Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Religi Dan Ekonomi

Religi Dan Ekonomi

                                                      BAB V

 

                                         RELIGI DAN EKONOMI



Dalam bab ini kita akan membahas etika ekonomi di Jepang, bermacam bentuknya pada bermacam kelas yang berbeda, kaitannya dengan etika politik dan religi, dan dampak saling keterkaitan ini dengan rasionalisasi ekonomi. Untuk ilustrasi empirik sejumlah perkembangan penting Tokugawa akan dibicarakan, tetapi data empirik tidak akan mencakup keseluruhan yang ada karena jelas di luar lingkup pembahasan ini. Banyak data awal yang ternyata masih membutuhkan studi yang lebih mendalam.

Di antara data semacam ini adalah hubungan antara Budhisme Zen dengan etika ekonomi. Sebagaimana diketahui, para rahib Zen memainkan peran sangat penting di bidang perdagangan pada masa Ashikaga (1392-1573).(1) Selain itu, sekte Zen juga menghargai sangat tinggi kesederhanaan spartan dan keugaharian, dan sesuatu yang bahkan mungkin lebih menari, kegiatan produktif. Saya mendapat kesan bahwa untuk hidupnya sekte Zen jauh lebih menekankan kerja daripada minta sedekah dibanding sekte-sekte Budhis lainnya. D.T. Suzuki mengatakan bahwa, "Hari tanpa kerja berarti hari tanpa makan adalah aturan pertama dalam kehidupan kuil Zen,"(2) dan bahwa, "para guru Zen... selalu mengharuskan para rahibnya bekerja keras di ladang, di hutan dan di gunung-gunung."(3) Bahwa kerja adalah sesuatu yang suci karena dipandang paling tidak sebagai bagian dari upaya membalas rahmat yang telah diterima, mungkin dapat digambarkan oleh ucapan berikut ini:

...rasa hormat terhadap alam, bersama dengan faham bahwa orang tidak boleh makan makanannya kecuali dia telah menyelesaikan suatu sumbangan untuk komunitasnya, membentuk landasan bagi kehidupan Zeno.(4)

Sikap ugahari dan menghindari kemubaziran dalam komunitas Zen sangatlah terkenal. Di sini perlu kita lihat apakah etika monastik Zen ini mempunyai pengaruh langsung terhadap etika ekonomi Jepang. Bahwa dia berpengaruh secara tidak langsung melalui Bushido tidak perlu dipertanyakan lagi. Dalam hal ini, penelitian yang lebih mendalam diperlukan untuk mengungkap hal ini.

Bab ini akan mencakup pembahasan tentang hubungan antar negara dan etika politik dengan ekonomi dan etika ekonomi, dan analog Jepang mengenai "panggilan". Bab ini akan ditutup dengan pembahasan tentang bentuk-bentuk nyata dari etika ekonomi di kalangan rakyat kebanyakan, para pedagang dan petani.



Baca: Buku Religi Tokugawa, Akar-akar Budaya Jepang


-------------------------------------------
(1) Sansom, Japan, A Short Cultural History, hlm. 354
(2)
Suzuki, The Training of the Zen Buddhist Monk, hlm. 23
(3) Ibid.,
hlm. 24
(4) Ibid., hlm. 38

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara