Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
BAB VI
SHINGAKU DAN PENDIRINYA,
ISHIDA BAIGAN
Shingaku adalah gerakan yang dimulai ketika Ishida Baigan (1685-1744) menggantungkan papan namanya dan memberikan ceramah umumnya yang pertama pada tahun 1729. Setelah kematian Baigan gerakan ini berkembang dari dasawarsa ke dasawarsa selanjutnya sehingga pada awal abad 19 terdapat banyak sekali tempat ceramah Shingaku di seluruh Jepang. Gerakan ini menarik banyak orang dari kelas perkotaan, ribuan dari mereka memadati tempat-tempat ceramahnya selama lebih dari seratus tahun, walaupun pengaruhnya juga mencapai kalangan samurai dan petani. Banyak cendekiawan Jepang menganggapnya sebagai salah satu gerakan yang mempunyai pengaruh terbesar pada moralitas rakyat awam pada Era Tokugawa. Pengaruhnya disebarkan bukan hanya melalui ceramah-ceramah umum, tetapi juga melalui khotbah dan risalah-risalah yang dicetak dalam jumlah sangat besar dan dibaca di kalangan yang sangat luas, melalui peraturan-peraturan rumah pedagang (kakun), yang banyak di antaranya dibuat oleh para guru Shingaku, dan melalui kegiatan-kegiatan karitatif yang dilaksanakan oleh gerakan itu. Dalam bab ini saya akan mencoba memaparkan pikiran religius dan ajaran etika Shingaku selain juga bentuk-bentuk organisasi dan metode pengajarannya. Saya akan memusatkan pembahasan pada Ishida Baigan, pendiri dan pemikir paling awal gerakan Shingaku. Kumpulan tulisannya memungkinkan kita memahami pikiran-pikirannya secara baik dibanding upaya pemahaman terhadap tokoh-tokoh yang lebih kemudian dari gerakan ini. Karyanya, jelas, merupakan dasar dari semua perkembangan yang terjadi selanjutnya; kehidupannya, sebagaimana juga kehidupan pendiri gerakan religius lain, juga penting untuk dilihat. Uraian tentang kehidupan dan pikiran Baigan akan diikuti oleh pembahasan tentang penyebarluasan dan perkembangan alirannya pada tahun-tahun selanjutnya. Banyak dari prinsip organisasi dan metode pengajaran terpenting dari aliran ini yang dikembangkan setelah Baigan meninggal, sehingga baru akan dibahas pada bagian akhir dari bab ini.
Baca: Buku Religi Tokugawa, Akar-akar Budaya Jepang
Comments
Post a Comment