Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Keberagaman Bahasa menurut Pemakaiannya

Keberagaman Bahasa menurut Pemakaiannya

Keberagaman Bahasa menurut Pemakaiannya


Suatu bahasa dipakai oleh masyarakat penuturnya untuk keperluan komunikasi sesuai dengan keadaan atau keperluan yang mereka hadapi. Peristiwa komunikasi meliputi tiga hal: medan (field), suasana (tenor), dan cara (mode).

Medan (field) merupakan istilah yang mengacu kepada hal atau topik, yaitu tentang apa bahasa itu dipakai. Ketika ujaran dihubungkan dengan kegiatan tertentu yang sedang berlangsung, maka bidangnya adalah kegiatan itu sendiri. Kata-kata seperti gunting, pinset, pisau, dan perban kemungkinan besar merupakan kata-kata yang berkaitan dengan aktivitas dalam ruang bedah atau ruang operasi sebagai bidangnya.

Medan merupakan subjek atau topik dalam teks suatu pembicaraan. Jadi, terdapat banyak contoh medan, misalnya ekonomi, politik dan teknologi. Kata-kata seperti replik, duplik, naik banding, kasasi, dan grasi sering dipakai oleh mereka yang bergerak di bidang hukum, sedangkan kata-kata seperti aki, rem, persneling, terot, dan roda gila banyak dipakai oleh mereka yang bekerja di bidang perbengkelan. Keberagaman bahasa kelompok ini sering memperlihatkan laras bahasa (register), yang ditandai oleh, salah satunya, penggunaan istilah teknis (jargon).

 Suasana (tenor) mengacu pada hubungan peran peserta tuturan atau pembicaraan, yakni hubungan sosial antara penutur (pembicara) dan mitra tutur (pendengar) yang ada dalam teks atau pembicaraan tersebut. Suasana menekankan bagaimana pemilihan bahasa dipengaruhi oleh hubungan sosial antara peserta tutur, yaitu antara pembicara dan pendengar atau antara penulis dan pembaca. Keberagaman menurut suasana berujud dalam aspek kesantunan, ukuran formal dan tidaknya suatu ujaran, dan status partisipan yang terlibat di dalamnya. Kata-kata seperti tidak, berbicara, dan membuat lebih sering dipakai dalam situasi resmi daripada gagak, ngomong, dan bikin yang lebih sering dipakai dalam situasi tak-resmi.

Suasana dapat juga tercerminkan dalam penggunaan cara menyapa (address term). Menyapa orang lain dengan kata bapak, dan ibu, misalnya, berbeda konteksnya dengan penggunaan kata om dan tante. Selanjutnya, suasana pun mempengaruhi pemilihan ragam bahasa ke dalam pembagian gaya (stylistic) berbahasa, seperti ragam intim (intimate), santai (casual), konsultatif (consultative), resmi (formal), dan beku (frozen). Uraian mengenai ragam bahasa menurut gaya ini akan diuraikan kemudian.

Cara (mode) mengacu kepada peran yang dimainkan bahasa dalam komunikasi. Termasuk di dalamnya adalah peran yang terkait dengan jalur (channel) yang digunakan ketika berkomunikasi. Jalur yang dimaksud adalah apakah pesan yang disampaikan dengan bahasa tulis, lisan, lisan untuk dituliskan, dan tulis untuk dilisankan. Berkomunikasi melalui surat berbeda ragamnya dengan berbicara melalui telepon, apalagi jika dibandingkan dengan ragam bahasa ketika berkomunikasi bertatap-muka atau face-to-face (Montgomery 1996: 105-12). Cara juga berhubungan dengan ragam retoris yang dipakai, misalnya bahasa persuasif, ekspositoris, dan naratif.

Perpaduan subdimensi di atas, yakni tenor, medan, dan cara, membentuk laras bahasa (register) suatu teks atau tuturan. Karena itu, kita melihat perbedaan laras bahasa antara tulisan jurnalistik dan tulisan ilmiah. Perbedaan itu ditandai oleh kosakata, struktur kalimat, dan lafal (untuk bahasa lisan).


Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau