Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
6. Cara Membuat Catatan Kaki
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tentang catatan kaki serta unsur-unsur catatan kaki sebagai telah diuraikan di atas, maka marilah kita memperhatikan cara membuat catatan kaki bagi tiap jenis referensi dan catatan-catatan lainnya, sebagai diuraikan di bawah ini. Karena cara membuat catatan kaki mempunyai hubungan pula dengan teks pada halaman yang sama, maka dalam dua contoh pertama disertakan pula bagian terakhir dari teks yang menunjuk kepada catatan kaki, sehingga dapat dilihat sekaligus cara menempatkan nomor penunjukan yang terdapat dalam teks, garis pemisah antara teks dan catatan kaki, serta cara membuat catatan kaki itu sendiri. Titik-titik berspasi yang mendahului dan mengikuti contoh teks berarti ada lebih dari satu alinea yang dihilangkan sebelum dan sesudah teks yang dikutip tersebut.
a. Referensi kepada buku dengan seorang pengarang
........................................................................................................
kekerabatan umat manusia di seluruh dunia menyebabkan bahwa di dalam menganalisa suatu sistim kekerabatan di dalam suatu masyarakat itu, mereka memandang akan istilah-istilah itu sebagai proses-proses hubungan kemasyarakatan. 12 Demikian sistim-sistim kekerabatan itu...
........................................................................................................1
———————————
12 F. Graebner, Etnologie in die Kultur de Gegenwart (Leipzig, 1923), hal. 544.
Perhatikan:
(1) Nama pengarang ditulis lengkap, tidak dibalik (karena referensi yang pertama kali);
(2) Antara nama pengarang dan judul buku dipergunakan tanda koma (pada bibliografi dipergunakan titik). Antara judul buku dan data publikasi tidak ada titik atau koma;
(3) Tempat dan tahun terbit ditempatkan dalam tanda kurung; Penerbit tidak perlu diikut-sertakan.
b. Referensi kepada buku dengan dua atau tiga pengarang
........................................................................................................
dan menganalisa riwayat-riwayat hidup dari beberapa individu yang dipilih dari antara semua penduduk desa Atimelang di Alor itu 5 dan dengan metode-metode penguji isi jiwa atau projective test method. Hasil…
———————————
5 L. Gottschalk, C. Kluckhohn, R. Angell, The Use of Personal documents in History, Anthropology and Sociology (New York: Social Science Research Council, 1945), hal. 82 - 173.
Perhatikan:
Nama penerbit dimasukkan, sebab itu antara nama tempat dan penerbit dibuat titik dua. Yang lain-lain seperti pada nomor a.
c. Referensi kepada buku dengan banyak pengarang
Mulai dari contoh ini dan seterusnya, kutipan teks beserta garis pemisah ditiadakan, langsung diberikan bentuk dari referensi itu.
7 Alton C. Morris, et al., College English, the first year (New York, 1964), hal. 51 - 56.
Perhatikan:
(1) Hanya nama pengarang pertama yang disebut, nama-nama lainnya diganti dengan singkatan et al.;
(2) Antara nama pengarang dan singkatan et al., serta antara singkatan et al. dan judul buku diberi tanda pemisah koma.
d. Kalau edisi berikutnya mengalami perubahan
8 H.A. Gleason, An Introduction to Descriptive Linguistics (rev. ed.; New York, 1961), hal. 56.
(1) keterangan tentang ulang-cetak atau edisi yang diperbaharui diletakkan dalam kurung sebelum tempat terbit;
(2) antara tempat terbit dan keterangan tentang ulang-cetak atau edisi yang diperbaharui diberi tanda pemisah berupa titik koma.
e. Buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih
9 A.H. Lightstone, Concepts of Calculus (Vol. 1; New York: Harper & Row, 1966), hal. 75.
atau
9 A.H. Lightstone, Concepts of Calculus (New York: Harper & Row, 1966), I, 75.
(1) Keterangan tentang nomor jilid ditempatkan dalam kurung sebelum tempat terbit, atau
(2) ditempatkan di luar tanda kurung sebelum nomor halaman;
(3) nomor jilid selalu dengan angka Romawi sedangkan nomor halaman dengan angka Arab.
f. Sebuah edisi dari karya seorang pengarang atau lebih
10 Lukman Ali, ed., Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Tjermin Manusia Indonesia Baru (Djakarta, 1967), hal. 84 - 85.
atau
10 Harimurti Kridalaksana, "Pembentukan istilah Ilmiah dalam Bahasa Indonesia," Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Tjermin Manusia Indonesia Baru, ed. Lukman Ali (Djakarta, 1967), hal. 84 - 85.
(1) Bila yang lebih ditekankan adalah editornya, maka nama editor yang dicantumkan lebih dahulu; bila penulis artikel atau karya itu yang dipentingkan, maka nama pengarang itu didahulukan.
(2) Bila nama pengarang didahulukan maka harus disertakan judul artikel dan judul bukunya, baru menyusul singkatan ed. dan nama editornya.
(3) Jika editornya lebih dari seorang, maka caranya sama seperti nomor b dan c.
g. Sebuah Terjemahan
11 Multatuli, Max Havelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, terj. H.B. Jassin (Djakarta, 1972), hal. 50.
(1) Nama pengarang asli ditempatkan di depan;
(2) Keterangan tentang penterjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisahkan oleh sebuah tanda koma.
h. Artikel dalam sebuah Antologi
12 David Rieman, "Character and Society," Toward Liberal Education, eds. Louis g. Locke, William M. Gibson, and George Arms (New York, 1962), hal. 572 - 573.
(1) Sama dengan nomor f, contoh yang kedua;
(2) Judul artikel dan judul buku harus dimasukkan; begitu pula nama penulis dan editornya harus dimasukkan.
i. Artikel dalam Ensiklopedi
Ketiga contoh berikut memperlihatkan cara membuat catatan kaki yang menunjuk kepada artikel yang diambil dari sebuah ensiklopedi. Cara pertama menunjuk kepada sebuah ensiklopedi yang terkenal, sebab itu penerbit dan tempat terbit bisa diabaikan. Contoh yang kedua mencantumkan tempat dan nama penerbit. Contoh yang ketiga memperlihatkan sebuah artikel ensiklopedi yang tidak ada nama penulisnya.
13 Robert Ralph Bolgar, "Rhetoric," Encyclopaedia Britannica (1970), XIX, 257 - 260.
14 T. Wright, "Language Varieties: Language and Dialect," Encyclopedia of Linguistics, Information and Control (Oxford: Pergamon Press Ltd., 1969), hal. 243 - 251.
15 "Vaccination," Encyclopaedia Britannica (14 th ed.), XXII, 921 - 923.
(1) Dalam Encyclopaedia Britannica, nama-nama pengarang ditulis dengan inisialnya. Untuk mengetahui nama yang lengkap harus dicari keterangan tentang singkatan-singkatan nama itu pada jilid I.
(2) Bila tidak ada nama pengarang, maka judul artikel yang didahulukan.
(3) Bila dicantumkan penanggalan tanpa tempat terbit dan penerbit, maka tahun terbit atau nomor edisi itu ditempatkan dalam kurung sesudah judul ensiklopedi.
j. Referensi pada artikel Majalah
Ada tiga cara yang dapat dipergunakan untuk membuat catatan kaki yang merujuk kepada artikel dalam sebuah majalah, yaitu:
16 Ny. H. Soebadio, "Penggunaan Sansekerta dalam Pembentukan Istilah Baru," Madjalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, I (April, 1963), hal. 47 - 58.
17 Harimurti Kridalaksana, "Perhitungan Leksikostatistik atas Delapan Bahasa Nusantara Barat serta Penentuan Pusat Penyebaran Bahasa-bahasa itu berdasarkan Teori Migrasi," Madjalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, 2: 319 - 352, Oktober, 1964.
18 Samsuri, M.A., "Sistim Fonem Indonesia dan suatu penyusunan Edjaan Baru," Medan Ilmu Pengetahuan, Oktober, 1960, hal. 323 - 341.
(1) Contoh pertama memperlihatkan bentuk yang standard. Nomor jilid ditempatkan sesudah judul majalah, dipisahkan oleh tanda koma, penanggalan ditempatkan dalam kurung, nomor halaman dengan angka Arab sesudah penanggalan, dipisahkan dari kurung penutup oleh sebuah koma.
(2) Contoh yang kedua adalah contoh yang biasa dipakai untuk karya-karya ilmiah; baik nomor jilid maupun nomor halaman dicantumkan dalam angka Arab, tetapi dipisahkan oleh sebuah titik dua; sesudah jilid dan nomor halaman baru dicantumkan bulan dan tahun.
(3) Contoh yang ketiga memperlihatkan suatu referensi yang tidak menyebut nomor jilid. Dianggap tidak perlu mencantumkan nomor jilid karena sudah jelas pada bulan dan tahunnya.
k. Referensi pada Artikel Harian
19 Tajuk Rencana dalam Kompas, 19 Januari, 1973, hal. 4.
20 S.A. Arman, "Sekali lagi Teroris," Kompas, 19 Januari, 1973, hal. 5.
(1) Bila nama pengarang jelas, maka catatan kaki itu dimulai dengan nama pengarang yang menulis artikel tersebut.
(2) Dalam hal-hal lain cukup ditulis jenis rubrik (topik) yang ada dalam harian tersebut: Berita Ekonomi, Tajuk Rencana, Ruang Kebudayaan dsb.
l. Tesis dan Disertasi yang belum diterbitkan
Tesis, disertasi atau skripsi merupakan tulisan-tulisan ilmiah yang biasanya belum diterbitkan, dan masih tersimpan dalam perpustakaan Universitas atau Fakultas. Bila sudah diterbitkan maka sumber-sumber tersebut diperlakukan sebagai buku. Termasuk dalam kelompok tesis, disertasi dan skripsi yang belum diterbitkan adalah semua tulisan lainnya yang belum diterbitkan sebagai buku, maupun sebagai artikel dalam majalah atau Harian.
Walaupun belum diterbitkan, bahan-bahan tersebut sangat berharga bagi tulisan-tulisan ilmiah, sebab itu sering dipergunakan. Seperti halnya dengan bibliografi, bahan-bahan tersebut diperlakukan sebagai artikel, sehingga harus ditempatkan dalam tanda kutip. Yang dianggap sebagai data publikasi adalah nama Fakultas atau Universitas tempat karya itu dihasilkan, kota dan tahun penulisan karya itu.
21 Jos. Dan. Parema, "Fonologi Bahasa Gorontalo" (Skripsi Sarjana, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 1964), hal. 30.
22 Harimurti Kridalaksana, "Implikasi Sosiolinguistik dalam Pengajaran Bahasa Indonesia" (Prasaran yang disampaikan dalam Seminar Pengajaran Bahasa Indonesia di IKIP Sanata Dharma, Jogjakarta, 6 Juli, 1972).
(1) Judul Skripsi, Tesis, Disertasi, atau Prasaran ditempatkan dalam tanda kutip.
(2) Keterangan tentang jenis karya itu, nama Fakultas/Universitas atau kesempatan prasaran itu disampaikan, tempat dan tahun ditempatkan dalam kurung langsung sesudah judul, tanpa koma.
m. Referensi kepada dua seumber atau lebih
Kadang-kadang terjadi bahwa referensi pada catatan kaki bukan saja menunjuk kepada sebuah sumber, tetapi lebih dari satu sumber. Dalam hal ini catatan kaki tersebut dapat memuat semua sumber itu, dengan dipisahkan oleh sebuah titik koma. Perhatikan contoh berikut:
23 M.J. Herskovits, Man and His Works: The Science of Cultural Anthropology (New York: Alfred A. Knopf, 1948), hal. 501; A.A. Goldenweiser, The Principles of Limited Possibilities in the Development of Cultural (London: Kegan Paul, Trench, Trubner & Co., 19330, hal. 35 - 55.
