Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Apakah Bahasa Itu?

Apakah Bahasa Itu?

                                            Bahasa dan Linguistik

                                          Harimurti Kridalaksana



 

Apakah Bahasa Itu?

Di dalam masyarakat, kata bahasa sering dipergunakan dalam pelbagai konteks dengan pelbagai macam makna. Ada orang yang berbicara tentang "bahasa warna", tentang "bahasa bunga", tentang "bahasa diplomasi", tentang "bahasa militer", dan sebagainya. Di samping itu dalam kalangan terbatas, terutama di kalangan orang yang membahas soal-soal bahasa, ada yang berbicara tentang "bahasa tulisan", "bahasa lisan", "bahasa tutur", dan sebagainya.

Untuk pemakaian pertama tersebut tidak akan ada komentar apa-apa di sini. Maklumlah, sudah lazim kata-kata yang sebenarnya mempunyai makna tertentu dalam suatu bidang dipakai secara luas oleh masyarakat umum, sehingga maknanya menjadi kabur. Contoh lain kita dapati dalam pemakaian kata-kata seperti emas, film, logis, wacana, penyakit, harga diri kurang, dan sebagainya, yang dalam bidang ilmu yang memakainya mempunyai makna tetap dan tertentu, tetapi telah dipakai oleh orang awam, yakni orang yang tidak bergerak dalam bidang ilmu yang bersangkutan, secara begitu saja sesuai dengan keperluan. Pemakaian kedua akan disinggung dalam bab tentang bahasa dalam kebudayaan dan masyarakat, karena walaupun ada kebenaran di belakangnya, namun dilihat dari sudut sistematik linguistik kata atau istilah bahasa di situ tidak dipergunakan dengan pengertian yang cukup tajam.

Bagi linguistik — 'ilmu yang khusus mempelajari bahasa' — yang dimaksudkan dengan bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Definisi tersebut perlu dijelaskan dan diuraikan sebagai berikut.

Pertama, bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul secara tak beraturan. Seperti halnya sistem-sistem lain, unsur-unsur bahasa "diatur" seperti pola-pola yang berulang sehingga kalau hanya salah satu bagian saja tidak tampak, dapatlah "diramalkan" atau "dibayangkan" keseluruhan ujarannya. Misalnya, bila kita menemukan bentuk seperti

berangkat ... kantor
Ibu tinggal ... rumah,

dengan segera dapat kita duga bagaimana bunyi kalimat itu secara keseluruhan. Sifat itu dapat dijabarkan lebih jauh dengan mengatakan bahwa bahasa itu sistematis, artinya bahasa itu dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang terkombinasi dengan kaidah-kaidah yang dapat diramalkan; di samping itu, bahasa juga sistemis, artinya bahasa itu bukanlah sistem yang tunggal, melainkan terdiri dari beberapa subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem gramatika, dan subsistem leksikon — konsep-konsep ini akan dijelaskan di bawah ini.

Kedua, bahasa adalah sebuah sistem tanda. Tanda adalah hal atau benda yang mewakili sesuatu, atau hal yang menimbulkan reaksi yang sama bila orang menanggapi (melihat, mendengar, dan sebagainya) apa yang diwakilinya itu. Setiap bagian dari sistem itu atau setiap bagian dari bahasa tentulah mewakili sesuatu. Tegasnya, bahasa itu bermakna, artinya bahasa itu berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar masyarakat yang memakainya.

Ketiga, bahasa adalah sistem bunyi. Pada dasarnya bahasa itu berupa bunyi. Apa yang kita kenal sebagai tulisan sifatnya sekunder, karena manusia dapat berbahasa tanpa mengenal tulisan. Beberapa jenis huruf bahkan tidak lain daripada turunan belaka dari bunyi.

Keempat, supaya orang dapat bekerja sama dan berkomunikasi, bahasa digunakan berdasarkan kesepakatan. Artinya, sesuatu diberi makna di dalam bahasa tertentu karena demikianlah kesepakatan pemakai bahasa itu. Para pengguna baru tinggal mempelajarinya.

Kelima, bahasa bersifat produktif. Artinya, sebagai sistem dari unsur-unsur yang jumlah terbatas bahasa dapat dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya. Bahasa Indonesia, misalnya, mempunyai fonem kurang dari 30, tetapi mempunyai kata lebih dari 80.000 yang mengandung fonem-fonem itu. Dengan fonem-fonem itu masih mungkin diciptakan kata-kata baru. Dari sudut pertuturan, bahasa Indonesia hanya mempunyai 5 tipe kalimat, yakni pernyataan, pertanyaan, perintah, keinginan, dan seruan, tetapi dengan kelima tipe itu kita dapat menyusun kalimat Indonesia yang jumlahnya ribuan, bahkan mungkin jutaan.

Keenam, bahasa bersifat unik. Artinya, tiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain. Bahasa Jawa mempunyai sekitar 100 kata untuk menyebutkan anak perlbagai binatang yang tidak ada dalam bahasa lain. Bahasa Inggris mempunyai lebih dari 50 kata untuk menggambarkan perlbagai bentuk daun yang tidak dikenal dalam bahasa lain.

Ketujuh, kebalikan dari hal yang diungkapkan sebelumnya, ada pula sifat-sifat bahasa yang dipunyai oleh bahasa lain, sehingga ada sifat universal, ada pula yang hampir universal. Hal ini misalnya kita lihat dalam bahasa Indonesia. Salah satu ciri bahasa Indonesia ialah bahwa konfiks ke-an hanya dapat bergabung dengan sebanyak-banyaknya dua bentuk, seperti

tidak pasti

ketidakpastian
salah paham
            menjadi
kesalahpahaman
boleh jadi

kebolehjadian


dan sebagainya. Ini mungkin sifat unik dalam bahasa Indonesia. Di samping itu, bahasa Indonesia juga mempunyai sifat agak universal, misalnya bahwa pada umumnya adjektiva mengikuti nomina, seperti rumah murah, jalan besar, dan orang pandai. Ternyata sifat ini tidak hanya ada dalam bahasa Indonesia, tetapi juga ada dalam bahasa Perancis, bahasa Tonkawa di Amerika, bahasa Swahili di Afrika, dan sebagainya.

Kedelapan, bahasa mempunyai variasi-variasi karena bahasa itu dipakai oleh kelompok manusia untuk bekerja sama dan berkomunikasi, dan karena kelompok manusia itu banyak ragamnya terdiri dari laki-laki, perempuan, tuan, muda; ada orang tani, ada orang kota; ada yang bersekolah; ada yang tak pernah bersekolah; pendeknya yang berinteraksi dalam pelbagai lapangan kehidupan, dan yang mempergunakan bahasa untuk pelbagai keperluan. Setiap manusia mempunyai kepribadian sendiri, dan hal ini yang paling nyata tertonjol dalam hal berbahasa. Walaupun suatu kelompok sosial mempunyai satu bahasa dan para anggota kelompok itu tidak akan dapat bekerja sama tanpa bahasa — bahkan kelompok sosial itu takkan terwujud tanpa bahasa — keseragaman tidak akan kita temui dalam bahasa. Tiap orang, secara sadar atau tidak, mengungkapkan ciri khas pribadinya dalam bahasanya sehingga bahasa tiap orang pun mempunyai ciri khas yang sama sekali tidak sama dengan bahasa orang lain. Kita katakan, tiap orang mempunyai idiolek. Ferdinand de Saussure (1857-1913), sarjana Swiss, Bapak Linguistik Modern, membedakan sistem bahasa yang ada dalam akal budi pemakai bahasa dalam kelompok sosial, yang disebutnya langue, dan manifestasi dan realisasi yang nyata dalam tiap pemakai bahasa, yang disebutnya parole. Variasi bahasa itu merupakan cermin dari parole.

Kesembilan, dengan bahasa suatu kelompok sosial juga mengidentifikasi dirinya. Di antara semua ciri budaya, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa tiap kelompok sosial merasa diri sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok lain. Bagi kelompok-kelompok sosial tertentu, bahasa tidak sekedar merupakan sistem tanda, melainkan sebagai lambang identitas sosial. Apa yang kita sebut bahasa Cina, misalnya, sebenarnya adalah lambang sosial yang ditandai oleh satu sistem tulisan yang mengikat jutaan manusia yang terdiri dari pelbagai suku bangsa dengan pelbagai bahasa yang cukup jauh perbedaannya. Sebaliknya, dipandang dari sudut tata bunyi dan tata bahasa, bahasa Hindi dan bahasa Urdu sebenarnya merupakan satu bahasa, tetapi oleh pemakainya dianggap dua bahasa dan menandai dua kelompok yang berbeda. Kenyataan bahwa bahasa adalah lambang sosial hanyalah mengukuhkan apa yang telah lama, entah selama berapa abad, dikenal orang Melayu dengan pepatahnya, "bahasa menunjukkan bangsa".

Kesepuluh, karena digunakan manusia yang masing-masing mempunyai cirinya sendiri untuk pelbagai keperluan, bahasa mempunyai fungsi. Fungsi itu bergantung pada faktor-faktor siapa, apa, kepada siapa, tentang siapa, di mana, bilamana, berapa lama, untuk apa, dan dengan apa bahasa itu diujarkan. 



Buku: Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Bahasa

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Observasi dan Penelitian Lapangan

3. Observasi dan Penelitian Lapangan Pengumpulan data untuk suatu tulisan ilmiah dapat dilakukan melalui observasi dan penelitian lapangan. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian kembali atas semua yang telah dikumpulkan. Observasi dapat dilakukan dalam suatu waktu yang singkat, sebaliknya penelitian lapangan memerlukan waktu yang lebih panjang. Observasi dapat dilakukan mendahului pengumpulan data melalui angket atau penelitian lapangan. Dalam hal ini observasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai obyek penelitian sehingga dapat disusun daftar kuestioner yang tepat atau dapat menyusun suatu desain penelitian yang cermat. Sebaliknya observasi dapat juga dilakukan sesudah mengumpulkan data melalui angket atau wawancara. Dalam hal ini tujuan observasi adalah untuk mengecek sendiri sampai di mana kebenara