Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Proses Kognitif dan Otak
Marilah kita perhatikan gambar berikut ini,
Banyak temuan membuktikan adanya hubungan antara bahasa dan sistem saraf manusia. Munculnya gangguan berbahasa yang menyertai serangan stroke pada sistem saraf manusia menunjukkan adanya hubungan tersebut. Jika memang ada hubungan antara bahasa dan otak manusia, lalu dimanakah bahasa itu diproses dalam otak kita?
Secara garis besar, sistem otak manusia dibagi menjadi tiga, yakni (1) otak besar (sereberum), (2) otak kecil (serebelum), (3) batang otak. Bagian otak yang paling penting dalam kegiatan berbahasa adalah otak besar. Bagian pada otak besar yang terlibat langsung dalam pemrosesan bahasa adalah korteks serebral. Apa yang dinamakan korteks serebral adalah bagian yang tampak seperti gumpalan-gumpalan berwarna putih dan merupakan bagian terbesar dalam sistem otak manusia (lihat Gambar [1]). Bagian ini mengatur atau mengelola proses kognitif pada manusia, dan salah satunya tentu saja adalah bahasa.
Korteks serebral terdiri atas dua bagian, yakni belahan otak kiri atau hemisfer kiri dan belahan otak kanan atau hemisfer kanan (lihat Gambar [2]).
Kedua hemisfer tersebut masing-masing memiliki kekhususan dalam proses kognitif. Hemisfer kanan mengontrol pemrosesan informasi spasial dan visual. Jadi, berkat hemisfer ini, kita dapat melihat, memperkirakan, atau memahami ruang atau beda secara tiga dimensi. Dengan demikian, kita dapat menuruni tangga atau mengambil barang di depan kita dengan baik.
Sementara itu, hemisfer kiri mengontrol kegiatan berbahasa di samping, tentu saja, proses kognitif yang lain. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa hemisfer kanan tidak berperan dalam pemrosesan bahasa. Intonasi kalimat, misalnya, dikendalikan oleh hemisfer kanan. Jadi, proses berbahasa melibatkan kedua belahan otak. Koordinasi di antara keduanya dimungkinkan karena adanya struktur yang menyatukan kedua belah hemisfer itu, yakni korpus kalosum. Struktur yang berbentuk mirip tulang rawan ini berperan dalam menyampaikan informasi di antara kedua hemisfer.
Mengapa hemisfer kiri dianggap cukup dominan dalam proses berbahasa? Hal itu terjadi bukan tanpa alasan. Pada hemisfer kiri, terdapat bagian penting yang disebut area Broca dan area Wernicke (lihat Gambar [3]).
Nama Broca dan Wernicke ini berasal dari nama penemu kedua area tersebut. Paul Pierre Broca, seorang ahli bedah otak Perancis, pada tahun 1863 menemukan kerusakan otak di hemisfer atau belahan otak kiri, yang letaknya di sekitar pelipis sebelah kiri. Kerusakan tersebut menyebabkan gangguan dalam mengungkapkan sesuatu dalam bentuk ujaran. Sementara itu, Carl Wernicke, seorang dokter Jerman, pada tahun 1874 menemukan kerusakan otak di bagian lain, yaitu di belakang bagian otak yang mengelola fungsi pendengaran. Kerusakan pada bagian itu menimbulkan gangguan dalam memahami ujaran yang disampaikan orang lain—gangguan berbahasa lebih lanjut dijelaskan dalam pokok bahasan tersendiri dalam bab ini. Singkatnya, area Broca merupakan pusat yang mengelola penyampaian lisan, sedangkan area Wernicke merupakan pusat pemahaman lisan. Selain kedua area tersebut, masih ada dua area penting yang lain, yakni area pendengaran primer (area auditori primer) yang berfungsi menerima informasi auditoris dan area motor primer yang berfungsi mengatur gerakan alat-alat tubuh, termasuk di antaranya alat-alat ucap manusia seperti lidah, rahang, atau anak tekak.
Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa
Comments
Post a Comment