n. Referensi dari sumber kedua
Pada umumnya catatan kaki menunjuk kepada sumber asli yang diambil oleh penulis. Dan memang demikian selalu dibuat oleh semua penulis. Semua karya ilmiah menghendaki sumber pertama. Tetapi kadang-kadang terjadi bahwa sulit untuk mendapat sumber aslinya. Sebab itu seorang penulis hanya akan mengutip pendapat seseorang dari sumber kedua. Dalam hal yang demikian akan timbul bahaya bahwa penulis yang mengutip pendapat itu tidak memahami konteksnya secara keseluruhan, sehingga ia bisa membuat kesalahan. Tetapi kalau terpaksa untuk mengutipnya juga, maka sumber kedua itu harus dinyatakan secara jelas dalam catatan kakinya, seperti tampak pada contoh berikut:
24 M. Ramlan, "Partikel-partikel Bahasa Indonesia," Seminar Bahasa Indonesia 1968 (Ende: Nusa Indah, 1971), hal. 122, mengutip Charles F. Hockett, A Course in Modern Linguistics (New York: The MacMillan Company, 1959), hal. 222.
atau
25 Charles F. Hockett, A Course in Modern Linguistics (New York: The MacMillan Company, 1959), hal. 222, dikutip oleh M. Ramlan, "Partikel-partikel bahasa Indonesia," Seminar Bahasa Indonesia 1968 (Ende: Nusa Indah, 1971), hal. 122.
Cara di atas dengan jelas memperlihatkan bahwa penulis tidak membaca buku aslinya A Course in Modern Linguistics, tetapi sekedar mengambilnya dari kutipan M. Ramlan. Kedua cara di atas bisa digunakan. Bila penulis menganggap karangan Hockett yang lebih dipentingkan maka ia memakai cara yang kedua, tetapi sebaliknya bila ia menganggap bahwa tulisan M. Ramlan yang lebih penting, maka ia mempergunakan cara yang pertama.
o. Catatan Penjelas
Semua cara di atas mempersoalkan catatan kaki yang menunjuk kembali kepada sebuah sumber referensi. Tetapi seperti sudah dijelaskan, catatan kaki dapat pula dimaksudkan untuk memberi komentar atau menjelaskan sesuatu yang diuraikan dalam teks. Dalam hal yang demikian tidak ada sumber yang perlu dimasukkan dalam catatan kaki. Contoh di bawah ini sekaligus memperlihatkan bagian terakhir dari teks, garis pemisah, dan catatan kaki yang dimaksud. Dengan demikian wujud dari catatan kaki itu akan lebih jelas.
........................................................................................................
———————————
2 Metode tersebut terakhir ini, yang biasanya disebut Child training studies sebenarnya berdasarkan jalan pikiran pokok dalam ilmu psychoanalyse, ialah jalan pikiran bahwa tabiat seorang individu yang dewasa ini telah dibangun oleh bahan-bahan pengalaman yang diterima oleh si individu dari sejak waktu ia masih kanak-kanak. Ilmu Anthropologi-budaya melanjutkan jalan pikiran ini dengan anggapan bahwa bahan pengalaman yang diterima oleh anak-anak itu ditentukan oleh susunan dari lingkungan tempat kanak-kanak tadi tumbuh; sedangkan susunan lingkungan itu tentu mendapat pengaruh daripada masyarakat dan kebudayaan. Demikian apabila si penyelidik dapat mempelajari bagaimana susunan hidup daripada kanak-kanak dalam masyarakat, maka ia akan mendapat keterangan tentang tabiat umum daripada individu-individu dewasa di dalam masyarakat obyek penyelidikan itu. 3
h. Artikel dalam sebuah Antologi
12 David Rieman, "Character and Society," Toward Liberal Education, eds. Louis g. Locke, William M. Gibson, and George Arms (New York, 1962), hal. 572 - 573.
(1) Sama dengan nomor f, contoh yang kedua;
(2) Judul artikel dan judul buku harus dimasukkan; begitu pula nama penulis dan editornya harus dimasukkan.
i. Artikel dalam Ensiklopedi
Ketiga contoh berikut memperlihatkan cara membuat catatan kaki yang menunjuk kepada artikel yang diambil dari sebuah ensiklopedi. Cara pertama menunjuk kepada sebuah ensiklopedi yang terkenal, sebab itu penerbit dan tempat terbit bisa diabaikan. Contoh yang kedua mencantumkan tempat dan nama penerbit. Contoh yang ketiga memperlihatkan sebuah artikel ensiklopedi yang tidak ada nama penulisnya.
