Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Invasi Jepang: Menutup Lembaran Pertama Sampoerna

Invasi Jepang: Menutup Lembaran Pertama Sampoerna

Invasi Jepang: Menutup Lembaran Pertama Sampoerna


Pada tahun 1940, angka produksi Sampoerna mencapai 3 juta batang seminggu. Dji Sam Soe mendominasi angka produksi tersebut. Meski demikian, para agen sering harus menunggu sampai dua minggu untuk mendapatkan pesanan mereka atas produk ini. Dji Sam Soe bahkan berkembang menjadi suatu komoditas utama bagi para agen besar di seluruh Indonesia. Demikian hebatnya sehingga para agen mulai menggunakan merek itu sebagai alat tukar perdagangan.

Selain Dji Sam Soe, beberapa merek lain yang juga diproduksi Sampoerna antara lain adalah Sampoerna Star, Summer Palace, Statue of Liberty, dan Dapoean (keempatnya adalah rokok putih), Djangan Lawan, dan Krosa Sampoerna Star merupakan salah satu dari rokok filter pertama di Indonesia. Sedangkan untuk merek kretek penamaan merek disesuaikan dengan nomor racikan produk, seperti "123", "720", dan "678". Sedikit catatan tentang keempat merek rokok putih tersebut, keputusan Seeng Tee masuk ke kategori ini tidak lain disebabkan oleh kenyataan bahwa rokok putih mesin, khususnya yang diimpor, memiliki kadar prestise yang lebih tinggi dibanding rokok lokal—berbanding terbalik dengan persepsi yang berkembang di luar negeri bahwa rokok buatan tangan memiliki nilai yang lebih tinggi.

Rokok putih impor kali pertama hadir di Indonesia pada sekitar tahun 1850. Sebelumnya, ekspatriat Eropa di Batavia dan kaum aristokrat Jawa hanya terbiasa merokok dalam pipa. Di sisi lain, kelas bawah hanya mengonsumsi klobot dan mengunyah tembakau. Tidak ada yang terbiasa mengonsumsi kretek sampai sekitar 1960-an. Di tahun tersebut pun, kretek diminati karena harganya yang memang lebih murah dibanding rokok putih impor. Image rokok kretek sampai saat itu masihlah sebatas "rokok kalangan bawah," berbanding terbalik dengan rokok putih impor. Dengan ikut memproduksi rokok putih, Seeng Tee nampaknya ingin masuk ke kategori yang mulai diminati pasar saat itu. Tujuh mesin semi otomatis memproduksi rokok putih selama 24 jam, sementara sekitar 1.300 wanita dikerahkan untuk melinting rokok Dji Sam Soe.

Di tengah ekspansi produk inilah, Jepang datang menggantikan Belanda. Bencana ini menimpa Sampoerna pula. Setelah enam jam invasi di Surabaya, Seeng Tee ditahan oleh tentara Jepang. Situasi saat itu sangat menyeramkan, bau darah dari mereka para korban seakan terbang ke awan bersamaan dengan asap dari bangunan yang dibakar tentara Jepang. Tjiang Nio hampir bernasib serupa jika saja ia tidak bersedia menyerahkan harga benda milik keluarga. Di bawah ancaman senjata tentara Jepang, Tjiang Nio hanya berharap bisa menyelamatkan ketiga puterinya. Konon, harta keluarga yang dirampok tentara Jepang sangatlah banyak hingga mereka mesti menggunakan gerobak untuk mengangkutnya. Seluruh kekayaan raib diboyong penjajah kecuali sedikit saja yang ditemukan warga enam tahun kemudian dan dijual oleh Tjiang Nio sebagai modal untuk membangun usahanya kembali.

Setelah ditangkap, Seeng Tee dikirim ke kamp tahanan Jepang dan menjadi pekerja paksa untuk wilayah Jawa Timur dan Jawa Barat. Kedua anak lelakinya, Swie Hwa dan Aga Sampoerna, memang sempat meloloskan diri dari kejaran tentara Jepang dengan bersembunyi di daerah pegunungan dekat Malang.

Bagi Seeng Tee, pengalamannya di penjara memberinya satu hal positif yang selama ini tidak didapatnya, yakni pelajaran menulis bahasa Cina. Hal ini didapatnya selama proses penahanan di Bandung di mana Seeng Tee aktif belajar dari tahanan lain yang tahu cara menulis bahasa Cina.

Pada masa ini, industri rokok nasional diambil alih pihak Jepang. Mereka menggunakan alat produksi di pabrik-pabrik rokok yang mereka ambil alih dan menerbitkan merek-merek baru versinya. Beberapa merek rokok yang terkenal antara lain Fuji, Kooa, dan Mizuho. Selain itu ada juga yang agak murah yaitu merek Semangat dengan bahan tembakau yang dicampur dengan daun sawo yang dikeringkan.

Namun, bagi rakyat Indonesia yang dilanda kesusahan dengan datangnya penjajah ini, rokok memiliki arti lain. Di tengah kesulitan kaum yang kurang beruntung untuk mendapatkan makanan, mengisap rokok adalah cara yang terbaik yang mereka punya guna menghilangkan rasa lapar. Sedangkan bagi Sampoerna, kedatangan Jepang menutup satu lembaran pencapaian bisnis rokok rintisan keluarga. Taman Sampoerna porak-poranda tanpa menyisakan apapun kecuali satu hal, Dji Sam Soe. Merek inilah yang di kemudian hari menjadi modal bagi keluarga Sampoerna untuk membuka lembaran baru bisnis rokoknya di Tanah Air.


Buku: 4-G Marketing: A 90-Year Journey Of Creating Everlasting Brands

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau