Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Tahap-tahap dalam Pemerolehan Bahasa Pertama

Tahap-tahap dalam Pemerolehan Bahasa Pertama

Tahap-tahap dalam Pemerolehan Bahasa Pertama


Di dalam berbagai penelitian telah terbukti bahwa manusia normal mengalami tahap-tahap yang hampir sama dalam pemerolehan bahasa pertama. Beberapa ahli mengatakan bahwa proses pemerolehan bahasa dimulai sebelum kelahiran. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa pada umumnya bayi yang baru lahir menunjukkan reaksi tertentu ketika mendengar suara ibunya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bayi mulai mengenal suara ibunya sejak di dalam kandungan.

Pada masa-masa awal kehidupannya, bayi menggunakan tangisan untuk berkomunikasi. Secara naluriah, pada umumnya seorang ibu akan mengenali arti tangisan bayinya; mungkin bayinya lapar, basah, kedinginan, atau kesakitan. Pada perkembangan selanjutnya, pada usia sekitar 6 atau 7 minggu, seorang bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan konsonan atau vokal. Perkembangan ini dikenal sebagai proses mendekut (cooing). Sekitar umur 6 bulan, bayi mulai menghasilkan campuran bunyi yang mirip konsonan dengan bunyi yang mirip vokal. Perkembangan ini dikenal sebagai proses mengoceh atau berceloteh (babbling).

"Keajaiban" muncul ketika anak mulai mengucapkan kata pertamanya. Setelah kata pertama, muncul kata yang lain, dan seterusnya. Pada masa ini anak menggunakan satu kata untuk mewakili berbagai makna, misalnya kata mimik untuk berbagai makna seperti 'ini susu' atau 'mau minum'. Inilah tahap ujaran satu kata atau tahap ujaran holofrastik (holophrastic). Dalam tahap ini juga dapat terjadi gejala penggelembungan makna (overextention). Contoh gejala penggelembungan makna adalah kata gukguk yang dirujuk anak untuk semua binatang berkaki empat.

Secara bertahap, anak mulai menggabungkan dua kata untuk membentuk kalimat. Dalam proses ini anak mencoba menyusun kata walaupun ia belum mampu menyertakan bentuk-bentuk partikel atau imbuhan, seperti [ade? bobo?] 'adik sedang tidur' atau [duduk nini?] 'ayo duduk di sini'. Inilah yang disebut tahap ujaran dua kata atau tahap ujaran telegrafik (telegraphic speech). Tahap ini disebut tahap ujaran telegrafik karena bentuk ujaran pada tahap ini mirip dengan ujaran tertulis yang terdapat di dalam telegram.

Setelah melampaui masa-masa di atas, perkembangan kosakata seorang anak meningkat dengan pesat. Pada usia 3 atau 4 tahun, seorang anak memperoleh dasar kalimat yang biasa dibentuk oleh orang dewasa. Pada masa ini kalimat-kalimat yang dihasilkan menjadi lebih kompleks. Pada usia lima tahun, seorang anak mampu menghasilkan kalimat-kalimat yang kompleks, dan ketika ia berumur 10 tahun, kemampuan berbahasanya sama seperti kemampuan berbahasa orang dewasa.

Perkembangan kemampuan berbahasa seorang anak, seperti yang telah diuraikan, tidak hanya tercermin dari aspek fonologisnya. Perkembangan itu tercermin pula dari aspek sintaksis, yaitu kemampuan menyusun kalimat; dari aspek semantis, yaitu kemampuan untuk memahami atau mengungkapkan makna suatu kata atau kalimat; dan dari aspek pragmatis, yaitu kemampuan untuk menggunakan bahasa dalam konteks sosial.



Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara