Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
8. Penerapan Catatan Kaki dan Singkatan
Bagaimana cara mempergunakan singkatan-singkatan di atas, terutama singkatan-singkatan Ibid., Op. cit. dan Loc. cit. dalam kenyataan? Untuk itu perhatikanlah contoh-contoh berikut. Semua catatan kaki di bawah ini sebenarnya tersebar pada halaman-halaman yang berlainan, namun semuanya termasuk dalam kesatuan nomor urut dalam sebuah bab.
1 Edgar Sturtevant, An Introduction to Linguistics Science (New Haven, 1947), hal. 20 et seq.
2 Ibid.
3 Ibid. hal. 30.
4 Richard Pittman, "Nauhatl Honorifics," International Journal of American Linguistics, XI (April, 1950), 374 et seqq.
5 H.A. Gleason, An Introduction to Descriptive Linguistics, (Rev. ed.; New York: Holt, Rinehart and Winston, 1961), hal. 51 - 52.
6 Ibid.
7 Ibid. hal. 56.
8 Sturtevant, Op. Cit., hal. 42 et Seq.
9 M. Ramlan, "Partikel-partikel Bahasa Indonesia," Seminar Bahasa Indonesia 1968 (Ende: Nusa Indah, 1971), hal. 122, mengutip Charles F. Hockett, A Course in Modern Linguistics (New York: The MacMillan Company, 1959), hal. 222.
10 Robert Ralph Bolgar, "Rhetoric," Encyclopaedia Britannica (1970), XIX, 257 - 260.
11 Sturtevant, Op. Cit. hal. 50.
12 Ibid.
13 Bolgar, loc. cit., hal. 260.
14 Pittman, loc. cit., hal. 376.
15 Ramlan, loc. cit., hal. 122.
16 Gleason, op. cit., hal. 54 et seq.
Karena referensi kedua dan ketiga menunjuk kembali kepada referensi pertama yang mempunyai nomor urut berurutan, maka cukup dipergunakan singkatan Ibid. Demikian pula referensi keenam dan ketujuh yang menunjuk kembali pada referensi nomor lima. Sebaliknya referensi kedelapan yang menunjuk kembali kepada referensi pertama, maka masing-masingnya mempergunakan singkatan op. cit, karena sudah diselang-selingi oleh karya atau sumber-sumber lainnya. Tetapi referensi keduabelas yang menunjuk kepada referensi kesebelas, dan bersama-sama menunjuk kepada referensi pertama, mempergunakan singkatan Ibid.
Referensi keempatbelas menunjuk kembali kepada referensi keempat. Karena referensi keempat merupakan penunjukan kepada sebuah artikel, maka referensi keempatbelas tersebut mempergunakan singkatan loc. cit. bukan op. cit. Hal yang sama berlaku pula untuk referensi ketigabelas yang menunjuk kembali referensi kesembilan. Referensi keenambelas mempergunakan singkatan op. cit. karena dua alasan: pertama, ia menunjuk kepada sebuah karya, dan kedua, karya itu sudah diselingi oleh sumber-sumber lainnya.
Singkatan-singkatan lain yang dipergunakan dalam contoh di atas adalah et seq. dan et seqq. Hal 20 et seq. berarti halaman 20 dan 21. Sebaliknya dalam referensi keempat terdapat penunjukan nomor halaman dengan angka 374 et seqq. Itu berarti paling kurang tiga halaman 374, 375, dan 376; sampai halaman ke berapa tidak jelas. Sebab itu untuk memberi batasan halaman yang lebih jelas, lebih baik dipergunakan cara lain misalnya: hal. 374 - 379. Ini jauh lebih jelas daripada mempergunakan singkatan hal. 374 et seqq.
Baca: Buku Komposisi Gorys Keraf
Comments
Post a Comment