Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Era Perintisan: Menuju Tanah Harapan Baru
Meninggalkan Cina untuk mencari penghidupan yang lebih baik nampak menjadi solusi bagi banyak kepala keluarga di Cina. Liem Tioe adalah salah satunya. Setelah kepergian istrinya, Tan Sie Nio, ia bersama kedua anaknya, gadis berumur 6 tahun dan anak laki-laki berumur 5 tahun, memutuskan untuk pergi dari Ang Kwee, sebuah desa di Hokkien, Cina, pada tahun 1898. Menggunakan perahu layar, mereka berharap dapat memulai hidup baru di Pulau Jawa. Perjalanan laut sempat membawa keluarga ini transit di koloni Inggris di Singapura di mana mereka memutuskan untuk tinggal sementara waktu.Jalan berat di depan nampaknya membuat Liem Tioe berpikir ulang untuk membawa keluarganya. Ia merasa tidak sanggup jika harus membawa kedua anaknya sehingga ia akhirnya memilih untuk membawa anak lelakinya saja, Liem Seeng Tee. Sebagai solusi, ia mencari keluarga yang bersedia merawat anak perempuannya sebelum meneruskan perjalanan ke tempat tujuan.
Lokasi tujuan mereka, Surabaya, memang telah lama menjadi tempat tujuan bagi para perantau dari wilayah Hokkien. Disatukan tekad yang sama untuk mencari penghidupan lebih layak, sekitar 2,1 juta orang Cina telah menetap di lokasi ini sejak gejala diaspora dimulai di tahun 1800-an. Namun belum sempat mencari penghidupan baru, setibanya di Surabaya, Jawa Timur, nasib malang menimpa Liem Tioe. Ia meninggal akibat kolera, wabah yang waktu itu menimpa banyak pendatang dari Cina.
Untunglah nasib Seeng Tee tidak terkatung-katung. Sebelum kematiannya, sang ayah sempat memperkenalkan Seeng Tee kepada sebuah keluarga asal Cina di Bojonegoro yang kemudian bersedia mengadopsinya. Keluarga inilah yang juga memperkenalkan Seeng Tee kepada dunia perdagangan Cina di perantauan. Selama hidup dengan keluarga barunya ini, Seeng Tee juga mendapat pelajaran dialek Mandarin dan Hokkien—aset personal yang di kemudian hari banyak membantunya dalam bisnis.
Di usia yang sangat muda, Seeng Tee sudah bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Ia menjajakan makanan yang dibungkus dengan kain sarung di jalanan dan di dalam kereta kelas ekonomi jurusan Surabaya-Jakarta. Pekerjaan berat ini ditekuninya selama 18 bulan tanpa libur seharipun. Di sinilah karakter bisnis Seeng Tee mulai terbentuk: kerja keras dan disiplin.
Meski pekerjaannya tidak menghasilkan banyak uang, berkat kerja kerasnya, Seeng Tee berhasil mengumpulkan sejumlah tabungan guna membeli sebuah sepeda bekas. Kendaraan perdananya ini di kemudian hari sangat membantu Seeng Tee untuk memulai usahanya berdagang di sepanjang jalan-jalan di Surabaya.
Di usia yang sangat muda pula, Seeng Tee memutuskan untuk memulai hidup baru. Ia menikahi gadis Hokkien berumur 16 tahun, Siem Tjiang Nio, yang tinggal bersama orangtuanya di tengah kota. Melihat latar belakang keluarga dan pendidikan Seeng Tee, orangtua si gadis pada awalnya tidak setuju melepas anaknya. Untunglah, nenek si gadis mendukung Seeng Tee; ia melihat ada kesungguhan untuk bekerja keras pada diri Seeng Tee yang membuatnya percaya bahwa cucunya kelak akan mendapat penghidupan yang layak. Harapan yang akhirnya memang terbukti. Pasangan muda ini pun akhirnya menikah pada tahun 1912.
Buku: 4-G Marketing: A 90-Year Journey Of Creating Everlasting Brands
Comments
Post a Comment