, konsep, kalimat, dan ide

Rekishi Monogatari (Hikayat Sejarah)

11.  Rekishi Monogatari (Hikayat Sejarah) Rekishi Monogatari adalah cerita yang menggambarkan tokoh sejarah yang sesungguhnya, yang ditunjang oleh kejadian-kejadian sejarah dengan mengambil metode bercerita. Lawan dari rekishi monogatari adalah tsukuri monogatari yang menggambarkan tokohnya secara fiksi. Rekishi monogatari merupakan perpaduan karya yang bersifat sejarah dan bersifat kesusastraan. Mengapa rekishi monogatari lebih mengutamakan pelukisan drama manusia daripada catatan sejarah? Jawabannya adalah karena ada pengertian bahwa manusialah yang melahirkan sejarah dan menggerakkan sejarah. Pengertian tersebut menjadi tolok ukur dalam memilih cerita dan menampilkan tokohnya. Karya pertama rekishi monogatari yang ditulis dengan kalimat Hiragana adalah Eika Monogatari (1092). Karya ini mengisahkan ketaatan yang membabi buta dan pujian terhadap keluarga Fujiwara no Michinaga. Karya berikutnya adalah Okagami yang selesai pada akhir zaman Heian. Okagami sudah lebih sempurna da

Ninjobon

10.  Ninjobon Salah bentuk cerita yang lahir pada zaman Edo adalah ninjobon yang ditulis pada akhir zaman Edo. Ninjobon banyak mengambil unsur cerita dari karya sebelumnya, yaitu dari kokkeibon dan sharebon. Cerita-cerita ini banyak melukiskan tentang kehidupan rakyat biasa serta kebiasaan-kebiasaannya. Jika dalam buku sharebon hanya digambarkan percintaan antara wanita-wanita tuna susila dengan tamu laki-lakinya, maka dalam ninjobon menggambarkan percintaan segitiga antara dua atau tiga wanita remana dengan satu laki-laki. Cerita dalam ninjobon disampaikan dalam bentuk kalimat percakapan. Seorang pengarang ninjobon yang tidak ada duanya adalah Tamenaga Shunsui. Orang-orang menjulukinya "nenek moyangnya" ninjobon. Tujuan penulisan ninjobon bagi Shunsui adalah untuk pembaca kaum wanita. Dia berusaha keras dan dengan cermat menggambarkan hubungan cinta kasih antara laki-laki dan wanita. Menurut Shunsui, pengertian ninjo bukan saja merupakan hubungan antara laki-laki

Kokkeibon

9.  Kokkeibon Kokkeibon merupakan novel akhir zaman pramodern yang bertemakan kelucuan dan bersifat umum. Ceritanya menggambarkan kehidupan sehari-hari kaum pedagang pada zaman Edo. Dalam cerita ini diselipkan juga pelajaran yang mengandung ajaran. Pengarang yang mewakili kokkeibon adalah Shikitei Samba dan Jippensha Itsuku. Riwayat Hidup Shikitei Samba Shikitei Samba Kikuchi adalah nama lengkap dari Shikitei Samba. Nama sebenarnya adalah Hisanori, sedangkan nama kecilnya adalah Tasuke. Dia anak laki-laki pertama keluarga Kikuchi dan lahir di Asakusa Taharacho Sanchome pada tahun Ansui 5 (1776). Sebagai anak angkat Miura — sebelumnya, Shikitei bekerja pada Miura sebagai pelayan toko buku — dia sangat menyukai buku. Ketika pemilik toko buku sakit, dia berhenti bekerja dan menjadi penjual buku tua; di samping mengerjakan kegemarannya menulis gesaku. Karena sejak kecil Shikitei gemar membaca cerita-cerita gesaku yang penuh humor itu dan lingkungannya juga menunjang hobinya,

Sharebon

8.  Sharebon Sharebon adalah buku bacaan yang mengambil latar belakang tempat hiburan dan merupakan salah satu cerita dari ukiyozoshi yang menceritakan orang-orang yang tertarik pada koshokumono (prostitusi). Buku ini berkembang pada tahun 1744-1748 dan berpusat di Edo. Tema pemikiran menggambarkan kemanusiaan dan ketulusan hati. Sharebon mendapat pengaruh dari buku-buku cerita tentang pelacuran yang berasal dari negeri Tiongkok. Sharebon terkenal sebagai bentuk karya sastra setelah diterbitkannya sebuah buku cerita yang berjudul Yushi Hogen (cerita seorang anak yang pandai melacur) karya Inakarojin Tadanojiji. Cara penulisan sharebon tidak berlanjut. Bentuk sastra ini kemudian digantikan oleh novel-novel yang bertema giri (budi) dan ninjo (perasaan manusia). Pengarang sharebon yang terkenal adalah Santo Kyoden, dengan karyanya yang berjdul Musukobeya (Kamar Anak Laki-Laki). Pada tahun 1781-1789 buku-buku cerita semacam ini mencapai kejayaannya. Namun, pada tahun 1801 sharebon