13 Robert Ralph Bolgar, "Rhetoric," Encyclopaedia Britannica (1970), XIX, 257 - 260.
14 T. Wright, "Language Varieties: Language and Dialect," Encyclopedia of Linguistics, Information and Control (Oxford: Pergamon Press Ltd., 1969), hal. 243 - 251.
15 "Vaccination," Encyclopaedia Britannica (14 th ed.), XXII, 921 - 923.
(1) Dalam Encyclopaedia Britannica, nama-nama pengarang ditulis dengan inisialnya. Untuk mengetahui nama yang lengkap harus dicari keterangan tentang singkatan-singkatan nama itu pada jilid I.
(2) Bila tidak ada nama pengarang, maka judul artikel yang didahulukan.
(3) Bila dicantumkan penanggalan tanpa tempat terbit dan penerbit, maka tahun terbit atau nomor edisi itu ditempatkan dalam kurung sesudah judul ensiklopedi.
j. Referensi pada artikel Majalah
Ada tiga cara yang dapat dipergunakan untuk membuat catatan kaki yang merujuk kepada artikel dalam sebuah majalah, yaitu:
16 Ny. H. Soebadio, "Penggunaan Sansekerta dalam Pembentukan Istilah Baru," Madjalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, I (April, 1963), hal. 47 - 58.
17 Harimurti Kridalaksana, "Perhitungan Leksikostatistik atas Delapan Bahasa Nusantara Barat serta Penentuan Pusat Penyebaran Bahasa-bahasa itu berdasarkan Teori Migrasi," Madjalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, 2: 319 - 352, Oktober, 1964.
18 Samsuri, M.A., "Sistim Fonem Indonesia dan suatu penyusunan Edjaan Baru," Medan Ilmu Pengetahuan, Oktober, 1960, hal. 323 - 341.
(1) Contoh pertama memperlihatkan bentuk yang standard. Nomor jilid ditempatkan sesudah judul majalah, dipisahkan oleh tanda koma, penanggalan ditempatkan dalam kurung, nomor halaman dengan angka Arab sesudah penanggalan, dipisahkan dari kurung penutup oleh sebuah koma.
(2) Contoh yang kedua adalah contoh yang biasa dipakai untuk karya-karya ilmiah; baik nomor jilid maupun nomor halaman dicantumkan dalam angka Arab, tetapi dipisahkan oleh sebuah titik dua; sesudah jilid dan nomor halaman baru dicantumkan bulan dan tahun.
(3) Contoh yang ketiga memperlihatkan suatu referensi yang tidak menyebut nomor jilid. Dianggap tidak perlu mencantumkan nomor jilid karena sudah jelas pada bulan dan tahunnya.
k. Referensi pada Artikel Harian
19 Tajuk Rencana dalam Kompas, 19 Januari, 1973, hal. 4.
20 S.A. Arman, "Sekali lagi Teroris," Kompas, 19 Januari, 1973, hal. 5.
(1) Bila nama pengarang jelas, maka catatan kaki itu dimulai dengan nama pengarang yang menulis artikel tersebut.
(2) Dalam hal-hal lain cukup ditulis jenis rubrik (topik) yang ada dalam harian tersebut: Berita Ekonomi, Tajuk Rencana, Ruang Kebudayaan dsb.
l. Tesis dan Disertasi yang belum diterbitkan
Tesis, disertasi atau skripsi merupakan tulisan-tulisan ilmiah yang biasanya belum diterbitkan, dan masih tersimpan dalam perpustakaan Universitas atau Fakultas. Bila sudah diterbitkan maka sumber-sumber tersebut diperlakukan sebagai buku. Termasuk dalam kelompok tesis, disertasi dan skripsi yang belum diterbitkan adalah semua tulisan lainnya yang belum diterbitkan sebagai buku, maupun sebagai artikel dalam majalah atau Harian.
Walaupun belum diterbitkan, bahan-bahan tersebut sangat berharga bagi tulisan-tulisan ilmiah, sebab itu sering dipergunakan. Seperti halnya dengan bibliografi, bahan-bahan tersebut diperlakukan sebagai artikel, sehingga harus ditempatkan dalam tanda kutip. Yang dianggap sebagai data publikasi adalah nama Fakultas atau Universitas tempat karya itu dihasilkan, kota dan tahun penulisan karya itu.
21 Jos. Dan. Parema, "Fonologi Bahasa Gorontalo" (Skripsi Sarjana, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta, 1964), hal. 30.
22 Harimurti Kridalaksana, "Implikasi Sosiolinguistik dalam Pengajaran Bahasa Indonesia" (Prasaran yang disampaikan dalam Seminar Pengajaran Bahasa Indonesia di IKIP Sanata Dharma, Jogjakarta, 6 Juli, 1972).
(1) Judul Skripsi, Tesis, Disertasi, atau Prasaran ditempatkan dalam tanda kutip.
(2) Keterangan tentang jenis karya itu, nama Fakultas/Universitas atau kesempatan prasaran itu disampaikan, tempat dan tahun ditempatkan dalam kurung langsung sesudah judul, tanpa koma.
m. Referensi kepada dua seumber atau lebih
Kadang-kadang terjadi bahwa referensi pada catatan kaki bukan saja menunjuk kepada sebuah sumber, tetapi lebih dari satu sumber. Dalam hal ini catatan kaki tersebut dapat memuat semua sumber itu, dengan dipisahkan oleh sebuah titik koma. Perhatikan contoh berikut:
23 M.J. Herskovits, Man and His Works: The Science of Cultural Anthropology (New York: Alfred A. Knopf, 1948), hal. 501; A.A. Goldenweiser, The Principles of Limited Possibilities in the Development of Cultural (London: Kegan Paul, Trench, Trubner & Co., 19330, hal. 35 - 55.
n. Referensi dari sumber kedua
Pada umumnya catatan kaki menunjuk kepada sumber asli yang diambil oleh penulis. Dan memang demikian selalu dibuat oleh semua penulis. Semua karya ilmiah menghendaki sumber pertama. Tetapi kadang-kadang terjadi bahwa sulit untuk mendapat sumber aslinya. Sebab itu seorang penulis hanya akan mengutip pendapat seseorang dari sumber kedua. Dalam hal yang demikian akan timbul bahaya bahwa penulis yang mengutip pendapat itu tidak memahami konteksnya secara keseluruhan, sehingga ia bisa membuat kesalahan. Tetapi kalau terpaksa untuk mengutipnya juga, maka sumber kedua itu harus dinyatakan secara jelas dalam catatan kakinya, seperti tampak pada contoh berikut:
24 M. Ramlan, "Partikel-partikel Bahasa Indonesia," Seminar Bahasa Indonesia 1968 (Ende: Nusa Indah, 1971), hal. 122, mengutip Charles F. Hockett, A Course in Modern Linguistics (New York: The MacMillan Company, 1959), hal. 222.
atau
25 Charles F. Hockett, A Course in Modern Linguistics (New York: The MacMillan Company, 1959), hal. 222, dikutip oleh M. Ramlan, "Partikel-partikel bahasa Indonesia," Seminar Bahasa Indonesia 1968 (Ende: Nusa Indah, 1971), hal. 122.
Cara di atas dengan jelas memperlihatkan bahwa penulis tidak membaca buku aslinya A Course in Modern Linguistics, tetapi sekedar mengambilnya dari kutipan M. Ramlan. Kedua cara di atas bisa digunakan. Bila penulis menganggap karangan Hockett yang lebih dipentingkan maka ia memakai cara yang kedua, tetapi sebaliknya bila ia menganggap bahwa tulisan M. Ramlan yang lebih penting, maka ia mempergunakan cara yang pertama.
o. Catatan Penjelas
Semua cara di atas mempersoalkan catatan kaki yang menunjuk kembali kepada sebuah sumber referensi. Tetapi seperti sudah dijelaskan, catatan kaki dapat pula dimaksudkan untuk memberi komentar atau menjelaskan sesuatu yang diuraikan dalam teks. Dalam hal yang demikian tidak ada sumber yang perlu dimasukkan dalam catatan kaki. Contoh di bawah ini sekaligus memperlihatkan bagian terakhir dari teks, garis pemisah, dan catatan kaki yang dimaksud. Dengan demikian wujud dari catatan kaki itu akan lebih jelas.
........................................................................................................
Adapun metode-metode yang dipakai oleh C. Bateson dan M. Mead untuk mengumpulkan bahan keterangan tentang modal personality structure orang Bali adalah metode menyelidiki cara-cara asuhan kanak-kanak di dalam masyarakat orang Bali 2 Hasil fieldwork M. Mead dan G. Bateson menghasilkan juga beberapa karangan tentang tabiat orang Bali....
........................................................................................................
2 Metode tersebut terakhir ini, yang biasanya disebut Child training studies sebenarnya berdasarkan jalan pikiran pokok dalam ilmu psychoanalyse, ialah jalan pikiran bahwa tabiat seorang individu yang dewasa ini telah dibangun oleh bahan-bahan pengalaman yang diterima oleh si individu dari sejak waktu ia masih kanak-kanak. Ilmu Anthropologi-budaya melanjutkan jalan pikiran ini dengan anggapan bahwa bahan pengalaman yang diterima oleh anak-anak itu ditentukan oleh susunan dari lingkungan tempat kanak-kanak tadi tumbuh; sedangkan susunan lingkungan itu tentu mendapat pengaruh daripada masyarakat dan kebudayaan. Demikian apabila si penyelidik dapat mempelajari bagaimana susunan hidup daripada kanak-kanak dalam masyarakat, maka ia akan mendapat keterangan tentang tabiat umum daripada individu-individu dewasa di dalam masyarakat obyek penyelidikan itu. 3
p. Referensi dan Catatan penjelas
Jenis catatan yang ketiga adalah penunjukan kepada sebuah sumber ditambah penjelasan atau komentar-komentar. Seperti halnya dengan catatan penjelas di atas, maka agar komentar dalam catatan kaki itu bisa lebih jelas posisinya contoh berikut disertai pula oleh bagian terakhir dari teks yang mengandung hal yang perlu dijelaskan lagi.
........................................................................................................
———————————Jenis catatan yang ketiga adalah penunjukan kepada sebuah sumber ditambah penjelasan atau komentar-komentar. Seperti halnya dengan catatan penjelas di atas, maka agar komentar dalam catatan kaki itu bisa lebih jelas posisinya contoh berikut disertai pula oleh bagian terakhir dari teks yang mengandung hal yang perlu dijelaskan lagi.
........................................................................................................
Di dalam rangka kompleks pengertian yang dimaksud di dalam faham tersebut, J. Mallinckrodt menganggap amat penting, kepercayaan kepada kekuatan sakti atau kekuatan "magic" 2 yang
meliputi seluruh alam semesta. Kepercayaan serupa itu, yang disebut oleh Mallinckrodt kepercayaan...
........................................................................................................
———————————
2 J. Mallinckrodt, Het Adatrecht van Borneo (Leiden: M. Dubbeldeman, 1928), I, 50. Demikianlah Mallinckrodt memberi pengertian yang lain sama sekali kepada istilah magie, daripada misalnya J.G. Frazer atau sebagian besar daripada sarjana ilmu anthropologi-budaya akan mengartikannya. Menurut Mallinckrodt, kekuatan magie itu adalah kekuatan sakti. Menurut Frazer, magie adalah ilmu gaib. 4
2 J. Mallinckrodt, Het Adatrecht van Borneo (Leiden: M. Dubbeldeman, 1928), I, 50. Demikianlah Mallinckrodt memberi pengertian yang lain sama sekali kepada istilah magie, daripada misalnya J.G. Frazer atau sebagian besar daripada sarjana ilmu anthropologi-budaya akan mengartikannya. Menurut Mallinckrodt, kekuatan magie itu adalah kekuatan sakti. Menurut Frazer, magie adalah ilmu gaib. 4
1 R.M. Koentjaraningrat, Beberapa Metode Antropologi (Jakarta, 1958), hal. 291. Ejaan telah disesuaikan dengan EYD.
2 Ibid., hal. 115
3 Ibid., hal. 116 Ejaan telah disesuaikan dengan EYD.
4 Ibid., hal. 354.
Comments
Post a Comment