Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’ ...
PERAN EKONOMI
Kehidupan berbangsa dan bernegara menyangkut sangat banyak aspek, karena praktis menyangkut semua aspek kehidupan manusia. Namun demikian, tidak dapat dimungkiri bahwa ekonomi memegang peran penting dalam membawa keseluruhan bangsa pada kemakmuran dan kesejahteraan yang berkeadilan. ltulah sebabnya bahwa para pendiri bangsa kita tidak menganggap kemerdekaan sebagai tujuan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai jernbatan emas menuju kesejahteraan yang berkeadilan.Kehidupan ekonomi suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari aspek- aspek kehidupan lainnya yang non materi sifatnya. Keduanya, atau bahkan semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara saling berkaitan secara interdependen.
Salah satu faktor yang dapat merusak kehidupan ekonomi suatu bangsa secara dahsyat ialah pengaruh interaksinya dengan bangsa-bangsa lain, atau kekuatan-kekuatan yang ada di luar wilayah Indonesia (eksternal). Namun, daya rusak yang tidak kalah dahsyatnya dapat disebabkan oleh pembusukan dari dalam tubuh bangsa Indonesia sendiri, yaitu KKN. Kita mengalami penjajahan berabad-abad lamanya oleh Belanda yang diawali dengan "penjajahan" oleh sebuah perusahaan swasta, yaitu Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Kami menggunakan istilah 'penj ajahan" karena VOC meraup untung demikian besar sehingga VOC menjadi sangat kaya dan mirip seperti negara yang mempunyai angkatan bersenjata sendiri guna memaksakan kehendaknya pada para penguasa Nusantara ketika itu. Karena korupsi yang terjadi secara internal, VOC akhirnya bangkrut, dan penjajahan atas wilayah Nederlands Indie diambil alih oleh pemerintah Belanda. Dengan penjajahan oleh pemerintah Belanda, pengisapan dilakukan secara lebih besar-besaran lagi, karena pemerintah Hindia Belanda adalah wadah yang menyeluruh dan lebih besar bagi semua perusahaan swasta Belanda.
Sekitar tahun empat puluhan, banyak negara yang terjajah berhasil mengusir negara-negara penjajah, dan mereka menjadi negara merdeka. Kita merebut kemerdekaan di tahun 1945.
Namun, sejak dekade itu pula, langsung saja muncul benih-benih penguasaan kebijakan dan kekayaan alam di negara-negara yang lemah, terbelakang, dan tidak berpendidikan. Benih-benih dari kekuatan-kekuatan tersebut sekarang telah menjadi sebuah kekuatan raksasa yang dahsyat. Bentuknya seperti VOC dahulu, yaitu perusahaan-perusahaan transnasional dan multinasional. Mereka adalah business corporations. Maka era yang sekarang merajalela disebut era corporatocracy. Para ahli Amerika Serikat dan Eropa Barat sendiri sangat banyak menggambarkan kekuatan dan kejahatan mereka terhadap bangsa-bangsa yang lebih lemah yang dijadikan mangsanya dalam penyedotan sumber-sumber daya apa saja, terutama sumber daya mineral.
Dari kesemuanya ini dapat kita baca bahwa di zaman setelah tidak ada negara jajahan lagi, perusahaan-perusahaan raksasa yang transnasional itu bagaikan VOC dahulu. Namun, sekarang mereka tidak perlu melakukan penjajahan secara politik dan militer untuk mengisap kekayaan dari negara-negara dan bangsa-bangsa mangsanya. Cara-cara demikian sangat mahal, dan hasilnya tidak seberapa dibandingkan dengan cara-cara mereka dewasa ini.
Cara-cara mereka sekarang hanya perlu memelihara elite bangsa-bangsa yang menjadi mangsa, yang secara politik dan formal adalah negara merdeka dan berdaulat. Namun, karena kekuasaan elite para anteknya ini, yang secara material maupun secara konsepsional didukung oleh corporatocrac)' global, pendiktean mereka dan pengisapan kekayaan alam serta tenaga manusianya menjadi sangat dahsyat dan mutlak. Corporatocraey didukung oleh pemerintahnya masing-masing yang menguasai lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia, IMF, dan Bank Pembangunan Asia.
Bagaimana asal mulanya bangsa kita terjajah kembali sejak tahun 1967 sampai sekarang ini akan diceriterakan dalam buku ini. Namun, sebelum itu, ada jeda waktu selama 25 tahun, di mana corporatocracy belum tertarik masuk ke Indonesia secara optimal, yaitu selama Indonesia dipimpin oleh Ir. Soekarno sebagai Presiden pertama RI.
Buku: Nasib Rakyat Indonesia Dalam Era Kemerdekaan
Comments
Post a Comment