Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Bahasa dan Pelapisan Masyarakat

Bahasa dan Pelapisan Masyarakat

Bahasa dan Pelapisan Masyarakat


Apa yang disebut dialek sosial erat hubungannya dengan kelas sosial-ekonomi para pemakai bahasa yang bersangkutan. Keberagaman bahasa jenis ini selalu menyangkut penilaian "baik" atau "bergengsi" (prestigious) dan "buruk" atau "bercela" (stigmatized) dari pemakaian bahasa terhadap bentuk-bentuk ujaran tertentu seperti yang akan kita lihat dalam beberapa contoh di bawah ini.

Yang akan dikemukakan sebagai contoh dalam bagian ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh William Labov di kota New York. Labov (1966) berusaha melihat hubungan antara keberagaman bahasa dengan pelapisan atau stratifikasi masyarakat. Contoh di bawah menunjukkan keberagaman realisasi fonem /θ/ itu ternyata berbeda: ada yang merealisasikannya sebagai frikatif [θ]. ada yang merealisasikannya sebagai afrikat [ð], dan ada pula yang merealisasikannya sebagai hambatan atau letupan [t].

Mari kita lihat gambar di bawah ini.

           (embed gambar dari buku pesona bahasa halaman 55 disini!)

Garis vertikal dalam gambar menunjukkan angka indeks-th rata-rata. Angka itu diperoleh dengan cara memberikan satu angka bagi setiap munculnya bunyi afrikat dan dua angka bagi setiap munculnya bunyi hambat. Munculnya bunyi frikatif tidak diberi angka. Hasilnya dikalikan dengan angka 100 dan hasil perkalian ini dibagi dengan semua jumlah keberagaman pengucapan fonem th yang terdapat dalam percontoh atau sampel.

Garis horizontal menunjukkan empat gaya:
(A) gaya berbicara santai
(B) gaya berbicara resmi
(C) gaya membaca teks
(D) gaya membaca daftar kata

Kelas sosial-ekonomis ditunjukkan oleh garis-garis bertanda KB (kelas bawah), KP (kelas pekerja), KMB (kelas menengah bawah), dan KMA (kelas menengah atas).

Gambar tersebut menunjukkan hubungan yang jelas antara indeks sosial-ekonomis dan keberagaman ucapan. Makin tinggi kelas sosial-ekonominya, makin dekat ucapannya pada ucapan yang idela, yakni [θ]. Sebaliknya, semua kelompok menunjukkan keberagaman berdasarkan gaya: penyimpangan dari ucapan ideal [θ] menjadi semakin bertambah apabila gaya menjadi kurang resmi.

Gambar berikut menunjukkan hasil penelitian Labov mengenai pengucapan fonem [r] di posisi akhir atau di depan konsonan seperti yang terdapat dalam car, guard, door, dan lord. Labov meneliti pelafalan konsonan [r] yang muncul setelah vokal, yang juga dinamakan post-vocalic [r].

        (Embed gambar yang ada di halaman 56 buku pesona bahasa disini!)

Sebelum Perang Dunia II, di kota New York ada anggapan bahwa ucapan yang ideal, yang "bergengsi" adalah ucapan yang tidak memperdengarkan bunyi [r] di kedua posisi tersebut. Sekarang anggapan itu sudah berubah. Yang dianggap "baik" atau "tinggi" adalah ucapan yang justru memperdengarkan bunyi [r], yang secara populer sering dinamakan [r] satu getaran.

Garis vertikal merupakan persentase semua pengucapan [r]. Garis horizontal menunjukkan lima gaya: empat gaya di atas ditambah dengan (E), yakni gaya membaca pasangan minimal seperti dock dengan dark, god dengan guard, dan sauce dan source. Di sini jelas terlihat bahwa makin resmi gaya yang dihadapi, ucapan yang terdengar makin mendekati ucapan yang ideal. Namun ada perbedaan yang mencolok: hanya KMA saja yang mengucapkan [r] dalam gaya berbicara santai.

Temuan Labov di kota New York memperlihatkan pola lafal yang terbalik dengan yang terdapat di Kota Reading, Inggris. Lafal yang dianggap "bergengsi" di kota New York, yakni pelafalan [r] satu getaran, justru dinilai "bercacat" di Reading, Inggris. Kata-kata yang mengandung [r] post-vocalic tersebut dilafalkan tanpa getaran sama sekali, dan ragam ini dianggap "bergengsi" atau "baik". Sebaliknya, pelafalan kata-kata tersebut dengan [r] satu getaran dinilai "bercacat" atau "rendah".

Selama ini keberagaman pengucapan seperti yang terdapat pada contoh-contoh di atas cenderung dikatakan sebagai keberagaman bebas. Ternyata keberagaman tersebut terhubung erat dengan faktor-faktor kemasyarakatan.

Dalam kesempatan lain Labov (1972) mempersoalkan bahasa Inggris orang Negro (BIN) yang sering menghilangkan kata kerja to be, seperti yang terlihat dalam contoh berikut.

(3) He wild.
(4) You out the game.
(5) Who that?

Dalam bahasa Inggris baku, ketiga kalimat di atas akan berbunyi

(6) He's wild.
(7) You're out of the game.
(8) Who's that?

Ketiga kalimat BIN tersebut dianggap sebagai "jelek" atau "rendah".

Pengamatan lebih mendalam memperlihatkan bahwa tidak adanya kata kerja to be dalam ketiga kalimat tersebut bukanlah soal tata bahasa semata-mata. Dalam hal tertentu pemakaian BIN tidak meninggalkan kata kerja to be seperti dalam hal orang pertama, kata lampau, bentuk ingkar, pemakaian bertekanan, dan bentuk tanya, seperti

(9) I'm tired.
(10) She was good to me.
(11) He ain't here.
(12) Allah is God.
(13) Is he dead?

Hanya dalam hal diizinkannya pemakaian bentuk singkat dalam bahasa Inggris baku seperti he's dan you're, kata kerja to be tidak dipakai oleh para pemakai BIN. Ternyata penanggalan kata kerja to be tersebut oleh para pemakai BIN, yakni orang-orang Negro, dipakai sebagai lambang identitas kelompok, yang membedakan mereka dari para pemakai bahasa Inggris baku, dalam hal ini orang-orang kulit putih.


Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara