Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Demokrasi Yang Kebablasan Menjadi Anarki dan Kekalutan

Demokrasi Yang Kebablasan Menjadi Anarki dan Kekalutan


DEMOKRASI YANG KEBABLASAN MENJADI ANARKI DAN KEKALUTAN


Dengan demokratisasi yang dijuruskan ke arah liberalisme yang demikian jauhnya, dan struktur ketatanegaraan yang harus sepenuhnya sama dengan yang berlaku di AS harus kita ubah. Seperti kita ketahui, dengan amandemen UUD 1945 kita mempunyai DPD yang menyebut dirinya sendiri Senat, mempunyai 'Chief Of Staff Of the Istana Merdeka", mempunyai Economic Council, mempunyai Security Council. Hanya belum disebut sebagai East Wing dan West Wing. Untuk ini kita harus mau berkorban menyerahkan berbagai kebebasan yang telah dinikmati secara eforia, yang sama sekali salah kaprah. Untuk ini kita tidak perlu bersusah-susah memikirkan lagi, karena segala sesuatunya sudah ada dalam UUD 1945 yang asli.

Pembentukan DPR kita mengenal demokrasi, yaitu adanya partai politik dan adanya pemilihan umum. Namun, UUD 1945 mengenali dengan sangat tepat bahwa demokrasi buat rakyat yang pendidikannya masih sangat belum memadai tidak mungkin atas dasar one man one vote, dan suara dari 51% +1 dari rakyat dianggap sebagai suara rakyat seluruhnya.

Seandainya pernilu dimenangkan Oleh 5 1 %, apakah ini berarti bahwa yang 49% harus nurut apa saja yang diputuskan oleh yang 510/0? 1 % boleh memaksakan kehendaknya pada seluruh rakyat? Bung Karno mengatakan ini namanya Diktatur Mayoritas. Sebaliknya, dalam pengambilan keputusan atas dasar musyawarah, apakah minoritasnya boleh ngeyel terus ? Tidak juga, inilah yang dinamakan Tirani Minoritas. Lantas bagaimana keputusan diambil? Semuanya sudah dijelaskan dalam UUD 1945 beserta semua penjelasannya, yaitu diupayakan mencapai keputusan melalui musyawarah dan mufakat. Namun, kalau sudah diupayakan semaksimal mungkin, tetap saja tidak bisa dicapai kesepakatan, dengan akibat tanpa keputusan yang mengakibatkan kekalutan, barulah dilakukan pemungutan suara.

Landasan ideologis dan pembahasan yang lebih detail telah diberikan dalam bab sebelumnya.



Buku: Nasib Rakyat Indonesia Dalam Era Kemerdekaan

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau