Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Pemelajaran Bahasa Asing
Menurut anggapan umum, anak-anak lebih unggul dalam pemelajaran bahasa asing dibandingkan dengan orang dewasa. Anak-anak lebih cepat "menangkap" dan memahami kata-kata asing daripada orang dewasa. Benarkah demikian?
Faktor-faktor yang berperanan besar dalam pemelajaran bahasa asing adalah faktor psikologis dan faktor sosial. Faktor psikologis yang dimaksud adalah proses intelektual yang melibatkan pemahaman struktur gramatikal dan aturan-aturannya, ingatan atau memori yang sangat penting dalam pemelajaran, serta keterampilan motorik yang meliputi penggunaan alat-alat ucap untuk memproduksi bunyi-bunyi dalam bahasa asing. Faktor sosial dalam pemelajaran bahasa mempertimbangkan situasi, termasuk interaksi, khususnya situasi alamiah dan situasi di dalam kelas.
Untuk memahami struktur dan aturan-aturan di dalam bahasa asing, ada dua cara yang dapat dipergunakan. Yang pertama adalah meminta seseorang menerangkannya; yang kedua adalah menemukannya dengan cara kita sendiri. Cara yang pertama disebut eksplikasi (explication), sedangkan cara yang kedua disebut induksi (induction).
Eksplikasi adalah 'penjelasan aturan dan struktur bahasa asing dalam bahasa kita sendiri'. Proses ini jarang sekali dipakai ketika seorang anak belajar bahasa pertama. Bayangkan saja jika seorang ayah mengajarkan pemakaian kata lari kepada anaknya yang berusia empat tahun seperti contoh berikut.
"Nah, Nak, pergunakanlah ber- pada kata lari. Jangan pakai me- ya. Itu tidak ada di dalam bahasa Indonesia. Boleh juga kamu memakai me- dan -kan. Tapi, arti berlari dan melarikan berbeda, lho!"
Induksi adalah 'cara mempelajari struktur atau aturan bahasa asing dengan mengulang-ulang kata, frasa, atau kalimat dalam situasi yang relevan sehingga diperoleh pemahaman yang tepat'. Dengan cara ini seorang pemelajar bahasa asing akan menganalisis dan menemukan generalisasi atau aturan dalam struktur bahasa yang dipelajarinya. Dalam situasi berikut, seorang pemelajar bahasa Indonesia akan memahami aturan membuat kalimat negatif dalam bahasa Indonesia.
Tuti makan. → Tuti tidak makan.Di dalam pemelajaran bahasa kita juga harus mengandalkan ingatan atau memori. Memori berperanan dalam proses mengingat struktur dan aturan dalam bahasa asing. Orang dewasa menggunakan strategi untuk mengingat dengan cara 'menghafal di luar kepala' (rote). Kemampuan untuk menghafalkan sejumlah kata dalam bahasa asing ini berpengaruh besar dalam proses pemelajaran bahasa asing. Anak-anak, terutama yang belum bisa membaca dan menulis, pada umumnya tidak menggunakan strategi ini.
Tuti jahat. → Tuti tidak jahat.
Tuti guru. → Tuti bukan guru.
Tuti mahasiswa → Tuti bukan mahasiswa.
Hal lain yang juga berkaitan dengan faktor psikologis adalah keterampilan motorik. Pada masa pertumbuhan, otak sebagai pengendali alat ucap anak masih sangat "lentur". Hal itu mempermudah anak untuk menirukan pengucapan kata-kata asing, karena pada masa ini ia masih melatih berbagai keterampilan motoriknya, termasuk di antaranya adalah alat ucapnya. Pada orang dewasa, alat ucap, cara mengucapkan bunyi bahasa, dan persepsi mengenai bunyi bahasa sudah terbentuk dalam proses pemerolehan bahasa pertamanya. Karena itu, pemelajaran bahasa asing bagi orang dewasa, terutama dalam hal pelafalan, akan memakan waktu yang lebih lama.
Namun, hal-hal di atas juga harus didukung oleh faktor lain yang tak kalah penting, yaitu faktor sosial. Faktor sosial ini masih dibedakan menjadi dua hal. Yang pertama adalah situasi natural. Yang kedua adalah situasi di dalam kelas bahasa asing.
Seorang anak lebih mudah belajar bahasa asing dalam situasi yang sangat alami, misalnya dalam situasi bermain. Bagi anak-anak, beradaptasi dengan lingkungan yang baru akan lebih mudah jika dibandingkan orang dewasa. Karena itu, jangan heran jika ada seorang anak Indonesia yang baru tinggal satu bulan di Korea sudah pandai berkomunikasi dengan teman Koreanya, sementara kedua orangtuanya masih dengan susah payah melafalkan dan menghafalkan kata-kata dalam bahasa Korea.
Untuk orang dewasa, situasi kelas bahasa asing lebih cocok dalam proses pemelajaran berbahasa, karena mereka "dikondisikan" untuk berbicara dalam bahasa asing. Arahan dan bimbingan guru yang tepat membuat mereka merasa "aman" jika kesalahan mereka pada saat melafalkan atau menuliskan kata diperbaiki. Selain itu, mereka lebih mudah menangkap materi ajar dalam proses eksplikasi sehingga proses pemelajaran berbahasa asing menjadi lebih mudah dilakukan di dalam kelas.
Di dalam proses pemelajaran bahasa dikenal pula istilah Hipotesis Umur Kritis (Critical Age Hypothesis). Hipotesis ini mempertimbangkan usia sebagai faktor untuk mencapai kemampuan berbahasa. Menurut Lenneberg (1967), usia 2 sampai 12 tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk mencapai kemampuan berbahasa seperti penutur asli, sedangkan menurut Krashen (1972), usia yang ideal untuk belajar bahasa adalah di bawah lima tahun. Hipotesis ini sampai kini masih menjadi perdebatan. Karena itu, tidaklah mengherankan kalau sekarang banyak orang tua yang berusaha mengajarkan bahasa asing kepada anak mereka atau menyekolahkan mereka ke sekolah yang mengajarkan bahasa asing pada usia dini.
Sebenarnya, baik anak-anak maupun orang dewasa masing-masing mempunyai keunggulan dalam pemelajaran bahasa asing. Anak-anak lebih mudah belajar bahasa asing karena beban mereka sebagai makhluk sosial belum banyak. Mereka mempunyai banyak kesempatan untuk belajar dibandingkan orang dewasa yang mempunyai banyak beban sosial. Jadi, biasanya mereka sangat unggul dalam keterampilan berbicara, khususnya dalam hal pengucapan seperti penutur asli. Orang dewasa biasanya lebih unggul dalam hal penggunaan tata bahasa, keterampilan membaca atau keterampilan menulis dalam bahasa asing karena mereka sudah mempunyai modal keterampilan membaca dan menulis dalam bahasa pertama.
Jadi, benarkah anak-anak lebih unggul daripada orang dewasa dalam proses pemelajaran bahasa asing? Jawabannya bergantung pada faktor mana yang paling berpengaruh dan dalam situasi apa mereka belajar.
Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa
Comments
Post a Comment