Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Menyiapkan Catatan

Menyiapkan Catatan


7.2 Menyiapkan Catatan


Sesuai dengan metode-metode penyajian lisan sebagai sudah dikemukakan di atas, maka metode ekstemporan merupakan metode yang jauh lebih efektif dari semua metode lain. Metode membaca dari naskah hanya akan baik kalau sifat penyajian itu sangat resmi. Suatu variasi dari metode ekstemporan ialah pembicara menyiapkan sebuah naskah yang lengkap untuk penyajian lisannya, namun untuk presentasi oralnya sendiri naskah itu hanya berfungsi sebagai catatan atau pemandu. Pembicara akan berbicara secara bebas tanpa membaca dari naskah itu. Naskah tersebut bukanlah catatan sebagai yang dimaksud di sini untuk metode ekstemporan. Di bawah ini akan dibicarakan secara khusus masalah pembuatan catatan sebagai suatu cara persiapan untuk penyajian dengan metode ekstemporan. Juga perlu ditegaskan pula bahwa yang dimaksud dengan catatan tidak sama dengan kerangka karangan. Kerangka karangan hanya berfungsi untuk menyusun informasi dan tidak merupakan cara yang baik sebagai catatan untuk metode ekstemporan. Di pihak lain pembicara yang mempergunakan kerangka karangan sebagai pengganti kerangka karangan akan cenderung berbicara cepat-cepat, sehingga penyajiannya sendiri akan kelihatan tidak disampaikan secara spontan.

Berapa banyak catatan atau perincian yang diperlukan tergantung dari penguasaan atas bahan itu. Semakin pembicara menguasai topik pembicaraannya, semakin sedikit catatan yang diperlukan, sebaliknya semakin kurang pembicara menguasai bahannya. semakin terperinci catatan yang disiapkannya. Namun sebuah catatan yang sangat terperinci selalu akan menggoda pembicara untuk setiap kali melihat catatan-catatan tersebut. Bila demikian yang dilakukan, maka ada dua kesan yang disimpulkan: pertama, pembicara tidak menguasai bahannya, dan kedua, komunikasi atau kontak langsung dengan hadirin akan selalu terganggu. Catatan yang dibuat pembicara hanya berfungsi untuk mengingatkan pembicara akan urutan materi pembicaraannya, agar dapat mengadakan kutipan-kutipan yang tepat, mengemukakan angka-angka atau data-data yang benar, sehingga uraiannya akan lebih meyakinkan pendengar.

Catatan dapat pula dibuat dalam beberapa tahap. Bila waktunya cukup tersedia, maka mula-mula pembicara menyiapkan suatu catatan yang mendetail atau suatu uraian yang lengkap. Bahan inilah yang akan dipelajarinya lebih lanjut sehingga dapat menguasai materi pembicaraannya. Bila materi sudah dikuasai, ia dapat membuat catatan-catatan baru yang lebih singkat sebagai pemandu urutan materi pembicaraannya itu. Atau cara lain adalah ia tetap mempergunakan catatan yang lengkap atau naskah yang lengkap tadi, tetapi menggaris-bawahi bagian-bagian kuncinya, yang akan digunakan sebagai catatan dalam pembicaraannya itu.

Karena waktu pembicaraan biasanya dibatasi, maka dengan catatan-catatan itu pembicara akan lebih mudah menyesuaikan dirinya. Bagian-bagian yang kurang penting dapat diabaikan, atau kalau waktunya cukup semua bahan yang telah dipersiapkan itu dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bagian yang kurang penting barangkali masih akan berguna bagi pembicara kalau dalam diskusi disinggung oleh para hadirin.



Baca: Buku Komposisi Gorys Keraf 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara