Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
Lanskap Bisnis Yang Melatarbelakangi Kelahiran Sampoerna
Sesungguhnya rokok adalah produk yang self-service ketika dikonsumsi. Mungkin Anda membeli tembakau dan cengkihnya, atau juga kertas pembungkusnya. Namun ketika akan mengisapnya, Anda harus meramu dan melintingnya sendiri. Entah karena keterbatasan waktu atau disebabkan terputusnya warisan tradisi tingwe ini, rokok bukan lagi self-service melainkan dipasarkan dalam bentuk yang siap dikonsumsi. Yang harus dilakukan perokok adalah tinggal menyulutnya saja.Pada tahap ini, rokok mulai bergerak masuk ke dalam sistem kapitalis dan dipasarkan secara luas sebagai komoditas ekonomi. Dimulai dari skala kecil industri rumah tangga, rokok mulai diproduksi massal dan dijual ke pasar untuk umum. Awalnya, pemain-pemain kecil ini masih menghadirkan rokok secara telanjang tanpa ada kemasan. Rokok umumnya hanya diikat dalam satuan tertentu, umumnya berisi 10-20 batang tiap satuan ikat.
Permintaan yang meningkat memaksa perusahaan-perusahaan mini untuk memacu produksinya. Jika dulu jumlah barang dibuat sesuai pesanan, kini mereka mulai berani menyiapkan stok seandainya permintaan datang. Pola produksi yang lebih agresif ini kemudian melahirkan jenis rokok baru, yakni SKT atau sigaret kretek tangan. Berbeda dengant tingwe, SKT diproduksi oleh pekerja yang memang ahli di bidangnya. Dengan membayar sejumlah uang, konsumen tak perlu melinting sendiri untuk menikmatinya.
SKT inilah yang dipercaya mengakhiri popularitas tingwe di pasaran.(6) Hal ini disebabkan SKT memiliki saus khusus hasil rancangan sang produsen. Kombinasi yang tepat antara saus, tembakau dan cengkih, serta ditambah teknik pengolahan dan pelintingan yang khusus, membuat SKT semakin diminati di pasar rokok dan menjadi komoditas utama.
Orang-orang Indonesia pada masa itu mempunyai kebiasaan untuk menggulung rokoknya sendiri, dengan cara yang amat sederhana sekali susunan maupun bentuknya. Oleh sebab itu, rokok penduduk asli Indonesia di zaman itu belum merupakan barang dagangan yang menarik. Sesudah adanya usaha mencampur tembakau dengan berbagai rempah-rempah seperti cengkih, atau damar dan akar-akar wangi, bentuk kesederhanaan rokok itu mulai beralih ke barang dagangan yang lebih berarti dan menguntungkan.(7)
Banyaknya pemain di pasaran membuat konsumen kebingungan ketika akan memilih suatu produk. Merespon kondisi ini, perusahaan-perusahaan rokok mulai membentuk identitasnya sendiri yang direalisasikan dalam nama merek. Jika dulu rokok dijual secara langsung dari pelinting dalam satuan ikatan khusus, kini prosesnya bertambah satu tahap: setiap ikatan rokok dari mereka akan diserahkan kepada para pembungkus (packers) yang bertugas mengemas rokok-rokok tersebut ke dalam bungkus yang tertulis nama merek perusahaan.
Beberapa gambar utama dalam kemasan rokok umumnya terdiri dari tumbuhan, buah-buahan, binatang, tokoh, atau orang, gedung atau bangunan, peralatan hidup, tokoh wayang, alam, aktivitas manusia, dan lain-lain. Namun, sebagian perusahaan lain memiliki standar yang unik dalam menyusun gambar kemasan produknya. Desain mereka umumnya diilhami oleh ide atau pemikiran filosofis tertentu. Karena itulah di pasar dapat ditemukan gambar kemasan-kemasan unik seperti pada merek Bal Tiga, Naga Bulan, dan Dji Sam Soe. (8)
Selain melakukan terobosan dalam desain kemasan, industri rokok juga semakin terpacu lagi setelah datangnya era mesinisasi. Proses produksi yang dulu banyak memakan waktu kini dapat dipersingkat oleh mesin-mesin ini. Efek terbesarnya tentulah pada volume produksi yang bisa dicapai. Kedatangan era mesinisasi ini akan dibahas lebih luas pada bab kedua buku. Guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang lanskap industri rokok nasional, pada bagian berikut ini akan dibahas secara singkat tentang siapa saja pemain utama dalam bisnis rokok di era kelahiran Sampoerna.
Buku: 4-G Marketing: A 90-Year Journey Of Creating Everlasting Brands
Comments
Post a Comment