Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’
IHSG
Meningkatnya IHSG sampai pada angka yang tinggi belum tentu merupakan hal yang menggembirakan. Saham adalah kepemilikan dalam perusahaan yang mempunyai nilai. Nilai perusahaan (walaupun telah memperhitungkan kemampuannya membuat laba di kemudian hari) kurang lebihnya stabil. Namun, harga saham yang diperdagangkan meningkat demikian tajam. Hal yang sangat tidak wajar, yang mengandung bubble dan spekulasi. Karena itu IHSG bisa meningkat terus, tetapi juga turun sangat tajam tanpa ada paralelnya dengan naik turunnya laba dari perusahaan-perusahaan yang saham-sahamnya diperdagangkan di BEI. Dengan demikian, Bursa Efek adalah gambling casino besar yang legal. Namun, berbeda dengan kasino perjudian, perusahaan-perusahaan dengan kekuatan modal sangat besar bisa memengaruhinya. Demikian juga perusahaan besar bisa mengeruk uang luar biasa besarnya dari IPO, yang selalu didahului dengan "penggarapan" atau yang terkenal dengan nama "penggorengan" laba perusahaan. Yang selalu menjadi korban adalah para penabung kecil dan menengah yang tidak mengetahui apa--apa kecuali yang disarankan oleh pialangnya (broker).
Dalam hal pengaruh spekulasi, hendaknya kita jangan lupa bahwa di masa lalu IHSG pernah bergejolak dari 200 ke 600, turun lagi menjadi 200, naik lagi ke 600, turun lagi menjadi 200 dan sekarang meningkat terus sampai mencapai sekitar lebih dari 5.000, yang (ketika buku ini ditulis) turun terus sampai di bawah 4.500.
Naik turunnya IHSG sangat dipengaruhi oleh investor asing yang hampir semuanya perusahaan keuangan raksasa. Mereka menguasai lebih dari 70% volume perdagangan di BEI. Mereka bisa membeli terus sambil meningkatkan IHSG, dan kemudian menjual dengan cepat sambil merealisasikan labanya (profit taking), yang tentu mengakibatkan turunnya IHSG. Ketika IHSG mencapai titik terendah, portfolio mereka sudah terjual habis, uangnya sudah dikembalikan menjadi USD, laba sudah direalisasikan. Yang merugi sebagai pernbayaran buat keuntungan mereka adalah para penabung Indonesia yang tidak mengerti masalah, seperti ibu-ibu rumah tangga dan orang awam yang tindakan jual belinya sangat dipengaruhi oleh pialangnya masing-masing.
Di masa lampau dapat kita amati bahwa kalau IHSG rendah, investor membeli terus-menerus sehingga meningkatkan IHSG. Rata-ratanya adalah harga terendah dan harga tertinggi dibagi dua. Kalau mereka menganggap sudah waktunya, saham-saham akan dijual dalam waktu singkat, ketika harga mencapai puncaknya untuk merealisasikan labanya. Dampaknya adalah penurunan IHSG yang drastis. Hal seperti ini dapat dicegah atau dikurangi secara signifikan dengan cara capital control terbatas dalam sistem lalu lintas devisa seperti yang dikemukakan tadi, yaitu modal asing hanya boleh masuk untuk FDI.
Kecuali tidak boleh dipakai untuk jual beli surat-surat berharga di BEI, modal asing juga tidak boleh masuk dengan maksud untuk didepositokan pada bank-bank di Indonesia, kecuali kalau depositonya berjangka panjang. Kalau jangkanya pendek, alasannya sama, yaitu footloose yang dapat memungkinkan larinya modal itu setiap waktu dengan akibat menurunkan nilai rupiah secara tajam.
Buku: Nasib Rakyat Indonesia Dalam Era Kemerdekaan
Comments
Post a Comment